webnovel

Crown: Transferred to Another World to 'Realize' My True Feeling

Dalam suatu perkelahian, Kurobane Hiro, seorang pemuda penyuka boneka terpindah ke Mystopia karena ulah Mariana Lily, seorang gadis tomboy yang ikut terlempar juga bersamanya, karena hal itulah gadis itu menjadi tujuan utama untuk membalas perbuatannya karena sudah merusak kehidupannya. Meski dia juga ikut terlempar ke dunia itu, mereka terpisah jauh sehingga butuh waktu lama dalam perjalanannya masing-masing hingga mereka berdua bertemu kembali untuk menyelesaikan urusannya dan mencari cara untuk kembali ke dunia asalnya.

Levi11 · Fantasy
Not enough ratings
35 Chs

Chapter 13: Buronan Dewa

Seperti biasa, di jalan banyak sekali kios-kios makanan yang menggoda. Biasanya kalau lewat tempat seperti ini aku selalu beli beberapa sebagai cemilan di jalan, tapi kini keadaannya sudah berbeda.

Zoker yang biasanya tidak bisa menahan diri kalau soal makanan, sekarang diam saja seolah tidak tertarik. Saat melihat sekeliling sambil terus berjalan, tidak sengaja aku melihat seorang anak kecil sedang dipukuli tiga anak sepantarannya di sebuah gang kecil.

"Zoker." Panggilku menoleh agar dia mengikuti

Tanpa menjawab, dia berlari kecil mengikutiku masuk.

~~~

*Bukk.. Bakk.. Bukk..*

Aku mendekat melihat mereka lebih jelas.

("Mungkin seperti inilah sudut pandang dari orang-orang yang hanya diam menontonku diperlakukan seperti ini dulu.")

Aku terus memperhatikan sampai salah satu pembully-nya menyadariku di belakang mereka.

"Mau apa kau?" tanyanya membuat semua temannya yang memukuli ikut melihatku

"Tidak ada, aku hanya kebetulan lewat sini." Balasku singkat terkesan acuh

..

Mereka sekarang hanya terdiam memperhatikanku dan berhenti memukuli bocah malang tersebut.

"Kenapa? Lanjutkan saja."

"Aku tidak akan mengganggu." Lanjutku mempersilahkan

Entah kenapa mereka malah terlihat tidak mood untuk melanjutkannya.

"Apakah menyenangkan? Dengan memukuli orang lain hanya karena jumlah kalian lebih banyak?" tanyaku mulai mengintimidasi

Mereka hanya mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Membosankan, bukan? Menyerang sesuatu yang bahkan tidak bisa membalas?"

..

("Masih tidak merespon, ya..?")

"Bagaimana kalau sekarang giliran dia yang memukul kalian satu-persatu?" tantangku

"Ha?!" serempak mereka semua mulai bertanya-tanya melihat ke arahku lagi

"Kau bercanda? Dia ini terlalu lemah dan pengecut, jadi kami tidak mau berteman dengannya dan menjauhinya." Jelas salah seorang dari mereka

"Tapi dia selalu saja mengikuti kami, jadi kami memberinya pelajaran agar dia mengerti kalau..."

"KALAU LELAKI ITU TIDAK BOLEH LEMAH!!" teriaknya mengepalkan tangan

("Dia mengingatkanku pada seseorang.")

"Baiklah kita lihat, apa memang dia selemah yang kalian katakan atau tidak."

Aku jalan menghampiri anak yang dipukuli tadi.

"Hei bocah, cepat bangun." Kataku menarik tangannya bangun

Kulihat luka-luka di tubuhnya.

("Masih bisa bergerak.")

"Kau mau membalas yang mereka lakukan padamu atau tidak?" tanyaku

"Ti-Tidak, aku hanya mau terus bersama mereka…" Jawabnya terlihat masih kesakitan

("Naif, tipe yang paling merepotkan.")

"Tidak, kau harus membalas mereka sekarang juga." Bantahku memaksa

Tanpa menjawab, dia hanya membalaskan tatapan tidak mengertinya padaku.

"Kalau kau tidak mau, kakak yang memegang sabit besar disana akan membunuh teman-temanmu." Kataku menunjuk Zoker yang ada di pintu keluar gang

"He?!" Responnya kaget dengan apa yang kukatakan barusan

"Ano.. Eto.."

Dia terlihat bingung dan panik melirik kesana kemari.

"A-Aku akan melakukan apapun yang tuan perintahkan padaku." Ucapnya menyembunyikan wajah dengan sabitnya

("Mana mungkin mereka takut kalau kau-nya malah seperti itu.")

Aku perhatikan bagaimana respon mereka satu per satu.

("Eh!??")

Wajah mereka terlihat sangat ketakutan, bahkan dengan tingkah Zoker yang seperti itu.

("Berhasil?! Mereka percaya?!")

Karena mereka sudah terlihat percaya dengan omonganku, aku langsung memanfaatkan kepolosan mereka.

"Jadi bagaimana? Kau mau memukul balik teman-temanmu demi menyelamatkannya atau kakak yang disana itu yang akan melakukan tugasnya?" Tanyaku memberi pilihan

"A-A-Aku.."

"Akan kulakukan." Jawabnya percaya diri

Dia berjalan ke teman-temannya.

"Cepat lakukan atau kami akan mati!" bentak salah seorang anak yang tidak sabar ingin dipukul olehnya

"Maafkan aku." Ucapnya berpose aneh bersiap memukul

*Bukk!*

"Argh..!!" teriak anak yang dipukul hingga jatuh

*Bruk!*

"HA??"

Anak lainnya terkejut heran melihat temannya berhasil dipukul olehnya hingga terjatuh, sedangkan yang memukul terlihat tidak percaya dengan pukulannya barusan.

"Ap.. Apa yang sebenarnya—"

"Ayo, masih ada dua orang lagi." Tegasku mengingatkan

*Bugh!!*

*Buakk!!*

Lalu dia memukul sisanya hingga terjatuh juga seperti yang pertama.

"Bagaimana ini, kenapa mereka terlihat begitu kesakitan meski kupukul pelan." Dia bertanya-tanya sendiri

*pukk*

Aku menepuk pundaknya.

"Mungkin karena sebenarnya kau ini punya kekuatan untuk membela diri, bahkan untuk melindungi orang-orang yang penting bagimu." Jelasku padanya

Dia hanya diam memandangi tangannya yang masih mengepal, dan..

*swing〜*

*Tap!*

..mengayunkan pukulannya mencoba memukulku, tapi dengan mudah kutahan.

"Tapi.."

Kuangkat dagunya menatap langsung mataku.

"Kau harus tahu juga siapa lawanmu sebelum menyerangnya." Tambahku mengingatkan

"Jadi kau harus menjadi lebih kuat, agar bisa melindungi mereka juga seperti saat ini."

Setelah kulepas, dia langsung bergegas menghampiri teman-temannya.

"Sekarang pergilah sebelum aku berubah pikiran." Suruhku

"Ayo! Ayo cepat kita pergi!" ajaknya tergesa-gesa pergi

Dan mereka pergi lari terbirit-birit.

..

"Baguslah kau mengerti maksudku tadi." Ucapku ke Zoker sambil berjalan keluar gang

"Ayo kita lanjut jal—"

「"Aku lihat apa yang kau lakukan tadi…"」

*!!*

「"Tuan Boneka." 」

Tiba-tiba terdengar jelas suara asing masuk ke dalam kepalaku.

*Zinnngggggg—ZEBB!*

Tiba-tiba aku merasakan ada kekuatan yang sangat besar muncul di dekat kami.

"Gawat!"

"Lari Zoker!" teriakku menarik tangannya

*!!*

"Zok—"

Dia terdiam membatu tidak merespon sedikitpun, seakan..

"Waktu telah terhenti.."

Kulihat sekitar untuk memastikan, dan benar..

"Waktunya berhenti." Ucapku bicara sendiri

"Mana mungkin waktunya berhenti." Balas seseorang dengan suara yang sama seperti sebelumnya

"Suara anak kecil?"

Dengan tergesa-gesa aku melihat sekeliling mencari sumber suara tadi, tapi tidak melihat seorangpun di sekitarku.

"Siapa kau? Tunjukkan dirimu." Panggilku masih mencari-cari

"AKU DI BAWAH SINI!"

Ternyata asal suaranya sedang berdiri tepat di depanku, tapi terlalu kecil dan pendek untuk dilihat secara normal.

"Kucing??" aku bertanya-tanya sendiri

"Tidak sopan, aku bukan kucing!" balasnya marah-marah

"Tidak-tidak mungkin, hanya kucing yang punya telinga seperti itu."

"Aku setengah kucing." Lanjutnya malah berpose sombong

("Terserahlah.")

Gadis kecil setengah kucing dengan kostum khas gadis kuil atau sejenisnya dengan penutup mata yang menutupi kedua matanya tiba-tiba muncul di hadapanku inilah yang sepertinya telah menghentikan waktu.

"Hei, kucing kecil." Panggilku

"Berhenti memanggilku kucing! Dan aku bukan anak kecil! Umurku sudah.. SERATUS.! DUA PULUH.! TAHUN!!" balasnya marah menginjak-injak tanah

"Berhenti memanggilku kecil dan.. mmm… kucing."

"Aku punya nama."

("Dia hampir lupa dengan dirinya sendiri? Dan juga 120 tahun?!")

"Namaku Tear, aku tertarik dengan kemampuanmu itu, tuan boneka." Jelasnya

"Meski sudah jelas kemampuanku jauh lebih hebat dibanding milikmu." Tambahnya malah membanding-bandingkan

*smug*

"Entah kenapa ekspresinya itu membuatku kesal."

"Apa maksudmu tuan boneka?" tanyaku

"4pA Mak5uDmU Tu4N b0n3ka?" tirunya dengan nada meledek perkataanku

"Kau mungkin bisa menipu mata bocah-bocah tadi dan juga servant kepala tigamu itu, tapi tidak denganku." Jelasnya

"Kepala tiga? Apa maksud—"

"Dalam sepersekian detik, kau mengubah anak-anak yang dipukul oleh anak yang pengecut tadi menjadi boneka lalu mengembalikannya lagi, kan?" jelasnya memotong perkataanku

("Dia bisa melihat penggunaan Crown-ku tadi?!")

("Dia pasti bukan kucing biasa.")

"Wajah itu, kau pasti masih berpikir kalau aku ini kucing 'kan?!"

"Tapi tak apalah.."

"Ayo ayo! Kagumlah dengan kehebatanku." Tambahnya seolah membaca pikiranku

"Baiklah, kau benar." Ucapku mengalah

"Jadi apa tujuanmu bertemu denganku hingga menghentikan waktu seperti ini?" tanyaku langsung ke intinya

"Menghentikan waktu? Tidak mungkin aku bisa melakukan hal seperti itu dengan keadaanku yang sekarang." Bantahnya

"Dengar, aku adalah buronan di dunia ini."

"Jadi, apapun yang sudah kau curi entah ikan atau sejenisnya, cepat kembalikan pada pemiliknya." Balasku cepat

"Mencuri itu tidak baik, kalau kau butuh uang kau harus bekerja keras."

("Karena itulah hukum yang selalu berlaku tidak peduli di dunia manapun.")

"Kau menuduhku mencuri?! Aku tidak mungkin melakukan hal serendah itu!" bantahnya kesal

"Eh?" dia tersadar akan sesuatu

"Hmm, tapi secara tidak langsung aku memang sudah mencuri ya.." pikirnya bicara sendiri

"Tapi!" dia tiba-tiba menunjuk ke arahku

"Apa yang aku curi bukanlah hal rendahan seperti uang atau materi apapun di dunia ini."

"Tapi adalah.. ini." Ucapnya mulai menyatukan kedua tangannya ke arahku

*!!*

("Gawat.")

*puff*

Segera kuubah dia jadi boneka untuk menggagalkan skillnya.

"Percuma." Ucapnya sambil tersenyum kecil seperti mendeklarasikan kemenangannya

Dia memisahkan tangannya yang menyatu tadi dan..

*Sssziiinnngggg*

"Eh?"

*Syuu〜*

Entah kenapa pandanganku seperti terlempar ke kanan.

*Bruk!!*

Ada sesuatu yang jatuh dari tempatku berdiri.

("Hah?!")

("T-Tubuhku..")

Aku melihat tubuhku sendiri jatuh begitu saja, sedangkan aku ada disini, terasa seperti mengambang di udara.

"EH!!"

("Apa ini? Bagaimana mungkin?!")

"Ahahahaha, bagaimana? Terkejut? Hahahaha." Dia malah tertawa sangat lepas melihatku panik

"Jadi yang kau curi adalah.."

"Benar, jiwa." Lanjutnya meneruskan omonganku

("Sial, dia masih bisa menggunakan kekuatannya meski dalam bentuk boneka.")

("Tapi wujudnya yang seperti boneka kucing itu imut sekali!!")

"Sudah cukup berbincangnya, aku menawarkan sesuatu padamu." Nada bicaranya berubah jadi serius

"Aku bisa memisahkan dan menyatukan segala sesuatu, kau pasti tahu kalau kau punya sesuatu yang harus dipisahkan, bukan?" Jelasnya

*??*

("Tidak, aku tidak tahu.")

"Mungkin terdengar tidak masuk akal, sayangnya aku tidak 'sempat' tahu kau mau bekerja sama denganku atau tidak nantinya."

"Tapi bila kau mau, aku hanya minta satu hal padamu sebagai bayarannya."

*Vhrufh〜*

Tiba-tiba muncul api biru kecil di tubuhnya.

"Hei, bajumu terbakar tuh."

"Oh ya..?"

"Berarti waktuku sudah tidak banyak." Ucapnya tetap tenang entah bagaimana bisa melihat api yang muncul di badannya seolah sudah biasa dengan mata tertutupnya

"Semua yang terjadi antara kau dan aku akan tersimpan aman di dalam kepalamu, meski kau merasa tidak terjadi apa-apa setelah ini."

Sedikit demi sedikit apinya merambat ke seluruh tubuhnya.

("Dia tidak kepanasan apa?")

"Kalau kau ingin aku membantumu, kau harus bersedia u..uk." Ucapnya dengan suara dan tubuhnya yang mulai memudar

"Menurunkan … d..i .....nya.." perkataannya tidak terdengar jelas diakhiri senyuman lebar di wajahnya

*Flusshh〜*

Dia menghilang begitu saja dilahap api biru di tubuhnya, menyisakan misteri dari apa maksud dan pesan yang dia sampaikan. Sejujurnya karena dianya nge-glitch, aku juga tidak bisa dengar perkataannya dengan jelas.

("Dasar kucing buronan tidak jelas.")

"Sekarang, bagaimana caranya aku kembali ke tu—"

*blink*

~~~

….

..

"Tuan…"

"Tuan."

"Kau tidak apa-apa tuan?"

Terdengar suara Zoker memanggil.

("Ha? Kenapa aku tiduran disini? Apa yang terjadi barusan?")

"Tidak, aku tidak apa Zoker." Jawabku bangun

("Apa sebenarnya yang sudah terjadi?")

"Tadi kita sedang apa sih?" tanyaku seperti telah melupakan sesuatu yang penting

"Tuan tadi habis membantu anak yang dipukuli teman-temannya disini." Jawabnya

"Oh iya."

"Ya sudah, ayo lanjut jalan lagi." ajakku

"Baik."

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan kami ke Hutan Terlarang, meski ada rasa penasaran yang mengganggu namun perlahan-lahan terlupakan oleh waktu.

~~~

Di tengah perjalanan, tidak yakin sudah seberapa jauh kami berjalan. Matahari sudah semakin terik, kami memutuskan untuk beristirahat makan siang duduk di bawah pepohonan rindang di tepi jalan.

"Ini, tuan." Zoker menyodorkan bekal dari tasnya

"Terima kasih."

Setelah dia dapat bagiannya juga, kami mulai makan. Di sela-sela makan, Zoker memulai pembicaraan.

"Tuan."

"Hmm?" balasku sambil mengunyah

"Aku penasaran, saat ini kita menjadi petualang hanya untuk mencari uang."

"Kalau tuan baru kepikiran mencari uang dengan menjadi petualang, lalu saat kita pertama kali bertemu, tuan punya uang sebanyak itu darimana?" tanyanya

*glek*

"Dari sayembara di ibukota tempo ha—"

"Tunggu." Perkataanku terpotong dan terdiam menyadari sesuatu

Kutaruh makanannya dulu sebentar.

"Bukankah kau juga dapat juara dari sisi wanita? Kalau begitu.."

"Ya, aku berhasil sampai final waktu itu." Balasnya

("Sial, kenapa aku baru menyadarinya sekarang.")

"Berarti kau juga punya uang dari hadiah sayembaranya, 'kan?"

"Ya, tuan. Langsung aku simpan semuanya di bank."

*facepalm*

Kututupi wajah dengan tangan karena kesal baru menyadarinya.

"Kenapa kau tidak bilang dari awal, Zoker?"

"E-Eh.. Anu.. Karena tuan tidak bertanya, dan juga kupikir tuan tidak akan mau menerima uang dariku." Balasnya terdengar murung

"Aku takut menyinggung harga dirimu, tuan." Nada suaranya semakin pelan

"Maafkan aku." Lanjutnya menunduk semakin terlihat merasa bersalah

"Harga diri?" Balasku

("Persetan dengan harga diri!")

"Kau tidak perlu memikirkan hal tidak penting seperti itu."

"Kau sudah kuanggap seperti keluargaku sendiri disini."

"Eh..??" Responnya mengangkat kepala melihat ke arahku

"Jadi, aku akan menggunakan semua yang kau punya, dan berlaku juga sebaliknya."

"Jangan sungkan untuk mengatakan semuanya padaku." Lanjutku berusaha terlihat keren

..

Dia diam tidak berkata apa-apa setelah kubilang begitu.

("AAAAHHHHH MEMALUKAN SEKALI!!!")

("TUAN MACAM APA YANG MENGATAKAN HAL SERENDAH ITU KE PELAYANNYA?!?!?!?!?!")

Karena situasinya terasa canggung, jadi aku lanjut makan lagi.

"Ayo kau juga makan, perjalanan kita mungkin masih jauh." Ajakku menyodorkan makanannya

"Mmm, baik." Balasnya tersenyum kecil

"Dengan ini berarti masalah keuangan kita sudah teratasi." Ucapku lega

"Tapi berhubung questnya sudah diambil, sekalian diselesaikan saja karena bayarannya juga lumayan."

Karena insiden walikota korup itu, sekarang aku jadi menyadari betapa pentingnya uang untuk bertahan hidup. Karena di dulu, aku sama sekali tidak pernah memikirkannya.

~~~

Selesai istirahat, kami jalan lagi menuju Hutan Terlarang. Meski seingatku aku tidak pernah lewat sini saat pergi ke ibukota dulu, dan juga sekarang Zoker yang memandu, meski dianya malah berjalan di belakangku.

"Tuan." panggil Zoker

"Ada apa?"

"Kalau ada waktu, ada yang perlu kubicarakan denganmu, tuan."

*sigh*

"Selama kita belum sampai ke tujuan, aku punya banyak waktu."

"Bicara saja." Balasku tetap berjalan

"Anu.."

"S-Sebenarnya aku ini berasal dari keluarga bangsawan di Omnius." Jelasnya mengawali

"Apa kau tahu rumor yang terjadi pada keluargaku?" tanyanya

"Keluargamu dibunuh dengan sadis beberapa hari sebelum turnamen, dan hingga kini pelakunya masih belum tertangkap." Jawabku berdasarkan info dari paman pemilik bar

"Ahahaha, jadi kau sudah tahu ya." Balasnya tertawa lemas

"Mmm.. Sebenarnya.. belum diketahui juga siapa pelakunya hingga sekarang, mereka hanya menebar info palsu untuk menghindari kepanikan publik." Lanjutnya

"Ya, yang terpenting sekarang kau jangan khawatir." Kataku menenangkan

"Pelakunya pasti nanti akan mendapatkan balasan—"

"Akulah pelakunya." Ucapnya memotong

..

Mendengarnya, langkahku terhenti dan berbalik melihat ke arahnya.

"Kau.."

Kupercepat langkah menghampiri dia dan langsung menggenggam erat pundaknya.

"Lihat mataku."

Perlahan dia mengangkat kepalanya yang menunduk menatapku.

"Kau sungguh, telah membunuh keluargamu sendiri?" Tanyaku

Perlahan dia memalingkan pandangan ke arah lain.

*shake!!*

Kuguncangkan tubuhnya agar tidak lari dari kenyataan.

"Lihat mataku!" Tegasku

Dia kembali melihat mataku, tapi seperti ketakutan.

"I-Iya, tuan. Aku telah.. membunuh keluargaku sendiri." Balasnya dengan mata mulai berkaca-kaca

"Hiks.. Hiks.."

Tidak ada kebohongan terpancar dari matanya. Tapi aku selalu percaya tidak akan ada asap kalau tidak ada api, jadi aku tidak bisa langsung memarahinya begitu saja tanpa mendengar penjelasannya.

"Jadi." kulepaskan genggaman dan menjauh sedikit memberinya ruang

"Apa alasan kau melakukan itu?" lanjutku bertanya setenang mungkin

Agar tidak mengganggu jika ada pengguna jalan lain, kutarik tangannya untuk menepi dari jalan.

Setelah menepi, kami duduk senyaman mungkin saling berhadapan untuk memperjelas semuanya.

..

"Tuan.."

"Kau tidak akan meninggalkanku, kan?" tanyanya melas seperti biasa

Aku hanya menatapnya tanpa menjawab sedikitpun hingga dia menceritakan semuanya sekarang juga.

"Ceritakan detailnya." Suruhku sambil melipat tangan

"Mmm." Responnya mengangguk pelan sambil menyeka air matanya

"Aku adalah anak tunggal dari keluarga bangsawan terkenal di Omnius, dengan segala aset kekayaan yang melimpah dari bisnis keluarga."

"Dan dengan tuntutan dari keluarga besar dan juga kedua orang tuaku, aku dipaksa mengikuti semua keinginan mereka dan harus melakukannya segalanya dengan sempurna."

" {"Ini semua kami lakukan demi menjaga nama baik keluarga, demi masa depanmu juga."} kata mereka terus menerus padaku setiap kali bertemu di acara keluarga."

"Setiap hari terasa begitu sesak, tanpa sedikitpun ruang untuk bernapas bagiku.."

"Memberikan berbagai aturan dan larangan yang sangat ketat, demi membuatku menjadi gadis sempurna dan ideal bagi mereka."

"Mungkin kalau hanya sebatas itu saja, aku masih bisa bertahan."

"Tapi di pesta ulang tahunku yang ke-16…"

Dia mulai menundukkan kepalanya.

("Tekanannya terasa berat sekali.")

"Pestanya banyak dihadiri keluarga bangsawan lain dan berbagai para pemuka politik."

"Tiba-tiba saja mereka mengumumkan soal pertunanganku dengan anak laki-laki salah seorang keluarga bangsawan yang hadir di depan khalayak orang banyak."

"Hal itu terjadi begitu tiba-tiba, aku tidak pernah mendengar soal pertunangan atau apapun soal perjodohan itu, bahkan aku tidak kenal sama sekali dengan lelaki itu."

"Mereka menentukan segalanya tanpa sepengetahuanku!" Teriaknya menutupi wajah

"Mau sampai mana?! Sampai kapan mereka akan menentukan apa yang akan terjadi dalam hidupku!?"

"INI HIDUPKU! AKULAH YANG BERHAK ATAS KEHIDUPANKU SENDIRI!!" teriaknya semakin keras

..

*sigh*

"Saat itulah.." nada bicaranya normal kembali

"Terasa ada sesuatu yang masuk ke dalam pikiranku, ke dalam diriku dan menghasut untuk menyerahkan segalanya padanya."

"Dengan begitu dia akan membantuku melepas segala penderitaanku yang selama ini kupendam dengan cepat tanpa mengotori tanganku sendiri."

("Itukah awal mula Crown-nya muncul?")

"Aku tahu aku seharusnya menolak."

"Tapi.." ucapnya perlahan menyatukan tangannya menggenggam ke dada

"Akal sehatku telah dikalahkan oleh rasa benciku pada mereka." Lanjutnya menunjukkan jelas senyum lebarnya padaku

("Senyuman itu.. sama seperti saat dia lepas kendali waktu itu.")

Setelah dia berkedip, terlihat matanya berubah lagi. Membuktikan kalau dia benar-benar berganti jadi dirinya yang lain selain Crown-nya.

("Huruf 'V'.")

"Ahaahahahha.." lanjutnya malah tertawa seperti orang gila

Tingkahnya sungguh membuatku kesal.

"Siapa kau sebenarnya?" tanyaku

"Siapa??"

"Siapa-siapa- siapa- siapa- siapa- siapa- siapa- siapa-SIAPAAA?!?!?!?"

"Apa maksudmu siapa, tuan? HAAA!??"

"Aku adalah Zoker, pelayan tercintamu."

"Tuuuaaaann〜♥." Lanjutnya kembali tersenyum lebar

Aku tidak membalas dan hanya melihat penuh rasa kesal sekaligus jijik padanya yang berani-beraninya masuk ke dalam tubuh Zoker dan mengaku-ngaku sebagai dirinya.

Waktu itu aku tidak ada kesempatan untuk bisa bicara dengannya seperti ini, setidaknya aku sudah tahu sedikit tentang masa lalu Zoker. Kini aku penasaran juga dengannya yang entah bagaimana bisa berada di dalam tubuh Zoker. Kali ini aku akan dapatkan informasi sebanyak mungkin darinya.