30 CWCVH PART 30

Ceklek!

Tak!

"Aarrgghhh! Apa yang terjadi?" pekik Briel begitu histeris membuat Erland menyeringai puas.

'Berani-beraninya dia mengusirku dari kamarku sendiri! Nikmatilah malammu yang suram!' gumam Erland kemudian menyeringai penuh arti.

Erland melangkah mendekati Briel. Dia melihat Briel duduk di kursi rias seraya menundukan kepalanya dengan tangan yang memegang erat meja cermin.

Puk!

Plak!

"Apa yang kamu lakukan?" pekik Erland ketika Briel tiba-tiba saja menampar wajahnya.

"Siapa itu?" tanya Briel.

Briel terkejut ketika bahunya di tepuk. Dia repleks menepis tangannya dan tak di sangka tangannya mendarat cukup kuat di wajah Erland.

"Memangnya, siapa lagi yang bisa masuk ke kamar ini?" geram Erland.

"Erland? Apa itu kamu Erland?" tanya Briel.

Erland menggeram, dia mencoba mengerjai Briel tetapi Briel justru membalasnya dengan menampar wajahnya. Sungguh di luar ekspektasi. Seharusnya Briel yang menderita tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Malam ini, dua kali Erland mendapat tamparan dari Briel. Benar-benar malam yang sial bagi Erland.

"Aku hantu," sahut Erland sembarang.

Dugh!

Erland terperangah ketika Briel menendangnya tepat di kaki bagian tulang keringnya.

"Brengsek! Kamu sengaja menakutiku, kan?" pekik Briel.

Erland mencengkram tangan Briel.

"Tak bisakah kamu manis sedikit menjadi wanita? Kasar sekali jadi wanita!" geram Erland.

"Jangan menyentuhku!" kesal Briel dan mendorong tubuh Erland.

Brak!

Tak hanya tubuh Erland yang terempas, Briel pun tak sengaja menabrak kursi rias sehingga dirinya ikut terjatuh.

"Aduh! Kenapa kamu menatikan lampunya? Cepat nyalakan lagi!" pekik Briel seraya menahan rasa sakit di kaki dan bokongnya.

"Tak mau, kamu saja yang nyalakan!" kesal Erland.

"Astaga! Ada apa dengan isi kepalamu itu? Apa tak bisa sedetik saja tak membuatku kesal?" geram Briel.

"Aku tak merasa sengaja membuat kesal siapapun, aku hanya ingin bermain-main dengan lampu ruangan ini. Jika kamu tak suka gelap, keluar saja, dan tidur di kamar lain! Aku lebih suka tidur dalam keadaan ruangan gelap seperti ini," ucap Erland seraya menyeringai. Tentu saja dia sengaja mematikan lampunya, tak di sangka Briel benar-benar ketakutan.

Sebetulnya, perlahan ruangan itu sudah mulai terlihat samar meski lampu di ruangan itu seluruhnya mati.

"Dasar menyebalkan!" geram Briel dan bangun dengan tertatih. Dia merasa benar-benar sial karena bertemu dengan pria seperti Erland. Erland bahkan tak membantunya bangun meski dirinya terjatuh seperti itu.

Briel keluar dari kamar, Erland pun menyeringai puas melihat Briel pergi.

Brak!

"Hah! Akhirnya dia pergi. Aku bisa tidur dengan tenang," ucap Erland dan bergegas bangun. Erland kembali menyalakan lampu ruangan itu, dia pun mendekati tempat tidurnya dan merentangkan kedua tangannya. Dia tahu Briel kesal, terlihat jelas dari pintu yang tertutup keras dan itulah tujuan Erland.

Erland melihat boneka beruang besar Briel yang ada di tempat tidur. Dia pun mengambil boneka itu.

"Dasar! Dia itu anak-anak, atau wanita berjiwa anak-anak, sih? Tidur saja masih di temani boneka seperti itu!" kesal Erland seraya melempar boneka beruang Briel ke lantai.

***

Di luar kamar.

Briel melangkah menuju kamar tamu, tepat ketika dia akan masuk ke kamar tamu, pintu kamar itu terbuka.

"Lho... Briel?" ucap seseorang yang tak lain adalah mama Erland.

"Mama di sini?" ucap Briel seraya tersenyum canggung.

Mama Erland melihat penampilan Briel, kali ini terlihat jelas bahwa Briel memakai lingerie yang memperlihatkan lekuk tubuhnya meski samar.

"Kenapa kamu keluar seperti ini?" tanya mama Erland seraya melihat penampilan Briel dengan lekat.

Briel benar-benar tak tahu aturan, bagaimana jika ada orang lain yang melihatnya berpenampilan seperti itu? Pikir mama Erland.

Briel menutup tubuh depannya dengan kedua tangannya.

"Anu, itu... Aku lupa mengambil sesuatu!" teriak Briel malu dan berlari menuju kamar Erland. Briel pun kembali masuk ke kamar Erland. Briel tak sadar jika dirinya keluar dalam keadaan seperti itu. Dia terlalu kesal pada Erland sehingga keluar begitu saja dari kamar Erland. Beruntunglah sepertinya hanya mama Erland yang melihatnya dalam keadaan seperti itu.

Brak!

"Siapa itu?" pekik Erland ketika terdengar pintu kamar di tutup dengan keras.

Erland bergegas mendekati Briel.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Erland.

Briel tak mengatakan apapun, dia melewati Erland begitu saja.

Erland menahan tangan Briel, Briel pun enggan di sentuh Erland dan mengempaskan tangan Erland.

"Ini semua gara-gara dirimu! Aku di buat malu! Kenapa kamu tak menghilang dari muka bumi saja, sih? Aku benar-benar tak ingin melihat wajahmu!" geram Briel.

Erland mengerutkan dahinya. Dia tak mengerti apa yang Briel katakan. Memangnya, apa yang terjadi di luar? Apa yang sudah membuatnya begitu malu?

Erland tersentak ketika dia sadar bahwa Briel tadi keluar dengan hanya memakai lingerie. Dia pun melihat Briel seraya menyeringai.

"Apa kamu menggoda si Suryoto?" tanya Erland.

Ya, malam itu yang berjaga malam adalah petugas keamanan bernama Suryoto dan Erland tahu itu.

Briel menatap Erland tajam.

"Tutup mulutmu!" kesal Briel.

Erland menahan tawanya, tapi sesaat kemudian dia memasang wajah dingin.

'Dia ceroboh main keluar saja! Apa-apaan ini? Pekerja melihat tubuh majikannya sendiri? Aku saja baru sekali!' gumam Erland.

'Sialan si Suryoto!' geram Erland.

Erland melangkah dengan cepat mendekati Briel.

Brugh!

"Hei, apa yang kamu lakukan?" pekik Briel terkejut ketika Erland tiba-tiba saja terjatuh ke atas tempat tidur dan menimpa tubuh Briel. Briel yang awalnya tengah duduk menjadi telentang dan wajah Erland tepat berada di atas perutnya.

"Menyingkir astaga!" geram Briel seraya mendorong kepala Erland.

"Bisakah tak mendorong kepalaku?" kesal Erland tepat ketika dirinya mendongak dan melihat Briel.

"Aku bahkan ingin memotong lehermu!" kesal Briel.

"Hei! Aku jatuh ke sini karena tersandung, bukannya sengaja melempar tubuhku padamu!" kesal Erland.

"Alasan!" kesal Briel dan mendorong tubuh Erland hingga tak lagi berada di atas tubuh Briel.

Erland bergegas bangun, dia melihat ke lantai. Dia baru sadar bahwa kakinya tadi tersandung boneka beruang Briel yang tergelatak di lantai karena sebelumnya boneka itu dia lempar ke lantai.

"Bonekamu yang membuatku tersandung!" kesal Erland seraya menunjuk ke boneka beruang itu.

Briel bergegas melihatnya. Dia pun terperangah. Dia bergegas mengambil bonekanya.

"Siapa yang membuat bonekaku ada di lantai?" tanya Briel seraya menatap Erland tajam.

"Aku, kenapa?" tanya Erland seolah menantang Briel. Erland tahu Briel akan murka setelah ini.

"Sialan!" pekik Briel dan mengangkat tangannya akan melayangkan tamparan ke wajah Erland. Namun, dengan cepat Erland menangkap tangan Briel dan memutar tubuh Briel.

Erland memeluk tubuh Briel dari belakang dengan cukup kuat.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Briel.

"Sudah cukup! Bukankah kamu sedang mencoba menggodaku?" tanya Erland.

"Siapa yang menggodamu? Lepaskan tanganku!" kesal Briel.

Erland mendorong tubuh Briel ke tempat tidur hingga Briel terjatuh dalam posisi bertelungkup. Erland dengan cepat memposisikan tubuhnya di atas punggung Briel tanpa menindihnya.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Briel panik.

"Bukankah kamu memakai lingerie ini berniat menggodaku? Kalau begitu, kamu berhasil. Ayok, kita lakukan malam kedua kita," ucap Erland seraya menyeringai.

Briel terperangah, dia memberontak ketika Erland menaikan lingerienya sehingga punggungnya terlihat jelas.

"Dasar wanita liar!"

Plak!

Briel lagi-lagi terperangah ketika Erland menepuk bokongnya dengan keras.

"Apa yang kamu lakukan?" pekik Briel.

"Diam, atau aku akan menanggalkan kain satu-satunya yang ada di tubuhmu!" ancam Erland seraya meremas bokong Briel yang tertutupi underwarenya.

Briel mengepalkan tangannya.

"Mama!" teriak Briel histeris.

Brak!

'Matilah aku!' batin Erland.

avataravatar
Next chapter