7 CWCVH PART 7

Briel bergegas masuk ke kediaman Erland. Dia melihat setiap sudut ruangan yang tampak oleh pandangannya. Dia melihat sebuah tangga dan ada seorang wanita yang terlihat mungkin usianya sekitar 30 tahunan yang melintas di tangga tersebut. Briel pun bergegas menghampiri orang itu.

"Halo," sapa Briel pada wanita itu.

"Halo, Nona. Anda butuh sesuatu?" tanya orang itu. Orang itu tersenyum melihat penampilan Briel. Dia tahu bahwa Briel adalah istri dari tuannya karena sebelumnya tuannya itu memberitahukan hal itu pada wanita itu yang tak lain adalah asisten rumah tangga di kediaman Erland. Hanya ada dua orang asisten rumah tangga wanita, dan dua orang penjaga keamanan pria yang bekerja di kediaman Erland.

"Saya butuh kamar. Em... Maksud Saya, Saya ingin tahu, di mana kamar pria dingin itu?" tanya Briel.

"Pria dingin?" wanita itu tampak bingung mendengar ucapan Briel. Dia tak mengerti siapa pria yang Briel maksud?

"Anda mau ke kamar Tuan Erland?" tanya wanita itu.

"Hem... Ya," jawab Briel seraya menganggukan kepalanya. Tak salah lagi, pria yang baru hari ini sah menjadi suaminya itu memang bernama Erland. Sebelumnya, Briel lupa siapa nama suaminya sendiri.

"Hem... Baiklah, mari Saya antar. Apa Anda tak membawa koper?" tanya wanita itu.

"Koper?" Briel mencoba mengingat sesuatu.

"Ya, Nona. Anda akan tinggal di sini mulai hari ini, Tuan Erland mengatakannya pada Saya," ucap wanita itu.

Briel tersenyum canggung. Dia melupakan hal itu dan justru tak terpikir sama sekali. Pasalnya, Briel pun langsung diminta untuk ikut bersama Erland oleh papinya dan dia tak membawa apapun ke kediaman Erland.

"Hem... Saya lupa, koper Saya tertinggal di kediaman Saya. Nanti, Saya akan mengambilnya," ucap Briel.

"Baiklah. Kemari, Nona," wanita itu mengantar Briel menuju lantai atas dan membawa Briel menuju kamar Erland.

Begitu memasuki kamar tersebut, Briel langsung mengernyitkan dahinya.

'Suasana kamar ini begitu membosankan. Aku rasa, sepertinya sama dengan penghuninya. Membosankan,' batin Briel.

"Baiklah, apa Anda butuh sesuatu?" tanya wanita itu.

"Hem... Orange juice, Saya haus," ucap Briel.

"Baik, Nona. Akan Saya siapkan," ucap wanita itu.

"Oh, ya. Siapa namamu?" tanya Briel ketika wanita itu akan keluar dari kamar Erland.

"Saya Leli, Nona. Saya asisten rumah tangga di sini, di sini juga ada satu orang lagi asisten rumah tangga yang bekerja di sini," ucap Leli.

"Oh, baiklah," ucap Briel dan Leli pun keluar dari kamar itu.

Briel melihat sekeliling ruangan tersebut. Pandangannya tertuju pada sesuatu yang tertangkap oleh pandangannya. Terlihat ada sebuah meja kerja di jarak yang cukup jauh dari posisinya dan ada sebuah lemari berkas kecil di belakangnya. Terlihat seperti ada sebuah ruangan lagi di sana.

Briel bergegas mendekati ruangan itu. Benar saja, itu memang sebuah ruangan wardrobe. Briel melihat gaun yang masih melekat di tubuhnya. Dia tak mungkin terus memakai gaun itu dan dia ingin mengganti gaun itu dengan pakaian yang lebih santai.

Briel bergegas mendekati lemari pakaian yang ada di sana, dia membuka lemari pakaian itu dan penuh sekali dengan pakaian Erland. Entah itu yang tergantung rapi ataupun yang terlipat dengan rapi. Ada dua lemari cukup besar dan Briel melihat lemari satunya yang ternyata juga penuh dengan pakaian Erland dan hampir tak menyisakan ruang. Briel melihat ke lemari lainnya di mana di lemari itu sepatu-sepatu milik Erland tertata rapi. Ruang wardrobe itu padat tetapi tampak rapi. Briel melihat ada sebuah pintu, dia mendekati pintu itu dan terlihatlah kamar mandi di sana. Cukup besar bahkan mungkin lebih besar dari ruang wardrobe itu.

Briel masuk ke kamar mandi. Dia menutup pintu kamar mandi dan melepas gaunnya. Dia memilih membersihkan tubuhnya terlebih dahulu karena waktupun sudah sore.

Selesai mandi, Briel mencari kaos Erland di dalam lemari, kaos yang mungkin bisa dia pakai dan dia melihat ada beberapa kaos baru di dalam lemari. Namun, Briel kebingungan. Dirinya tak memiliki celana untuk melengkapi penampilannya.

Briel mengambil sehuah kemeja berwarna putih, dia memakai kemeja itu dan melihat dirinya sendiri di cermin.

"Dia benar-benar bertubuh monster. Kemeja ini besar sekali, ya ampun," ucap Briel seraya merapikan kemeja itu.

"Tapi, ini cukup membantuku. Aku tak perlu memakai celana. Malam nanti, sepertinya aku akan pulang ke rumah saja untuk mengambil pakaianku," ucap Briel.

Ya, karena tubuh Erland yang tinggi, membuat kemeja miliknya hingga menutupi tubuh Briel hampir selutut Briel. Hanya sedikit saja berada di atas lutut Briel.

Briel menggulung lengan kemeja itu dan mengikat rambutnya. Setelah itu dia kembali ke kamar dan melihat sudah ada segelas orange jus yang dia minta sebelumnya. Ada makanan ringan juga di sana.

Briel pun meminum jus itu.

'Tenang sekali di sini, tapi aku tak tahu apa yang akan terjadi jika orang itu kembali nanti,' gumam Briel.

Briel membayangkan jika Erland kembali nanti kemudian Erland akan melakukan hal yang tidak-tidak padanya. Mengingat kini dirinya adalah istri Erland, bukan tak mungkin Erland berani melakukan hal yang melebihi batasan. Apa lagi, Briel menganggap Erland saja berani melecehkan dirinya malam itu meski tak saling mengenal, jadi besar kemungkinan Erland akan lebih berani pada Briel karena kini Briel adalah istrinya.

"Aku akan membuatnya menyesal, awas saja!" kesal Briel.

Briel mengambil ponselnya dan melihat ada pesan dari Clara. Clara bertanya apa dirinya sudah sampai di kediaman Erland? Pesan itu sudah dua jam yang lalu dan Briel sadar akan pesan itu sehingga baru membacanya.

Briel menekan panggilan menuju kontak Clara tetapi Clara tak menjawab panggilannya. Dia pun mengirimkan pesan pada Clara bahwa nanti malam dia akan pulang ke kediaman Clara untuk mengambil pakaiannya dan mungkin barang-barang yang dia perlukan untuk kegiatan melukisnya.

Ya, Briel senang melukis. Bahkan dia mengambil sekolah lukis demi hobi satunya itu dan kini dia tengah fokus dengan sekolah lukisnya tersebut. Keahliannya ditunjang dengan baik dan dia pun dapat memperdalam bakatnya tersebut selain hanya sebagai hobinya. Tentu saja Bram dan Clara mendukung apa yang disukai Briel. Apa lagi, Bram dan Clara memang sudah melihat bakat itu dalam diri Briel dari sejak Briel masih anak-anak.

Entah keahlian Briel ini menurun dari siapa? Bram bahkan tak senang dan tak memiliki bakat melukis. Mungkin, hasil karya dari pelukis-pelukis handal Bram akan menyukainya, tetapi dia tak memiliki keterampilan untuk melukis. Mungkinkah dari mendiang mami kandung Briel, yaitu Anita yang tak lain adalah istri pertama Bram? Tapi, kita semua tahu bahwa Anita bergelut di dunia modeling. Namun, mungkin saja hal itu terjadi jika Anita memang memiliki bakat terpendam selama dia hidup.

avataravatar
Next chapter