3 Keiko & Ken

Reo selalu dalam keadaan cemas selama ini dikarenakan ketidakhadiran adik perempuannya di sisinya. Bahkan waktu tidak mampu menghapus perasaan itu, yang ada malah dia semakin cemas.

Pada awalnya, dia mengira jika adik perempuannya akan langsung dipertemukan dengannya setelah dia terlahir kembali. Tapi sepertinya keberadaan 'Tuhan' mempunyai rencana lain.

Hal yang bisa lakukan Reo saat ini hanyalah berlatih dan berlatih, berharap kekuatannya akan bisa menyaingi para tokoh kuat di dunia ini, tidak peduli berapa banyak usaha yang dia kerahkan, tidak peduli seberapa dalam genangan keringat yang dia cucurkan, dihadapkan dengan teka-teki 'Tuhan' di dunia ini, Reo tahu jika dia tidak bisa hidup nyaman seperti reinkarnator pada umumnya.

Paling tidak, dia harus setingkat dengan Shicibukai, atau di dunia ini lebih dikenal dengan sebutan Warlord.

...

"Masih jauh dari cukup!"

Reo sama sekali tidak puas dengan manifestasi barrier di depannya. Baru saja dia menguji seberapa kokoh barrier tersebut, dan seperti yang diharapkan, barrier yang nampak rapuh seperti kaca itu sangat kokoh. Tapi Reo sama sekali tidak puas karena serangan tumpul yang cukup kuat bisa menghancurkan barrier ini. Tapi ada fungsi lain pada barrier yang lebih mengejutkan yaitu memiliki fitur shockwafe.

Jika barrier diserang oleh benda tumpul atau bahkan pedang runcing sekalipun, Barrier tidak akan hancur dengan mudah. Sebaliknya, serangan itu akan memicu dampak balik yang akan mengarah ke penyerang.

Itu seharusnya normal sejak dampak kerusakan jika barrier itu hancur sangat mempengaruhi keselamatan hidup Reo. Jika barrier hancur berarti tulang-tulang di tubuhnya akan patah.

Dengan alasan itulah dia memutuskan untuk melatih dirinya sejak dini. Orang tidak tahu bahaya apa yang menantinya di masa depan saat hidup di dunia yang kacau ini.

Setelah ini, Reo akan mulai melatih quirknya menjadi berbagai variasi yang fleksibel. Misalnya, dia akan mencoba mengendalikan seberapa kokoh barrier yang akan dia keluarkan. Mungkin saja jika barrier yang lebih tipis hancur, hal itu akan mengurangi dampak balik yang dihasilkan.

Tapi daripada menipiskannya, Reo lebih memilih untuk mempertebal barriernya agar lebih kokoh. Bagaimanapun, keselamatan adalah yang utama, apalagi di dunia makan anjing seperti ini.

Kedua, dia akan mencoba memperbesar ukuran barrier. Bartolomeo, pemilik asli kekuatan ini bisa memanipulasi barriernya menjadi berbagai bentuk, seperti tangga, tabung, dan lainnya. Hal itu sudah pasti akan menjadi menu pelatihan utama bagi Reo.

Dan yang ketiga, Reo akan mencoba mengendalikan warna transparan barriernya menjadi lebih berwarna. Jika saja Reo bisa mengendalikan warna barriernya, hal itu akan sangat berguna baginya di masa depan. Apalagi jika dia bisa menampilkan gambar bergerak melalui barriernya yang didasarkan pada susunan warna yang ada.

Itu pasti akan berguna saat presentasi.

"..." Seharusnya fungsi utama adalah menyesatkan musuh jika saja Reo menjebak musuhnya ke dalam barrier. Atau bisa juga dia membentuk klon melalui barriernya melalui ketiga cara tersebut.

Pada akhirnya, Reo menyelesaikan latihannya saat jam menunjukkan pukul sembilan. Bukan karena Reo sudah mencapai batasnya, tapi karena waktu saat ini adalah jam sarapan di hari libur.

Jika Reo tidak bergegas, Ibunya akan datang dan mengomel, yang hal itu Reo lebih suka menghindarinya.

Setelah mandi dan mengenakan pakaian, Reo berjalan menuju ruang makan.

"Jangan terlalu berlebihan latihannya, kamu juga masih dalam tahap pertumbuhan."

Suara seorang wanita yang terdengar penyayang terdengar di telinga Reo.

Itu berasal dari seorang wanita cantik dengan rambut biru tua yang berdiri di sebelah meja makan. Saat ini, dia mengenakan celemek dalam keadaan mengikat rambutnya.

Namanya adalah Keiko Aoi, dan dia adalah ibu Reo di kehidupan ini. Sekarang, setelah menikah dengan ayahnya, namanya menjadi Keiko Nakano.

"Ibu." Reo hanya mengangguk perlahan dan duduk di meja makan.

"Reo, apakah kamu mendengarkan?" Keiko tanpa sadar mengambil pose yang menakutkan dengan menaruh centong wajan di atas bahunya.

Reo mengangguk dengan buru-buru. Atas masalah apakah dia berlebihan atau tidak dalam latihannya, sebenarnya itu bukan masalah bagi Reo.

Dia terlahir dengan tubuh yang 'kuat' dan sangat 'sehat' sejak awal. Malahan, semakin banyak Reo berlatih dan memaksakan tubuhnya, tubuhnya akan menjadi lebih kuat dengan cepat. Adaptasi dan regenerasi tubuh baru ini sangat menakutkan.

Selain stamina dan kekuatan, sebenarnya kelima panca indera juga sangat ditingkatkan. Misalnya dari lantai atas, Reo seperti bisa tahu dengan mendengar apa yang terjadi di lantai bawah. Itu hanya dari pendengaran, belum lagi persepsi, penglihatan, penciuman, dan deteksi bahaya.

Reo terlahir dengan semua kemampuan itu.

Oleh karena itulah Reo sering berlatih hingga terlihat seperti memaksakan diri, tapi menu latihan itu dia lakukan di sore hari.

Keiko menghela napas melihat betapa antusiasnya Reo dalam setiap latihan yang dia lakukan. "Bagaimanapun, kamu hanya anak berumur lima tahun. Tapi kamu berperilaku sangat dewasa. Kamu boleh lho meminta mainan apapun yang Reo inginkan pada Ibu."

"Tidak dibutuhkan, lagipula aku sudah memiliki gamepad. Itu sudah cukup."

"Tidak ingin lebih?" Keiko bertanya sambil berharap anaknya bisa bersikap seperti anak normal pada biasanya.

Bukan berarti dia keberatan, tapi dia hanya ingin Reo bahagia. Setelah memperhatikannya selama ini, Keiko menyadari jika Reo sangat jarang tersenyum, seolah hidupnya memiliki beban berat yang tidak dapat dipisahkan sebelum masalah benar-benar terselesaikan. Padahal, anaknya baru berumur lima tahun, tapi seolah-olah sudah memiliki masalah hidupnya sendiri.

Reo mengerti kekhawatiran ibunya, dan dia sangat senang dengan perasaan dikhawatirkan ini. Hanya saja, sebelum dia bisa dipertemukan kembali dengan adik perempuannya, Reo merasa jika dia tidak boleh bahagia sendiri saat bisa saja adik perempuannya tersebut sedang hidup dalam bahaya.

"Mungkin jika aku tertarik dengan game lain, aku akan memberi tahu ibu."

"Bagaimana dengan mobil-mobilan?"

"....." Reo merasa aneh saat melihat senyum menawan ibunya yang dipaksakan. "Tidak dibutuhkan."

"Ahh~! Reo-chan sama sekali tidak imut!" Keiko dengan 'kyaa' memeluk Reo dan mendekapnya dengan dadanya yang terberkati.

"...." Reo sudah terbiasa dengan ini, dia bahkan pernah meminum asi langsung dari payudaranya.

"Eh, aku juga mau dipeluk dong~"

Keiko segera menoleh ke pria paruh baya dengan rambut & mata hitam yang baru saja berbicara itu dan langsung mendengus. "Diamlah, Ken! Jatahmu bukan saat ini!"

"....." Pria bernama Ken itu hanya menggaruk kepalanya dengan lucu. "Lalu, kita akan makan."

Reo tidak merasa sesak lagi tapi kehangatan dan kasih sayang itu perlahan menjauh darinya. Meskipun begitu, dia tetap tidak menunjukkan ekspresi apapun.

Sejak kedua orang tuanya sangat menyayanginya, Reo merasa bersalah jika saja mereka tahu bahwa yang berada dalam tubuh anak mereka adalah seorang pria dewasa. Oleh karena itu, dia akan berusaha bertingkah sebagai anak-anak demi kebahagiaan mereka, walaupun kebahagiaan itu berasal tipu daya.

Saat mereka makan, Ayah Reo di dunia ini, yaitu Nakano Ken, tiba-tiba meletakkan sendoknya sejenak dan berkata, "Malam ini akan ada perjamuan yang diadakan oleh direktur tempatku bekerja. Dikarenakan dia berasal dari kalangan atas, akan sulit untuk menolaknya. Reo, apakah kau mau ikut?"

Reo langsung menggelengkan kepalanya, yang menandakan jika dia menolaknya. Saat sore hari adalah waktu latihan kerasnya, jadi saat malam dia tidak akan mempunyai tenaga lagi.

Yah, dia sebenarnya hanya malas karena adanya kemungkinan terlibat dengan orang-orang berlebihan diatas.

"Huhu, padahal aku ingin melihat Reo mengenakan pakaian kemeja imut." Keiko mengekspresikan kekecewaannya dengan candaan, tapi selanjutnya dia menawarkan dengan serius: "Kau juga bisa mendapatkan teman disana, kan? Kamu tidak mempunyai satupun teman, masa kanak-kanak adalah masa kesepian, bukan begitu?"

Keiko tidak mempermasalahkan cara bicaranya yang sepertinya sedang tidak berbicara dengan anak berumur lima tahun.

Reo berpikir sejenak, dan tiba-tiba terpikirkan jika adik perempuannya bisa saja berada di tempat itu. Meski kemungkinannya sangat kecil, tapi mengingat dengan bagaimana cara tuhan memberi pengaturan padanya, bisa saja mereka akan bertemu lebih cepat.

Pada akhirnya, Reo ikut pesta yang akan segera diadakan.

avataravatar
Next chapter