21 Tidak mungkin

Terpakasa, iya memang dengan sangat terpaksa dan separuh hati, Rio mengikuti ajakan ibu Hartati dan dokter Mirna, untuk datang ke rumah Jamal. Kalau boleh jujur, Rio sangat berharap supaya ia tidak lagi bertemu dengan orang yang bernama Jamal. Bahkan ia sangat berharap kalau Jamal bisa lenyap dari muka bumi ini.

Namun setelah dibujuk oleh ibunya dan dokter Mirna, akhirnya Rio bersedia datang ke rumah Jamal. Sejauh ini ia belum tahu, apa yang akan dilakukan ibunya kepada Jamal.

Meminta pertanggung jawaban?

Ah, rasanya Rio malah jadi seperti seorang perempuan yang hamil, lalu mengemis kepada pria yang sudah menghambilinya. Sebagai seorang pria, ia tidak mau merendahkan dirinya dengan cara seperti itu. Memohon dan mengemis tidak ada dalam kamus hidup Rio__meskipun ia miskin.

Tapi apa boleh buat, ibu Hartati sudah memohon, dan memaksa dirinya.

Dan malam ini, Rio dan keluarganya, termasuk doketer Mirna, sudah duduk di ruang tamu yang sangat mewah dan juga besar, milik keluarga Jamal. Mereka duduk berhadapan dengan Jamal dan kedua orang tuanya. Terhalang meja ukiran sangat mewah dan pasti mahal tentunya.

Ngomong-ngomong alasan dokter Mirna ikut hadir ditengah mereka, itu lantaran ibu Hartati yang mengajaknya. Ibu Hartati ingin supaya dokter Mirna membantu menjelaskan kepada keluarga Jamal, bahwa Rio benar-benar hamil.

Atas dasar iba, kasihan, dan memang ini kasus yang menarik, oleh sebab itu, dengan senang hati dokter Mirna bersedia membantu ibu Hartati.

"Kalo boleh tahu, ada keperluan apa ya, kalian dateng kerumah saya?" ibu Marta membuka obrolan, setelah pembantunya meletakan minuman yang diperuntukkan untuk para tamunya.

Sementara itu terlihat Jamal yang kebetulan duduknya berhadapan lurus dengan Rio, menatap angkuh ke arah Rio.

Pun sebaliknya, tidak ada rasa persahabatan dari tatapan mata Rio ke arah Jamal. Kedua remaja itu saling melemparkan tatapan yang penuh dengan aura permusuhan.

"Jadi begini bu Marta," dokter Mirna mengambil alih jawaban yang seharusnya diawab sama ibu Hartati.

Entahlah, melihat penampilan ibu Marta, sepertinya ibu Hartati menjadi minder. Maklum saja, ia cuma wanita biasa yang sangat sederhana. Pendidikannya juga tidak setinggi ibu Marta. Ia juga sudah mempercayakan semuanya kepada dokter Mirna.

"-sebelumnya, kami mohon maaf, kalau kedatangan kami sudah mengganggu pak Tama dan ibu Marta," tutur dokter Mirna dengan santun.

Setelah datang ke rumah Jamal, dokter Mirna baru tahu, kalau Jamal adalah anak bapak Wiratama. Orang yang sangat terkenal dengan kekayaan nya. Selain itu pak Tama juga salah satu pemilik saham terbesar di rumah sakit tempat ia bekerja. Dengan kata lain, ia juga juga sudah mengetahui siapa ibu Marta. Selain istri dari pengusaha terkenal, ibu Marta juga pemilik perusahaan produk kecantikan terkenal.

Siapa yang tidak kenal dengan ibu MARTATINAAR? wajahnya sering sekali muncul di tabloid-tabloid.

"-jadi pak... bu... maksud kedatangan kami ke sini, kami mau memberitahu kalau putra bapak Jamal__"

"Jems dok...!" Jamal memprotes kalimat dokter Mirna. Ia tidak mau ada orang lagi yang memanggilnya Jamal. "Panggil saya JEMS!!" tegas Jamal.

"Oh, iya maksud saya Jems... maaf."

Mendengar protes dari Jamal, Rio memutar bola matanya malas.

"Ada apa sebenarnya?" suara berat pak Tama yang sudah tidak sabar, mengalihkan perhatian dokter Mirna.

"Gini pak? anak bapak sudah menghamili anaknya ibu ini," jawab dokter Mirna sambil menunjuk ibu Hartati yang duduk di sebelahnya.

Deg!!

Pertanyaan dokter Mirna tentu saja membuat Jamal terkejut. Ia merasa tidak pernah menghamili siapapun.

Apa salah satu cewek yang pernah ia ajak begituan sodaranya Rio?

Atau mungkin temenya Rio?

Atau adiknya Rio?

Entahlah, bermacam pertanyaan berkecamuk di kepala Jamal__sambil menatap tajam ke arah Rio.

Pandangan Rio dan Jamal kembali bertemu. Tatapan keduanya masih sama, penuh dengan kebencian.

Berbeda dengan Jamal, kedua orang tuanya terlihat sangat santai. Bagaimana tidak santai? mereka sudah terbiasa dengan tamu yang datang dengan kasus serupa. Ibu Marta hanya melirik ke arah Jamal. Sebuah lirikan yang meminta kejelasan dari anaknya.

"-jadi maksud kedatangan ibu Hartati ke sini, dia ingin meminta keadilan. Pertanggung jawaban atas perbuatan Jems..." jelas dokter Mirna.

Menarik napas dalam-dalam, sebelum akhirnya ibu Marta hembuskan secara perlahan. Manik matanya melirik ke arah gadis remaja yang tengah duduk__sendirian di sofa berbeda. Keningnya berkerut, lantaran heran melihat gadis remaja yang masih terlihat kecil menurutnya.

Merasa sedang diperhatikan dengan tatapan yang aneh, Keysa merunduk takut.

Sementara itu ibu Hartati, dokter Mirna, dan juga Rio merasa sangat heran melihat sikap kedua orang tua Jamal yang terlihat biasa saja saat mendengar anaknya sudah menghamili anak orang.

Apa menghamili anak orang itu merupakan hal yang wajar?

Entahlah.

Terlihat ibu Marta berdiri dari duduknya sambil membuang napas gusar. Kemudian ia berjalan dengan anggun ke arah Keysa, membuat pasang mata tertuju ke arah ibu Marta.

Jantung Keysa semakin berdetak tidak karuan saat ibu Marta sudah semakin dekat ke arahnya. Gadis yang baru beranjak remaja itu semakin merunduk takut.

"Kamu namanya siapa, sayang?" tanya ibu Marta__kepada Keysa setelah ia mendudukkan dirinya di sampingnya.

"Ke... Keysa tante?" jawab Keysa gugup. Ia tidak berani menatap wajah ibu Marta.

"Jangan takut." Ibu Marta menyelipkan rambut Keysa yang menutupi wajahnya di balik telinganya. "Umur kamu berapa?"

"Empat belas tante," jawab Keysa.

"Masih sekolah dong."

"I-iya tante masih SMP kelas delapan."

Ibu Marta terdiam, manik matanya menatap intens wajah polos Keysa yang terlihat cantik.

"Jawab jujur, bener kamu hamil sama anak tante?"

Pertanyaan ibu Marta sontak membuat Keysa terkejut, dan lansung berani menatap wajah ibu Marta.

Begitupun dengan Rio dan keluarganya, mereka menatap heran ke arah ibu Marta dan Keysa. Terlebih Jamal, ia tidak kalah terkejutnya lantaran tidak pernah bertemu dengan Keysa, apa lagi sampai menghamili nya.

"Tante, bukan aku yang hamil," jawab Keysa sambil tangannya menunjuk ke arah Rio. "Tapi kakaku, kak Ro!"

Deg!!

Bola mata Jamal melebar saat mendengar pernyataan dari Keysa. Meski ia tidak percaya akan hal itu, tapi perasaan takut dan khawatir mulai menghinggapi dirinya.

Sorot mata ibu Marta, mengikuti arah telunjuk Keysa. Keningnya berkerut saat melihat sosok Rio yang tengah duduk merunduk. "Oh... aku kira dia itu laki-laki," komentar ibu Marta setelah ia memperhatikan dengan detail wajah dan postur tubuh Rio. "Soalnya ganteng, badannya juga enggak kaya perempuan. Hampir sama kayak Jamal." ucap ibu Marta dengan santainya.

"Bu Marta," panggil dokter Mirna, yang membuat perhatian ibu Marta tertuju kepadanya. "Rio ini emang laki-laki. Bahkan laki-laki sejati. Tapi dia hamil dan pelakunya adalah anak ibu, Jems..." jelas dokter Mirna.

Deg!!

Jamal kembali dikejutkan, kali ini ia terlihat sangat gemetaran lantaran yang mengatakan bahwa Rio hamil, adalah dokter Mirna. Jamal takut bukan karena mendengar berita tentang kehamilan Rio__ia masih berpikir menggunakan logika, sehingga ia tidak percaya akan hal itu. Ia cuma takut dan khawatir kalau perbuatannya kepada Rio diketahui banyak orang, termasuk kedua orang tuanya.

"Bohong...!" Jamal berdiri dari duduknya, dadanya terlihat bergerak naik turun. "Mana ada cowok hamil, pasti kalian mau ngejebak saya!" tegas Jamal.

"Dokter Mirna," kali ini pak Tama yang membuka suaranya. "Kamu jangan main-main. Kamu tau, kamu bisa terancam menganggur kalo memberikan diagnosa palsu."

"Pak Tama, saya mohon maaf. Tadinya saya sendiri enggak percaya. Sama seperti bapak. Tapi setelah melakukan USG, ternyata Rio ini benar-benar Hamil..." tutur dokter Mirna panjang dan lebar. Kemudian ia menjelaskan dengan detail bagaimana bisa Rio bisa mengandung.

Saat mendengarkan Jamal hanya bisa menelan ludahnya susah payah. Ia berharap ada seseorang yang membangunkannya dari tidur, supaya bisa keluar dari mimpi buruk itu. Tapi kenyataannya, semua nyata. Jamal sedang tidak tidur.

Ibu Marta dan Pak Tama hanya terbengong-bengong. Mereka masih belum bisa percaya dengan penjelasan yang baru saja diberikan oleh dokter Mirna.

"Halah, omong kosong!" umpat Jamal, sorot matanya menatap tajam ke arah Rio, yang juga menatapnya tajam. "Eh, elu mau fitnah gue kan. Lu bisa gue tuntut, ngerti!!"

Malas menanggapi kata-kata Jamal, Rio hanya menarik sebelah ujung bibirnya, tersenyum meremehkan.

"Dokter Mirna, yang kamu jelaskan itu sama sekali tidak masuk akal?" ucap ibu Marta yang sejak tadi sudah memegangi dadanya. Untung saja ia tidak punya penyakit jantung. "Apa yang dikatakan anak saya benar, kalian bisa kami tuntut. Lagian kenapa harus anak saya yang kalian fitnah. Apa yang sudah anak saya lakukan sama Rio."

Pernyataan ibu Marta membuat Jamal celingukan salah, tingkah.

"Iya mah, mereka itu mau fitnah kita, ma." bela Jamal. Ia berharap tidak ada pembahasan soal ia yang pernah melecehkan Rio.

Menarik napas dalam-dalam, sebelum akhirnya dokter Mirna hembuskan secara perlahan. Ia terlihat mengambil sesuatu dari dalam tas, yaitu berupa foto negatif hasil USG milik Rio. Kemudian ia berdiri, berjalan ke arah ibu Marta, Jamal dan pak Tama__sambil membagikan hasil USG tersebut.

Selesia dengan urusan pembagian hasil USG, dokter Mirna berjalan kembali ke arah tempat duduknya. Manik matanya menatap satu-persatu Jamal dan kedua orang tuanya yang sedang bingung mengamati hasil USG milik Rio.

"Itu hasil USG punya Rio. Usia kandungannya diperkirakan akan masuk minggu ke lima. Tadinya saya juga nggak percaya, tapi hasil USG sudah menjawab semuanya. Rio hamil, dan pelakukannya adalah Jems. Rio sudah menceritakan semuanya, bahwa Jems sudah melakukan, memaksa Rio atau tepatnya melakukan pelecehan, melakukan hubungan seks lewat jalur belakang__"

"Sebentar," ibu Marta memotong kalimat dokter Mirna, kemudian ia berjalan dengan lemas, ke arah meja, mengambil segelas air mineral__yang sudah disiapkan pembantunya, lalu meneguknya hingga tandas.

Berita soal laki-laki hamil, tuduhan tentang Jamal yang sudah melakukan pelecehan, membuat ibu Marta sesak napas. Ia juga seperti kehilangan ION dalam tubuh. Oleh sebab itu ibu Marta membutuhkan air mineral untuk mengembalikan keseimbangan tubuh nya.

Semenatara Jamal hanya bisa diam dan mematung. Tubuhnya juga mendadak lemas.

"Oke, teruskan dokter, Mirna," perintah ibu Marta.

"Kalo kalian merasa kurang yakin sama hasil USG itu, kalian bisa ikut kami ke rumah sakit. Kita bisa lihat langsung dari perut Rio..." lanjut dokter Mirna dengan gaya bicara yang tegas. "Ohiya, maaf saya belum ngasih tau Rio sama ibu Hartai, kalau hasil USG juga menunjukan, ternyata ada dua janin di dalam perut Rio...!"

"APA??!!"

Pernyataan dokter Mirna, membuat semua yang ada di ruang tamu tersentak kaget. Terlebih Rio, satu bayi saja ia sudah bingung bagaimana melahirkan nya? ditambah satu lagi. Tubuhnya mendadak lemas rasanya ia benar-benar lelah.

Terlihat sorot matanya menatap kesal, sangat kesal, dan semakin kesal kepada Jamal.

"Gara-gara elu.... Berengsek..." Rio mengumpat di hatinya.

avataravatar
Next chapter