1 Prologue?

Ada waktu di mana seseorang harus hidup di tengah lingkungan, yang memaksanya untuk bertahan, dan berjuang sendiri. Tapi bagaimana jika ... ada orang lain yang hidup di lingkungan itu sedari ia kecil? Ketika orang lain bersenang-senang dengan rekan sebaya mereka, dia ssibuk mengerjakan pekerjaan orang dewasa hanya untuk sesuap nasi. Ah, kasihan sekali, bukan?

Jika kalian di posisi anak itu, apa yang akan kalian lakukan? Mencari orang dewasa, dan meminta mereka untuk mengadopsi kalian? Atau mendatangi panti asuhan agar hidup lebih layak? Ah, memangnya ada yang mau menampung seorang kriminal cillik? Walau pun ia menginginkan kehidupan yang normal, itu tidak akan pernah terjadi. Tidak sedikit para kriminal yang masa lalunya sama seperti anak-anak itu. Dan tidak sedikit orang sukses yang terlahir di lingkungan buruk. Mungkin, kalilan berpikir mereka hanya lah anak-anak gelandangan biasa, tapi nyatanya, sebagian besar dari mereka di didik untuk menjadi seorang penjahat.

Tidak. Bukan manusia yang mendidik mereka untuk menjaddi seorang penjahat, tapi memang lingkungan tempat mereka hidup lah yang memaksa mereka. Aku pernah membaca satu artikel tentang seorang kriminal, artikel itu di tulis oleh salah satu profiler terkenal. Jika tidak salah, nama penjahat itu adalah ... George Critym. Profiler itu menceritakan kehidupan George, sedari ia kecil, sampai ia menginjak usia dewasa, dan berakhir dengan cerita, George menyerahkan dirinya ke FBI untuk di penjarakan. Ah, entah apa alasan yang membuat George mau menyerahkan dirinya begitu saja. Tapi banyak orang yang mengatakan, George melakukan itu karena seorang wanita yang ia cintai.

Padahal ... jika aku baca lagi, prestasinya di dunia mafia sangat bagus. Dan kejahatannya pun tertutup rapat, sampai ketika ia berbuat kejahatan yang besar pun, jejaknya tidak pernah tercium oleh pihak berwajib. Pekerjaan seorang mafia memang harus bersih dan rapih, tidak boleh ada satu pun jejak yang tertinggal. Bahkan ketika George ditangkap, para tetangga yang tinggal satu kampung dengannya menganggap berita itu hanya berita bualan semata. Ah, seorang penjahat, tidak boleh menunjukan identitasnya di khalayak ramai, 'kan? Tapi, ada satu mata yang tidak bisa dibohongi oleh apapun. Yap, dia adalah profiler yang menulis kilas hidup George Criitym.

Aku akan menceritakann sedikit kejahatan yang di lakukan oleh George, kita mulai dari hari perama, hari pertama ia mencuri sejumlah uang di salah satu Bank. Dan ... ketika pihak Bank mengusut tentang pencurian ini, yang tertangkap bukaan lah George, melainkan orang lain yang tidak bersalah, namun semua bukti kejahatan mengarah padanya, dan ia tidak memiliki celah untuk mengelak. Tapi tenang, karena saat itu mereka masih jauh dari kata dewasa, jadi pihak pengadilan pun tidak memberikan hukuman yang berat padanya. Ah, dalam satu kasus, George melakukan dua kejahatan sekaligus. Berapa usianya waktu itu? Delapan tahun.

Ingat, umur bukan jaminan seseorang untuk bebuat baik, dan umur juga bukan jaminan seseorang untuk tidak berbuat jahat. Seiring berjalannya waktu, tentunya George semakin banyak berbuat kejahatan, sehingga suatu hari, ia harus berurusan dengan salah satu kelompok mafia. George remaja yang baru terjun ke dunia bisnis narkotika dan pembunuh bayaran, secara tidak sengaja melukai pimpinan kelompok mafia itu, dan mengambil 60 persen sumber penghasilan mereka. Dan dengan perasaan tidak bersalahnya, George menjual semua itu, ketika sekelompok mafia itu berhasil menangkapnya, salah satu dari mereka bertanya. "Kenapa kau mencuri barang milik kami juga, huh?!" Bukannya takut, George malah tertawa kecil, sembari ia menjawab ... "Bukannya sesama penjahat harus saling berbagi, ya?" Gila? Anggap saja seperti itu.

Setelah itu, tidak perlu aku ceritakan juga, kalian pasti tahu kan? Apa yang terjadi? Tentu saja George pulang dengan kedaan yang hampir mati, wajah penuh lebam, darah keluar dari segala arah, dan dia masih bisa tersenyum karena berhasil mendapatkan crown berlian yang di curi dari salah satu museum di Inggris. Hey, kalian jangan berpikir jika George menang, hidup ini bukan cerita fiktif yang selalu menguntukan banyak orang. Dan setelah hari itu, George baru bertemu dengan mereka lagi, ketika George sudah berada di titik paling tinggi, dan George bisa membunuh orang-orang yang dulu membuatnya hampir mati, kapan pun ia mau. Lucu ya? melihat orang yang dulu kita tindas, sekarang bisa membalas kita dengan balasan yang lebih buruk.

Tapi, dari pada mendapatkan musuh baru, dengan lapang dada, George merekrut orang-orang itu untuk menjadi bawahannya. Tentu sajaa untuk menjadi seorang pesuruh yang tersiksa. Mana mau George mempekerjakan segerombol orang yang menghajar anak umur dua belas tahun secara bersamaan? Sampah seperti itu, memang sudah seharusnya dibuang sedari dulu, 'kan? Dan tidak terasa, sekarang aku harus menceritakan sedikit kisah asmara George dengan wanita yang berhasil membuatnya menyadari, ia tidak lebih baik dari seorang pengemis yang bepura-pura di jalanan sana. Tapi, dari pada aku menceritakan tentang diriku sendiri, lebih baik kalian membaca ceritanya, dan mengikuti kisah mereka tanpa harus lelah mendengarkan aku.

Ah, kalian pasti bertanya, siapa sebenarnya aku yang murah hati mau bercerita ini. Bukan kok, aku bukan George Critym si mafia perkasa itu. Aku mungkin akan memperkenalkan diriku sebentar. Ekhem, kita mulai dari mana, ya? Begini, jika kalian baca ulang, aku adalah seorang profiler yang menulis kilas hidup para kriminal, dan salah satunya adalah George. Dari mana aku mengenalnya? Mafia sialan itu tentunya satu jurusan dengan ku di universitas, dan dia juga adalah orang pertama yang aku selidiki sebagai anggota di perusahaan detektif swasta. Ah, asal kalian tahu, membuat George mau mengakui kejahatanya adalah prestasi untukku, tapi itu juga menjadi sebuah penyesalan ku dalam hidup.

Hari ketika aku menyuruhnya untuk mengakui semua kejahatan yang ia buat, dan hari itu juga lah, hari terakhir aku bisa bertemu dengannya. Tapi tentunya itu tidak berlangsung lama, karena selang satu minggu seetelah itu, aku dipanggil untuk mewawancarai dirinya, dan menulis kilas hidupnya. Ah, itu tugas ku sebagai seorang profiler. Tapi ... jangan salah kan aku ketika ia menyatakan perasaannya hari itu juga. Itu di luar skenario ku. Apa aku merasa jijik? Tidak, tentu saja aku merasa senang. Namun, aku masih harus terus menunggu, menunggu sampai ia terbebas agar aku bisa membalas perasaanya. Tapi, menunggu sesuatu tanpa sebuah kepastian, sudah seperti hukuman bagiku.

Tetua kita sering berkata, jika penyesalan itu selalu datang di akhir. Dan itu lah yang aku rarsakan, aku menyesal menyuruh George untuk mengakui semua kejahatan yang ia lakukan. Dan buah dari penyesalan itu adalah, sebuah kesengsara yang tidak ada ujungnya.

avataravatar
Next chapter