1 Prolog.

Puk!

"EH, ELO, MUKA KAYAK CANTELAN PENGGORENGAN AJA BELAGU! MAJU SINI!" teriak Emilia pada seorang dari pihak sekolah lawan, gadis itu meraih sebuah batu kecil dan melemparnya pada seorang lelaki yang kini menatapnya berang.

"LO JADI CEWEK GAUSAH SONGONG YA, ANJING!"

Emilia melempar batu kecilnya lagi, "LO JADI COWOK GAUSAH MIRIP ANJING YA ANJING!"

"BANGSAT!" cowok itu mengarahkan tangannya ke depan untuk menyuruh teman-temannya maju menyerang, Emilia merentangkan tangannya dan maju dengan gayanya yang centil.

Emilia mendekati seorang cowok berkulit sawo matang yang menatap pihak Emilia dengan geram. "Hai sayang," Emilia mendekatinya dan membelai wajah cowok itu.

Cowok itu mengerjap menatap Emilia dan meneguk ludahnya. Emilia sangat cantik!

Tangan kanan Emilia membelai wajah cowok itu sementara tangan satunya memencet sebuah tombol kecil yang ada di tangannya. Seketika bunyi sirine polisi terdengar dan anak-anak dari pihak lawan berlarian berpencar, tapi Emilia mengangkat tangannya untuk menyuruh pihaknya diam dan tidak panik.

Emilia menghampiri seorang cowok yang sedang terdiam menatap sekitar.

Bugh.

"LARI TOLOL!"

Tanpa pikir panjang, cowok itu lari terbirit-birit menjauhi Emilia. Mereka tertawa karena melihat tampang cowok itu yang cengo.

Saat dirasanya sudah agak sepi Emilia mematikan bunyi sirine itu dan menghampiri pihaknya yang meminta bantuan kepadanya.

"Mana bayaran gue?!" tanya Emilia sambil menyodorkan tangannya. Mereka semua diam, Emilia menatap Gilang —cowok yang sudah meminta bantuannya— dengan alis terangkat. "Mana bayaran gue?"

Gilang menatap Emilia dengan alis terangkat satu. Emilia menggeram, "Mana bayaran gue bangsat!" desisnya.

"Bayaran lo?" Gilang tertawa, "Lo main dengan cara curang, dude!"

Mata Emilia memicing. "Lo gak usah tau urusan dapur gue, intinya mereka cabut dan artinya mereka kalah. Lo gak usah banyak bacot, urusan kita udah gak ada dan sekarang gue minta bayaran gue!"

"Gak!"

"Oh?" Emilia bersidekap. "Lo gak mau bayar nih?"

Gilang mengangguk dengan cepat tanpa ragu. "Sekolah lo mau gue acak-acak?" tanya Emilia dengan sinis.

"Lang, kasih udah!" kata salah satu temannya.

Tapi Gilang tidak mendengarkan, cowok itu malah mengangkat dagu, "Emang gue takut?!"

"Oke!" Emilia melempar tongkat baseballnya dengan kencang, mereka semua yang sedari menonton sampai kaget.

Bugh.

"Pembukaan!" kata Emilia lalu dengan santai pergi sambil memakan permen karetnya. Ia sengaja menabrak bahu teman Gilang dengan keras sampai cowok itu terhuyung.

Gilang yang jatuh hanya menatap kepergian Emilia dengan pandangan aneh.

***

avataravatar
Next chapter