18 CWCVH PART 18

Erland meletakan piringnya dengan cukup keras di atas meja. Hal itu lantas membuat Lely terkejut. Azablah, Erland terlihat marah.

"Jika dia tak mau makan, maka tak perlu memaksanya makan. Lain kali, tak perlu mengatakan hal tak penting ini pada Saya! Lebih baik urus saja pekerjaanmu, Saya bahkan tak tertarik mendengarnya!" geram Erland.

"Maaf, Tuan. Tapi, Tuan. Apa Anda tak mau tahu sesuatu selama Anda pergi, dan apa saja yang di lakukan oleh Nona Briel?" tanya Lely.

Erland terdiam. Memangnya apa yang di lakukan oleh Briel? Bukankah hanya menghancurkan kamarnya saja? Atau, apakah ada hal lain lagi yang di lakukan oleh Briel? Pikir Erland.

"Ehem!" Erland berdehem dan kembali akan mengambil makanan.

"Tuan, Nona Briel begitu cantik, akan sangat di sayangkan jika Nona Briel di rebut oleh pria lain, Anda adalah majikan Saya yang amat Saya hormati selama ini, Saya tak ingin Anda menyesal di kemudian hari," ucap Lely.

Erland menghela napas. Sebenarnya, apa yang sedang di katakan asisten rumah tangganya itu? Erland benar-benar tak mengerti arah pembicaraan Lely saat ini. Kenapa harus berbelit-belit jika ingin memberitahunya? Mendengar apa yang Lely katakan membuat Erland menjadi sedikit penasaran. Entah apa lagi yang di lakukan oleh Briel.

"Anda jangan terlalu dingin begini, Tuan. Tak tahukah Anda, ketika Anda tak ada di rumah, Nona Briel berkencan dengan kekasihnya. Tapi, sebetulnya Saya yakin, Nona Briel adalah wanita yang polos, dia hanya terpengaruh saja oleh pergaulan di luar sana, Anda harus berhati-hati, Tuan,' ucap Lely gelisah.

Pertama kali melihat Briel, Lely merasa Briel adalah wanita yang amat cocok dengan Erland jika melihat kepribadiannya. Erland adalah pria yang dingin, dan Briel wanita yang banyak bicara. Tentu saja hubungan keduanya takan menemukan rasa bosan. Itulah yang ada di pikiran Lely. Entah bagaimana caranya hingga tuannya itu bisa menemukan wanita seperti Briel. Namun, selama beberapa hari mengenal Briel, Lely dapat melihat Briel adalah wanita yang cukup kuat. Lely yakin Briel dapat mendapingi Erland dengan baik.

Tak!

Lely terkejut ketika lagi-lagi Erland meletakan piringnya dengan cukup keras dia atas meja.

"Apa sebenarnya yang kamu katakan? Jangan berbelit-belit! Apa dia memasukan seorang pria ke rumah ini?" pekik Erland seraya menatap Lely dengan tajam.

Lely menjadi canggung. Namun, dia sedikit senang melihat respon Erland yang terlihat marah. Mungkinkah Erland cemburu? Ah, ya. Erland pasti cemburu, pikir Lely. Lely yakin setelah ini Erland akan lebih waspada terhadap Briel.

Lely sejujurnya cemas karena tak pernah melihat Erland bersama seorang wanita. Selama dirinya bekerja dengan Erland, Erland tak pernah terlihat membawa seorang wanita ataupun bicara dengan wanita meski hanya sambungan telepon. Dia bahkan sempat berpikir bahwa Erland itu adalah pria yang memiliki kelainan. Lely sempat berpikir bahwa Erland adalah penyuka sesama jenis. Lely akan sangat menyayangkan, jika tuannya yang amat tampan di matanya itu ternyata adalah penyuka sesama jenis.

"Kenapa diam saja?" kesal Erland karena Lely tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Em... Itu, Tuan. Sebaiknya, mulai sekarang Anda harus waspada. Wanita itu senang pria yang perhatian padanya, yang memperlakukan seorang wanita dengan hangat dan lembut, itu akan membuat wanita merasa di cintai," ucap Lely.

Erland menggeram. Dia benar-benar tak mengerti omong kosong apa yang sedang Lely katakan. Apa Lely sungguh memikirkan hal semacam itu? Berharap Erland bersikap manis pada Briel? Sungguh tak ada dalam pikiran Erland. Dan, apa katanya? Briel wanita yang polos?

Polos apanya? Pikir Erland. Bahkan di pertemuan pertama saja Briel sudah terlihat seperti bukan wanita. Sama sekali tak ada manis-manisnya sebagai seorang wanita.

"Apa kamu sudah selesai bicara? Jika iya, bersekan semua ini!" perintah Erland seraya menunjuk ke arah meja makan yang di atasnya terdapat beberapa menu makan malam.

"Anda belum makan, Tuan," ucap Lely.

Erland menggeser kursinya. Dia pun bangun dari kursinya.

"Kamu membuat selera makan Saya menjadi hilang!" kesal Erland dan meninggalkan meja makan.

Lely menggelengkan kepalanya. Apa yang salah dengan ucapannya? Lely merasa sudah memberikan saran yang tepat pada Erland. Harusnya Erland berterima kasih padanya, karena selain pintar mengurus rumah, Lely pun pemberi saran yang baik.

Erland pergi ke lantai atas, begitu sampai di depan pintu kamarnya, dia di kejutkan oleh Briel yang tiba-tiba saja keluar dari kamar.

Erland menghela napas. Dia mengepalkan tangannya.

'Apa dia tak bisa sedikit saja tak membuatku emosi? Dia benar-benar membuatku terkejut saja!' batin Erland geram.

"Oh, ya!"

Erland mengerutkan dahinya ketika Briel mulai membuka suara.

"Aku sudah memberi pembatas pada kamarmu, termasuk pada tempat tidurmu! Jadi, kita takan pernah tidur berdekatan, apa lagi bersentuhan. Em... Okelah, berdekatan tak masalah, tapi jangan sampai kamu melewati batas yang sudah ku buat!" ucap Briel memperingatkan.

Erland mengusap wajahnya.

'Dia tak hanya mengatur rumahku, dia juga mencoba mengatur diriku!' batin Erland tak habis pikir.

"Aku tak tertarik tidur denganmu!" tegas Erland dan berlalu melewati Briel.

"Hei! Setelah apa yang kamu lakukan padaku, bisa-bisanya kamu bicara begitu. Kamu pikir, aku ini apa? Jelas-jelas kamu yang memulai bencana ini!" pekik Briel geram.

Erland mengepalkan tangannya. Dia melewati Briel dan berhenti sejenak. Dia mengangkat satu tangannya tanpa berbalik melihat Briel.

"Bicara saja dengan tembok! Aku tak pernah tertarik mendengarkan omong kosong!" ucap Erland dan meninggalkan Briel begitu saja.

Briel mengepalkan tangannya.

'Dia manusia atau bukan, sih? Dia benar-benar sudah gila! Dan, apa katanya? Dia tak tertarik padaku? Bagaimana bisa dia bicara seperti itu, setelah apa yang dia lakukan padaku? Lihat saja, aku akan membuatnya gila karena mengalami kejang-kejang, dan dia takan pernah mendapatkan apa yang dia inginkan!' batin Briel seraya tersenyum jahat.

avataravatar
Next chapter