webnovel

Mencoba Berevolusi

Setelah keluar dari Guild Inter-universe, Emera berada di area luar yang sangat sepi terbengkalai, tanpa adanya manusia ataupun Gastrea. Emera tidak takut dengan ini karena hal ini menunjukkan bila aktivitas di sana tergolong normal. Justru jika tempat itu ramai, ada sesuatu yang tidak beres dan perlu diwaspadai.

"Sip, tempat ini masih sepi seperti biasanya. Aku khawatir akan ada Gastrea yang mengagetkanku ketika aku tiba-tiba muncul di sini."

Setelah merasa cukup dengan mengawasi suasana di sana, dia berbalik dan menatap dengan seksama pada reruntuhan bangunan. Tempat itu seharusnya lokasi dari Guild Inter-universe sebelumnya, namun sekarang telah digantikan dengan reruntuhan terbengkalai.

"Begitu ya. Tempat itu bisa berpindah lokasi dalam jangka waktu yang acak dengan menggantikan lokasi dari objek yang ada di sana sebelumnya. Sungguh tempat yang sangat misterius. Aku tidak pernah menyangka sebelumnya jika tempat seperti itu ada di dunia ini."

Selesai itu, Emera membuang jauh-jauh pikiran dalam kepalanya yang tidak penting. Emera menyadari bila perasaan di sini sangat senyap, mati, dan sungguh berbeda dengan yang ada di Konoha. Sebab dia sudah terlanjur dengan suasana ramai Konoha, perasaan kali ini sungguh berbeda dari yang sebelumnya dirasakannya. Ia hanya menatap kosong lingkungan sekitarnya, merasakan suasana yang sangat sepi ini.

"Oke, sekarang apa yang akan aku lakukan? Rasanya sangat luang karena aku tidak mempunyai kegiatan atau pun pekerjaan untuk aku lakukan. Jika itu sebelumnya, ku pasti sudah berlarian ke sana ke mari untuk mencari makanan yang ada. Namun setelah aku menjadi Ajin, aku tidak memerlukan makanan."

"Bukan berarti aku tidak akan makan seumur hidupku, tapi aku hanya akan memakan sesuatu yang lebih mewah seperti bistik daging sapi atau fillet ikan. Pokoknya, aku tidak mau kalau hanya makan serangga kecil atau dedaunan dari pohon!" teriaknya kesal pada nasib buruknya dulu.

"Kembali ke permasalahan awal. Apa yang aku lakukan?"

'Aku sarankan untuk berlatih Ninjutsu. Kita tidak memerlukan Taijutsu karena pada dasarnya sudah memiliki tubuh yang kuat dan tidak mempunyai lawan tanding. Bahkan jika kamu mencoba ahli dalam Taijutsu, ini tidak akan berguna dan tidak akan berkembang karena kurangnya lawan tanding untuk berbagai teknik.'

'Lalu kalau tentang Genjutsu, ini tidak perlu ditanya lagi. Aku tidak memiliki keahlian atau tahu cara untuk menggunakan Genjutsu bahkan jika itu merupakan yang paling dasar. Aku masih belum bisa menggunakan ini setidaknya untuk saat ini.'

'Menyedihkan sekali, sungguh malang nasibku.'

"Baik, sudah aku putuskan! Aku akan mencoba menggunakan Teknik Pernapasan yang aku dapatkan sebelumnya!"

'Eh? Kenapa? Bukankah kita sudah memiliki tubuh yang abadi?'

"Walaupun aku memiliki tubuh yang abadi, tidak ada gunanya jika aku lemah. Yah, kau tahu sendiri kalau aku itu model Cursed Children universal yang membuatku tidak ahli dalam bidang apapun? Aku perlu memperkuat diriku setidaknya sampai mengalahkan Gastrea tahap 2 dalam satu serangan."

'Oke, silahkan saja. Lagi pula, pada dasarnya kau adalah aku dan aku adalah kamu. Apa yang kamu inginkan, juga merupakan apa yang aku inginkan.'

*Sis!*

Emera menggunakan Shunshin no Jutsu miliknya dan bergerak dengan sangat cepat dalam jalanan kota yang hancur. Hanya ada puing-puing dan bangunan roboh di sekitar Emera, sama sekali tidak ada yang menarik atau perlu diperhatikan. Sungguh, pemandangan yang monoton dan membosankan saat melihat sesuatu yang sama berulang kali.

Tapi tentu saja penulis novel ini bukan orang jahat yang akan membiarkan salah satu tokoh ciptaannya merasakan bosan terus-menerus dengan pemandangan monoton. Sesekali Emera menemukan Gastrea tahap satu yang menghalangi jalannya, tapi bisa ditangani dengan sangat mudah memakai Rasengan.

"Tch, ini sudah ke-18 kalinya aku menemui Gastrea yang menghadang jalanku. Apa orang yang menulis novel ini sangat kejam dan membiarkan aku melawan banyak Gastrea sendirian? Maksudku, lihat aku sekarang! Aku sendirian dan tidak memiliki satupun teman bicara. Saking menyendirinya diriku saat ini, aku sampai berbicara dengan diriku sendiri. Setidaknya berikan aku seorang teman yang bisa diajak bicara!"

*Sis!*

Setelah beberapa umpatan keluar dari mulutnya, Emera melanjutkan kembali perjalanannya.

---

Sudah beberapa lama sejak Emera memulai perjalanannya. Saat ini, Emera berada di sebuah gedung terbengkalai yang tampaknya dulu pernah dipakai sebagai apartemen. "Fumu, tempat ini cukup bagus untuk ukuran bangunan yang sudah ditinggalkan. Aku mungkin bisa menggunakan ini sebagai tempat tinggalku mulai saat ini."

Kondisi dari apartemen tersebut … sudah jelas sangat buruk karena dia merupakan bangunan lama dan tidak pernah ditinggali selama 9 tahun lebih, tapi setidaknya ini masih jauh lebih baik jika dibandingkan dengan bangunan yang ada di sekelilingnya. Apartemen tersebut memiliki 5 lantai dengan 2 lantai teratas yang sudah hancur tidak tersisa dan lantai ke-3 yang tidak layak huni. Setidaknya lantai 1 dan 2 masih layak huni walau di dalam sana isinya hancur berantakan.

*Tap!*

Emera langsung melompat, menuju ke bagian teratas dari apartemen yang sudah hancur tersebut. Memijak puing-puing di bawah kakinya, untung saja itu masih kuat untuk menahan beban tubuh Emera.

Justru aneh jika bangunan itu tiba-tiba roboh. Bobot tubuh Emera hanya beberapa puluh kilogram sedangkan apartemen tersebut terbuat dari beton dengan bobot bisa lebih dari satu ton. Memang itu bisa robih termakan waktu, tapi bukankah sangat tidak adil bila itu baru roboh ketika Emera memijak pada Apartemen tersebut dengan tubuhnya yang ringan.

"Hah, akan bagus kalau semua pemandangan di sini merupakan persawahan hijau yang membentang. Melihat kota mati yang hancur itu sama sekali tidak ada bagus-bagusnya." Emera menghela napas ketika dia memperhatikan pada reruntuhan kota yang berantakan.

'Cukup bermain-mainnya, sekarang saatnya aku mulai serius untuk mencoba menjadi lebih kuat.'

Emera mengambil posisi duduk bersila dan menaruh kedua tangannya di masing-masing lutut seperti sedang bertapa. Tujuannya jelas, dia ingin memakai Teknik Pernapasan dari dunia The Last Human untuk berevolusi dan menjadi individu yang lebih kuat dari saat ini.

'Teknik pernapasan ini adalah sebuah teknik menggunakan virus Airola untuk membuat mutasi pada tubuh. Menggunakan virus tersebut, seseorang akan memperkuat tubuhnya dan akan memiliki berbagai peningkatan pada tubuh. Masalahnya di sini tidak ada virus Airola, yang ada adalah virus Gastrea yang mungkin lebih berbahaya sehingga ini mungkin akan membuat proses evolusi menjadi lebih berbahaya karena ada kemungkinan aku justru akan menjadi Gastrea.'

'Tapi tenang saja, aku yakin tubuhku akan direkonstruksikan kembali menjadi manusia sebagai salah satu kemampuan Ajin, jadi tidak ada yang perlu aku khawatirkan ketika sedang berusaha untuk berevolusi.'

Emera mulai bernapas dan merasakan virus di dalam tubuhnya dengan perlahan-lahan. Beberapa tanda seperti tati mulai menyala dengan warna biru tua, sama seperti warna darah Gastrea di sekitar dada kiri Emera, di mana lokasi jantungnya berada.