webnovel

Crown: Transferred to Another World to 'Realize' My True Feeling

Dalam suatu perkelahian, Kurobane Hiro, seorang pemuda penyuka boneka terpindah ke Mystopia karena ulah Mariana Lily, seorang gadis tomboy yang ikut terlempar juga bersamanya, karena hal itulah gadis itu menjadi tujuan utama untuk membalas perbuatannya karena sudah merusak kehidupannya. Meski dia juga ikut terlempar ke dunia itu, mereka terpisah jauh sehingga butuh waktu lama dalam perjalanannya masing-masing hingga mereka berdua bertemu kembali untuk menyelesaikan urusannya dan mencari cara untuk kembali ke dunia asalnya.

Levi11 · Fantasy
Not enough ratings
35 Chs

Chapter 7 : Pembersihan

("Mmmhh… Arrgghhh…")

("Akhirnya selesai juga..")

Kuregangkan badan pegal sehabis membuat potion, sambil berjalan melihat ke luar jendela dan sadar hari sudah mulai gelap. Zoker masih tertidur lelap di kasur, kunaikkan selimutnya agar tidak kedinginan. Selagi dia masih tidur, aku keluar mencari sesuatu untuk kami makan sebelum bertemu berandalan tadi siang.

~~~

Setelah makan malam dan membawakan bagian Zoker, aku ke tempat sepi lalu pergi mampir ke kahyangan sebentar menemui Berlin.

*Srek*

*Blink*

Meski aku datang saat malam hari, disini selalu terang dan cerah seperti biasa, seakan tidak terpengaruh dengan pergantian waktu maupun perubahan iklim.

Dan sosok yang kucari, yang seharusnya sedang duduk di singgahsananya selalu merasa kebosanan, dan selalu mengeluh karena tidak bisa mencabut statusnya sebelum menemukan penggantinya.

Sekarang tidak ada, dia tidak ada tempat seharusnya dia berada. Hanya terlihat pelayannya banyak berbaris rapi disana.

("Apa yang harus kulakukan sekarang?")

("Bertanya pada mereka?")

("Apa mereka mengerti bahasa manusia?")

("Apa mereka bisa berbicara?")

("Apa aku kembali lain kali saja?")

Berbagai pertanyaan muncul di kepalaku tidak tahu langkah apa yang harus kuambil. Saat aku masih bingung sendiri..

*Byarr*

"YOSSHAA!!" Terdengar suara seseorang seperti senang habis mendapatkan sesuatu

("Itu pasti dia.")

Aku berjalan menghampiri asal suaranya dari sisi kiri yang tertutupi awan yang menggumpal seperti pintu.

*Buff*

Awannya menghilang saat kusentuh. Dan terlihat ada Berlin sedang memancing sesuatu dari kolam yang entah bagaimana ada disana.

"Oh, Toon." Sapanya menyadari kedatanganku

"Sudah menentukan soal permintaanmu?" tanyanya

Aku berjalan menghampiri mengabaikan pertanyaannya dan melihat apa yang ada di dalam kolam tempat dia mancing.

��Apa yang sedang kau lakukan disini?" Tanyaku

"Seperti yang kau lihat, ME-MAN-CING." Jawabnya

"Hmm."

("Dia bilang memancing, tapi dari yang kulihat disini, tidak ada satupun ikan di kolamnya.")

"Apa yang kau pancing?"

Setelah kutanya, matanya berubah seperti ikan yang sudah mati melihat ke arah lain.

"Awan dan air." Balasnya hampir tidak terdengar

("Seseorang tolong gantikan dia dari posisinya.")

"Baiklah itu urusanmu, aku kesini untuk bertanya satu hal padamu." Lanjutku kembali ke tujuan utama

"Kejamnya.." balasnya

"Kau ingat gadis yang pernah datang kesini dan meminta sabit besar darimu?" tanyaku

*!!*

"Gadis itu…"

Tiba-tiba dia menggantung menarik jubahku gemetaran.

"Gadis itu GILA!!" teriaknya

"Hah??"

Aku bingung sendiri dengan sikapnya yang berubah drastis, seperti sangat ketakutan hanya dengan mendengar tentang Zoker.

"Gadis itu.. gadis itu.."

"Tenanglah, memangnya kenapa dengan gadis itu?" tanyaku penasaran

"Aku merasakan kekuatan yang sangat besar dari dirinya, jauh lebih kuat dibanding Raja Iblis yang pernah kami hadapi dulu." Jawabnya

"Kekuatan yang sangat besar?" responku bertanya-tanya sendiri

("Apa Crown-nya sekuat itu?")

"Bagaimana kau bisa tahu tentang dia?" tanyanya balik

"Dia sudah jadi servant-ku sekarang." jawabku

"S-Se-Servant?" Responnya terkejut mendengarnya

..

"Begitu ya, dengan kemampuanmu curangmu, kau pasti dapat dengan mudah mengalahkannya."

"Jangan bilang curang! Dan aku ingin bertanya tentang sabit besar yang kau berikan padanya."

"Bukan, aku bukan pembuat sabit besar itu." Bantahnya langsung

("Ha…??")

"Yaaa, bisa dibilang aku sudah meminjammm… tanpa izin dari pemilik aslinya." Lanjutnya ragu

"Jadi kau mencurinya?" Tanyaku tidak percaya

..

"Jawab." tegasku

"Meminjam, nanti suatu saat akan kukembalikan." bantahnya

"Suatu saat.." Lanjutnya menekankan

"Bukankah kau menyimpan semua senjatamu di dimensi lain?" Tanyaku berdasarkan pertarunganku dengannya

"Ya 'kan!" Balasnya langsung berdiri semangat

"Kau tahu sendiri, kalau aku sudah pasti menyimpan semua mahakaryaku disana!"

"Tapi saat dia datang kesini, tiba-tiba saja gerbang dimensi milikku muncul sendiri mengeluarkan sabit itu."

"Seperti peliharaan yang mengenali pemiliknya dan keluar dengan sendirinya, padahal itu adalah pertama kalinya aku bertemu gadis itu."

"Karena itulah aku yakin ada sesuatu yang tidak beres dengan gadis itu." Lanjutnya menjelaskan bagaimana Zoker mendapatkan sabit darinya

"Apa kau pernah memegangnya? Merasakan sesuatu yang ada di dalam sabitnya?" tanyaku lagi

"Pernah, sekali saat mau memasukkannya ke dimensiku."

"Sepertinya aku tidak merasakan apapun saat memegangnya, atau lupa karena sudah bertahun-tahun?" dia bertanya-tanya sendiri

"Kalau begitu, apa ada kekuatan khusus atau semacamnya yang dimiliki sabitnya?"

"Berdasarkan pengalamanku membuat berbagai macam senjata berkemampuan khusus.."

"Aku rasa senjata itu punya kemampuan untuk mengubah setiap kerusakan yang dihasilkan untuk memulihkan luka penggunanya." Ujarnya menjelaskan kemampuan khusus sabit milik Zoker

"Dengan kata lain, Lifesteal." Lanjutnya

"Tapi, sebagai bayarannya, kau harus rajin memberinya makan, agar kemampuannya tidak menumpul."

"Hmmm." Balasku mengangguk

("Aku tidak boleh lama-lama, sebelum Zoker bangun dan mencariku lagi ke seluruh penjuru kota.")

"Ya sudah, pertanyaanku sudah terjawab."

"Aku pergi dulu." Ucapku pamit kembali ke posisi untuk perginya

"Buru-buru sekali, sini saja dulu temani aku mancing disini." Ajaknya

("Dasar gila.")

Tanpa menoleh sedikitpun, aku pergi kembali dari kahyangan.

~~~

Di jalan pulang, aku masih melihat beberapa warga masih memperbaiki rumahnya hingga saat ini, jadi aku putuskan untuk memberikan bantuan tenaga. Walau sedikit, setidaknya aku bisa membantu mereka, meski sampai lupa waktu.

Dan akhirnya kejadian tadi pun terulang, lagi. Saat aku menoleh dan tak sengaja mata kami bertemu, dia berlari cepat ke arahku dengan wajah cemas.

("Ahhh.. aku benar-benar lupa dengan dia..")

*Brukk..*

Zoker datang menubruk hampir menjatuhkanku.

("Memangnya dia ini anjing apa?!")

"Tuan." sambil memeluk erat dengan suara pelan mengejar napas

"Maaf ya, tadi tidurmu lelap sekali, jadi aku tidak tega membangunkanmu." kataku mengelus-elus lembut kepalanya

"Oh iya." kataku berjalan mengambil kantung makanan yang kutaruh tidak jauh dari sana

"Ini makan malam—"

*!!*

*Fwoosh!!*

*Bukk*

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu mengarah kesini dan lompat ke arah Zoker hingga kami tersungkur di tanah.

("Siapa yang beraninya melemparkan anak panah pada ka—")

"Wow, hebat juga kau bisa menghindarinya."

Terdengar suara menjengkelkan dari jauh yang menembakkan anak panah ke arah kami, kantung makanannya jadi jatuh dan isinya berhamburan di jalanan saat aku melompat tadi.

"Coba hindari yang satu ini." sambil melemparkan sihir bola api ke arah rumah yang sedang diperbaiki

("Eh?! Kenapa dia mengincar rum—")

*Syuufh*

Dengan cepat aku melompat ke bola api itu dan..

*Bruwfh!*

..menendangnya hingga musnah.

("Tingkah mereka kali ini sudah keterlaluan dan membuatku muak.")

"Tidak ada yang terluka, kan?" tanyaku pada semua orang sekitar

"T-T-Tidak." balas salah seorang warga tergagap ketakutan

"Jangan melibatkan orang yang tidak bersalah disini, kita selesaikan di luar sekarang juga." teriakku ke berandalan itu sambil berlari ke luar kota

"Ayo." ajakku

Aku menarik tangan Zoker yang kupikir akan mengamuk, tapi entah kenapa mukanya malah terlihat merah padam tersenyum bahagia.

("Apa kepalanya terbentur terlalu keras?")

.

~~~

Di luar kota, aku mengulang kembali perjanjiannya.

"Kalau kalian bisa mengalahkanku... walau tidak mungkin sih." aku mengacak-acak rambut mencoba menahan amarah

"Kau jangan bergerak sebelum aku beri tanda." suruhku ke Zoker di belakangku

"Baik, tuan." balasnya masih kegirangan sendiri memeluk-meluk sabit besarnya

"AYO SEGERA HABISI DIA DAN KITA AKAN BERSENANG-SENANG SAMPAI PAGI!!!" teriak ketuanya

"OOOOOoo!!!!"

Dengan barbar mereka menyerangku secara bersamaan.

Tipe panah, penyihir, pedang besar, dan assasin, semuanya maju melancarkan serangan, kecuali ketuanya.

*Swing*

*BOOM*

*Slash.. Slash..*

("Lamban..")

("Pola serangan yang acak-acakan..")

("Mereka semua masih perlu banyak belajar.")

Walau serangannya masih sangat payah, aku tetap tidak boleh meremehkan mereka.

*Bakk.. Bukk.. Bwakk..*

Dengan mudah kukalahkan mereka satu-persatu hingga tersisa ketuanya, dia hanya diam memperhatikan pertarungan di belakang sejak tadi.

"Sekarang tinggal kau sendirian." kataku menghampirinya

"Hah? Kau yakin aku sendirian?" balasnya tersenyum lebar

Dia menggunakan Crown-nya, dan melihat ke arah teman-temannya.

Semua yang tadi sudah kubuat tidak bisa bergerak, tiba-tiba tubuh mereka diselimuti cahaya hijau dan semua lukanya sembuh seketika.

("Healer, tipe paling merepotkan dan harus dibunuh pertama dalam suatu pertarungan..")

[Note: Healer = seorang penyembuh]

Setelah disembuhkan, mereka mulai menyerang lagi.

"Semua seranganmu tidak akan ada gunanya, mereka akan bangkit lagi dan akan terus bangkit menyerangmu sampai kelelahan hingga kau mati!"

"Hahahahaha!!"

*sigh*

"Terima kasih sudah repot-repot menjelaskan kemampuanmu yang tidak berguna itu."

"Sayangnya .." kataku sambil menyibak poni

*Slashhh*

Secepat kilat siluet Zoker sudah berada di belakang semua rekannya yang baru saja disembuhkan.

"Kau tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa." Ucapku melihat ke arahnya sambil menyibak poniku menunjukkan mata kiriku yang menggunakan Crown

*Slash! Slash! Slash!!*

*Srott!!!*

Berandalan itu tercengang melihat semua kawannya satu-persatu terpenggal di belakangku, dengan darah segarnya yang muncrat kemana-mana.

"Bisa menyembuhkan yang masih hidup, dengan kata lain..." kataku sambil perlahan berjalan menghampirinya

"Tidak akan bisa menyembuhkan yang sudah mati."

*Puff*

Aku ubah dia menjadi boneka.

"Itulah cara terampuh ketika berhadapan dengan seorang healer." Lanjutku

Dia panik dan jatuh terduduk di hadapanku, seolah tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.

("Setelah melihat semua kawannya mati tepat di depan matanya, aku penasaran dengan apa yang akan kau lakukan selanjutnya.")

"Pa-Pa-Padahal kami hanya menjatuhkan makananmu, kenapa kau sampai berbuat seperti ini?!?!" Teriaknya histeris menjauh

" 'Hanya' ??"

.....

" 'HANYA' KAU BILANGG?!" teriakku terbawa emosi

*PWUUUFH〜*

*Duph!*

Tiba-tiba Zoker memeluk dari belakang.

"Sudah cukup, tuan." Ucapnya menenangkan dengan pelukannya yang semakin lama semakin erat

"Hah.."

Tanpa sadar ternyata aku sudah mengubah semua yang ada di hadapanku. Aku menarik napas panjang dan berusaha menenangkan diri. Area skill-ku mengecil dan hanya si bandit yang jadi boneka.

[Note: Skill = Kemampuan]

"Aku akan repot-repot menjelaskannya padamu yang bodohnya sudah kelewat parah." Ucapku mengeluarkan ketiga jariku di tangan kananku

"Pertama, kau berani menyentuh servant-ku dengan tangan kotormu." Kumasukkan jari telunjukku

"Kedua, kau menjatuhkan makanan untuk servant-ku." Lalu jari tengah

"Dan ketiga, kau hampir saja menghancurkan lagi rumah yang sudah kubantu dengan kerja kerasku dari sore." Terakhir jari manis lalu mengepalkannya

" 'Lagi' ?" tanyanya bingung

("Ah..!")

"Jadi kau yang orang memporak-porandakan kota?" lanjutnya mengambil kesimpulan

("Aku keceplosan...")

"E-Ehm."

"Dengar ya Zoker, tidak ada satupun orang yang tahu kalau kita yang sudah merusak kota, paham?" jelasku

"Dimengerti, tuan."

"Oh ya, jangan lupa memberi makan scythe-mu itu ya." kataku pergi duluan kembali ke kota

"T-Tuan, bagaimana kau... baiklah." Balasnya menurut

("Aku yakin dia bertanya-tanya dari mana aku tahu tentang senjatanya.")

Scythe-nya harus diberi makan/tumbal secara teratur, atau kekuatannya menghilang. Dan juga aku merasakan sesuatu yang aneh saat memegangnya pertama kali, meski saat itu belum terlalu terasa jelas. Seperti rasa haus darah yang tidak tertahan lagi, mungkin itu sebabnya dulu dia membunuh para bangsawan-bangsawan jahat.

Berandalan itu mulai panik dan bicara tidak jelas saat aku meninggalkan dia dengan Zoker.

"B-Bagaimana bisa orang yang sepertimu melakukan hal sekejam ini? Kau bisa menjadi pahlawan hebat dengan kemampuan seperti itu!!" Teriaknya melihatku pergi meninggalkannya

"Ha..??" responku heran menghentikan langkah

Aku kembali berbalik berjalan menghampirinya.

*Dap!!*

"Bagian mananya yang menyenangkan dengan menjadi pahlawan?" Balasku menginjak kepala bonekanya

"AKU HANYA INGIN KEHIDUPAN DAMAIKU KEMBALI!!" teriakku menendang tubuh kecilnya ke genangan darah kawan-kawannya

*Cepluk*

"Jangan samakan aku dengan omong kosong seperti itu.." ucapku mengakhiri

Setelah merasa puas, aku mengembalikannya jadi manusia dan meninggalkan sisanya ke Zoker.

"KAU IBLIS!! DEWA PASTI AKAN MEMBALA—"

*Slash*

Kalimatnya terputus begitu saja.

~~~

Aku menunggu Zoker di depan gerbang kota.

Setelah terdiam beberapa lama, aku baru tersadar..

("Aku lupa tujuan awalku berurusan dengan mereka..")

("Kalau sudah seperti ini, ujung-ujungnya aku minta bantuan Informan lagi.")

*Bugh!*

Selagi aku berpikir, Zoker datang berlari ke arahku dan langsung memelukku dengan erat sampai aku sulit bernapas.

"Aku mencintaimu, tuan." sambil mengusapkan wajahnya di badanku

*Deg..Deg..*

"I-Iya-iya, untuk sekarang lepaskan dulu.. cengkramanmu ini, tolong.." Pintaku hampir kehabisan napas

Aku tidak percaya Zoker berani mengatakan hal seperti itu, saat kulihat matanya, ternyata dia masih menggunakan Crown.

Kurasa dialah orang perempuan pertama yang mengatakannya langsung padaku selain ibu, mendengarnya langsung dari seorang gadis membuatku deg-degan. Sisi yang satu ini cukup berani, dan sedikit mengerikan. Tapi aku tetap akan terima, karena ini juga bagian dari dirinya.

"A-Aku sudah lelah, sana kau cari makan malam sendiri dan segera kembali ke penginapan, aku mau tidur." Kataku memberi uang dan berpisah

"Baik〜" jawabnya semangat dan berlari ke kota seperti anak kecil

*Deng..*

Pandanganku mulai kabur, tenagaku terkuras habis setelah menggunakan Crown dengan area sebesar itu. Aku percepat langkah kembali ke penginapan dan segera tidur.

~~~

Tidur akan terasa begitu nikmat setelah kau bekerja keras, walau posisi tidurku terasa aneh. Rasanya aku mendekap sesuatu seperti guling, tapi sensasinya berbeda dan lumayan enak juga.

Aku membuka mata, dan yang pertama kali kulihat adalah wajah tidurnya Zoker yang berada dekat sekali denganku. Bibir kecilnya yang merah merekah, membuatku lupa diri terbawa suasana. Tanpa sadar aku bergerak mendekat dan ingin menciumnya yang sedang tertidur lelap.

Begitu hampir tidak ada jarak diantara bibir kami, perlahan dia membuka matanya bangun.

*Bukh!*

Aku refleks bangun menjauh dan memukul diri sendiri.

"Mmmwaaahhuff..."

Dia meregangkan badan bangun dari tidurnya.

"Ehmm.. Selamat pagi tuan." Sapanya mengusap-usap matanya yang sayu

"Pagi .." balasku sepenuhnya menoleh ke arahnya

"Ada apa tuan, pipimu memerah?" tanya dia langsung segar karena penasaran

"Tidak, aku habis menampar nyamuk di pipi tadi."

Terlintas di pikiranku sudah berapa kali aku melakukan hal mesum dengannya, meski yang sebelumnya tidak disengaja. Dan kali ini aku terbawa suasana dan hampir saja menciumnya, aku harus bisa lebih mengendalikan diri saat berduaan dengannya, atau lebih tepatnya bertiga.

Aku coba mengalihkan pembicaraan.

"Ka-Kau sudah makan 'kan semalam? Apa tidurmu nyenyak?" tanyaku acak tanpa berpikir

"Aku sudah makan semalam, dan tidurku sangat nyenyak, tuan."

"Karena kali ini tuan ada di sampingku saat aku bangun." balasnya dengan senyum manisnya

("Apa yang sudah coba kulakukan pada gadis semanis ini?!?!")

"Berada di sisi tuan saja sudah membuatku merasa tenang." Lanjutnya

"Cukup." aku mengalihkan pandangan menutupi rasa maluku

("Kalau dipikir-pikir lagi, aku tidak memesankan kamar untuk Zoker, jadi dia tidak salah kalau tidur di sebelahku.")

("Dan juga sepertinya dia sedikit berubah setelah kejadian kemarin, tanpa menggunakan Crown-pun dia menjadi lebih berani.")

("Selama bukan dalam hal buruk, aku biarkan saja dia berkembang.")

"Aku khawatir dengan pandangan orang kepada kita, jika kita tetap seperti ini, lebih baik kau punya kamar sendi—"

"Hah!?" responnya tiba-tiba bertukar dengan Crown-nya

("Mulai lagi..")

"Siapa yang berani membicarakan tuan di belakang?!" tiba-tiba sifatnya berubah memberontak

"Ini hanya untuk berjaga-jaga, dan juga jangan bertukar tiba-tiba seperti itu." Kataku mengingatkan

("Aku sudah tidak kaget dengan pertukarannya yang tidak menentu seperti ini.")

"Hmph... baiklah." Balasnya terlihat tetap tidak terima dan bertukar lagi

"Kalau begitu, nanti aku pesankan kamar untukmu."

"Jadi kau bisa tidur sendiri, itu juga kalau kita masih lama disini." kataku menyimpulkan

"A-Aku tidak apa-apa kok tidur bersama tuan, jadi tuan tidak perlu menghabiskan lebih banyak uang untukku." balasnya yang sudah kembali normal

"Tidak, ini demi kebaikanku." bantahku cepat

"Hmm??" Dia hanya memasang wajah bingung memiringkan kepala

("Aku tidak yakin bisa bertahan kalau setiap pagi terus seperti ini.")

Aku keluar menanyakan ke pemilik...

Dan...

Segera kembali karena katanya sudah tidak ada kamar kosong.

"Kamarnya tidak ada lagi." Kataku

Zoker melihat dengan wajah berseri-seri.

"Berarti tuan dan aku akan—"

"Aku akan tidur di bar." potongku

Ekspresi wajahnya langsung berubah dari senang jadi cemberut.

"Tapi itu belum pasti, karena kita mungkin akan mencari penginapan lain." lanjutku

("Karena memang belum pasti kami akan tetap disini atau pergi sebelum aku bertanya ke Informan.")

*Tok.. tok.. tok..*

Disaat kami sedang berbincang, tiba-tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamar kami.

"Ada orang di luar, tuan."

"Abaikan saja." suruhku

("Siapa juga yang bertamu sepagi ini.")

Aku tidak menghiraukannya dan berharap siapapun yang mengetuk agar segera pergi.

"Permisi, tuan Toon." katanya setelah beberapa kali mengetuk pintu

Aku merasa pernah dengar suaranya, tapi tidak ingat siapa dan dimana.

"Aku sedang sibuk sekarang." kataku mencoba mengusir

"Oh, baiklah kalau begitu."

"Nanti siang, tolong datang ke kantor walikota, ada hal penting yang ingin kubicarakan."

"Maaf sudah mengganggu pagi-pagi, tuan Toon." suaranya terdengar mulai pergi menjauh

("Benar-benar terdengar familiar, entah kenapa aku merasa kalau dia adalah orang penting.")

("Percuma saja, sekeras apapun aku mencoba, tetap tidak ingat.")

Aku coba tanya Zoker, berhubung dia penduduk sini.

"Apa kau tahu tadi itu siapa?" tanyaku menoleh

"Itu.. Itu suara pak Walikota." jawabnya

*Deng…..*

Aku terdiam membatu setelah tahu tadi adalah Walikota, dan aku sudah bersikap kasar padanya. Ditambah, aku tidak tahu apa alasan aku dipanggil olehnya.

("Mungkinkah dia sudah menyadari kalau aku yang bertanggung jawab atas kerusakan kota? Dan bantuanku waktu itu hanyalah uang sogokan? Bagaimana kalau—")

Secara tak sadar kebiasaan berpikir berlebihanku keluar lagi.

"Tuan." Panggil Zoker dengan lembut memegang tanganku

"Te-Tenanglah, semua pasti akan baik-baik saja." Ucapnya mencoba menenangkanku

("Bodohnya aku, sudah membuatnya khawatir hanya karena hal seperti ini.")

"Terima kasih, berkatmu aku sudah bisa berpikir jernih lagi." Balasku tersenyum padanya

"Aku juga senang bila bisa berguna untuk tuan."

Sebelum bertemu Walikota, kami menghabiskan waktu berkeliling kota. Kami membeli banyak makanan dan membawanya ke taman kota seperti pertama kali bertemu.

Terlihat jelas kalau ada sesuatu yang sedang mengganggu pikirannya, kucoba tanyakan padanya.

"Zoker."

"Ya, tuan..?"

"Kalau ada sesuatu yang ingin kau bicarakan, katakan saja."

"Aku akan dengarkan." bujukku

"Tolong berjanjilah kau tidak akan meninggalkanku, tuan." Balasnya melas

("Entah sudah berapa kali aku mendengar kalimat ini darinya.")

Dia membuatku semakin tidak sabar dan penasaran dengan apa yang sedang mengganggu pikirannya, aku hanya bisa menunggu dan berharap kalau dia akan membicarakan masa lalunya yang masih menjadi misteri yang belum terjawab bagiku.

baca perlahan dan teliti ya..

Karena saya membuatnya dengan sebaik mungkin demi mengeluarkan ekspresi setiap karakter. Meski untuk penggambaran situasi dan adegan pertarungan saya pribadi merasa sangat kurang, saya akan mencari banyak referensi lain agar film yg berputar di kepala saya bisa tersampaikan lewat kata-kata pada kalian.

^U^

(nb: if only i can drawing manga or such webtoon komik, i will do that properly XD)

Levi11creators' thoughts