webnovel

Penjelasan Airin

Mina menunggu Airin di dalam kamar Airin, karena kata sang Ratu bahwa pagi ini Airin akan balik ke Kerajaan ini. Mendengar berita itu, Mina sangat merasa amat senang.

Setelah Airin tiba, Mina ingin menanyakan banyak hal kepada sahabatnya itu. Karena Airin terlalu banyak menyimpan rahasia yang tidak baik jika dipendam sendiri, karena rahasia yang Airin pung itu dapat membuat Airin jadi sedih.

Sambil menunggu Airin tiba, Mina memilih untuk merapihkan kamar Airin saja. Memang kamar Airin ini sudah rapih, tetapi Mina tetap akan merapihkan kamar Airin supaya tambah rapih.

Mina mengelap meja rias, dan meja kecil yang ada di samping tempat tidur Airin. Mina juga merapihkan lukisan-lukisan yang ada di kamar Airi.

Lumayan banyak juga lukisannya, di sana ada lukisan pemandangan, lukisan buah-buahan yang berada di keranjang buah dan juga ada lukisan Mina.

Tetapi Mina baru sadar, ia baru melihat satu gambar lukisan wanita cantik yang entah itu siapa tapi Mina yakin sepertinya ini adalah ibunya Airin.

Wanita yang ada di lukisan Airin ini sangat mirip sekali dengan Airin, dari matanya yang teduh dan senyumannya yang sangat tulus.

Saat Mina terlalu hanyut dalam pikirannya sambil memandang lukisan itu, tiba-tiba saja Mina tersentak kaget karena ada seseorang yang menepuk pundaknya.

Saat Mina menolehkan kepalanya, ia melihat seseorang yang sedari tadi ia tunggu berdiri di belakangnya. "Airin?"

Mina langsung memeluk tubuh Airin dengan erat, rasanya seperti ia sudah berpuluh-puluh tahun tidak bertemu dengan Airin.

Baru ditinggal beberapa hari saja Mina di Kerajaan ini sudah merasa kesepian, karena orang yang selalu membuat Mina sabar berada di Kerajaan ini hanyalah Airin saja. Dia selalu mengeluarkan aura positif yang siapa saja berada di dekat Airin pasti sangat merasa bersemangat.

"Kenapa kamu tidak ngabarin aku?" tanya Mina begitu ia melepaskan pelukan eratnya dari Airin.

"Ngabarin apa?" mendengar ini, Mina menghembuskan napasnya. Ia pikir Airin akan mengerti dengan pertanyaan nya itu.

"Ngabarin kalo ibu kamu udah meninggal," bukannya Mina ingin kembali membuat Airin menjadi sedih, tetapi ia ingin Airin menceritakan semuanya. Karena jika Airin menceritakannya, pasti ia juga akan menceritakan semua sakit yang ia pendam di dalam hatinya.

"Kemarin itu sangat mendadak, aku jadi tidak sempat untuk ngabarin kamu," kata Airin sambil berjalan ke sisi kasur lalu ia duduk di sisi kasur.

"Yaudah itu tidak masalah tapi... aku mau kamu ceritain semua yang kamu pendam di hati kamu, apa yang kamu pikirkan sama terutama ceritain semua hari kamu selama kamu pulang ke rumah kemarin," kata Mina yang memegang kedua pundak Airin.

"Aku tidak bisa..." kata Airin sambil menundukkan kepalanya.

"Kamu harus cerita Airin, kalo kamu pendam terus, itu yang ada malah buat kamu semakin sedih. itu tidak baik buat mental kamu," jelas Mina yang berharap Airin mau menceritakannya.

"Yaudah baik kalo kamu tidak mau cerita semua masalah yang kamu pendam, sekarang kamu cerita kenapa ini bisa terjadi??" Mina menunjuk memar yang ada di pelipis Airin dengan jari telunjuk Mina. Bukan hanya di pelipis saja, Mina juga menemukan memar di pergelangan tangan Airin.

Airin terkejut saat Mina menemukan memar yang ada di pelipis dan pergelangan tangannya itu. Padahal Airin sudah menutupi memarnya yang ada di pelipis dengan menggunakan poninya dan Airin juga sudah menutupi luka memarnya yang ada di pergelangan tangannya dengan lengan bajunya yang panjang.

Namun Mina bisa mengetahui memar itu karena poni Airin yang sudah tidak lagi menutupi memarnya, begitupun juga dengan memar di pergelangan tangan Airin, Mina tau karena lengan baju Airin yang sudah tidak menutupi memar itu.

"I-ini a-aku tadi abis kebentur," kata Airin sambil memegang pelipisnya yang memar.

Mina dapat melihat bahwa Airin sepertinya berbohong kepada Mina, dan karena alasan yang Airin katakan itu masuk di akal, jadi Mina mengiyakan saja. "Lalu yang ini?" Mina beralih menunjuk pergelangan tangan Airin yang sebelah kanan.

"I-i-ini... eumm waktu itu aku..." sepertinya Airin tidak menemukan alasan yang tepat untuk pergelangan tangannya ini.

"Airin." Mina menggenggam kedua tangan Airin.

"Kamu ingat kan apa yang pernah kamu katakan di kamar aku, waktu pertama kali kita bertemu?" tanya Mina kepada Airin.

"Kita mulai sekarang dan seterusnya akan menjadi sahabat, tidak boleh ada yang disembunyikan. harus berbagi cerita maupun senang atau duka." Airin mengulangi kalimat yang waktu itu pernah ia ucapkan.

Airin menyadari apa yang ia katakan waktu itu dan sekarang ia malah tidak membuktikan perkataannya itu. "Ini memar karena Ayah mencekal pergelangan tangan aku dengan kencang, dan ini memang kebentur..." Airin berhenti sejenak untuk menghembuskan napasnya terlebih dahulu. Karena mengingat kejadian itu membuatnya ingin menangis.

"Kebentur karena Ayah mendorong aku hingga aku terjatuh dan kepala aku membentur dinding," jelas Airin yang akhirnya Mina tau.

"Kenapa Ayah kamu bisa memperlakukan kamu seperti itu, Airin??" tanya Mina.

"Jadi..." Airin menceritakan semua kisahnya tentang dirinya dan kedua orang tuanya. Mulai dari kisah cinta kedua orang tuanya yang Ayahnya salah paham dengan hubungan antara Ibunya Airin dan sahabat lelakinya. Hingga dirinya yang tak dianggap sebagai darah dagingnya, padahal sudah jelas bahwa Airin ini adalah darah daging dari Ayahnya, namun Ayahnya itu menganggap bahwa Airin adalah anak haram.

Mangkanya sekarang Airin selalu diperlakukan kasar, tidak seperti anak-anak gadis lainnya yang pasti akan selalu dimanjakan oleh sang Ayah.

Sepanjang cerita yang Airin ceritakan, Mina hanya bisa mengumpati Ayahnya Airin di dalam hatinya saja. Ia sama sekali tidak menyangka jika Ayahnya Airin itu bisa sekejam itu. Mendengar bahwa Airin dibilang sebagai anak haram saja membuat Mina naik pitam, tetapi Airin begitu sabarnya mendengar panggilan anak haram itu.

"Mangkanya waktu aku harus pulang karena kalah dalam panahan, Ratu tidak mau aku pulang. karena takut jika Ayah akan menyiksa aku lagi," sekarang Mina sudah tau alasan mengapa Airin waktu itu bisa tidak kembali ke rumahnya.

"Lalu kenapa sekarang malah Ratu mengizinkan kamu pulang?"

"Aku yang memaksa Ratu, karena bagaimanapun juga ini adalah hari dimana Ibu aku telah tiada, jadi aku harus pulang untuk mengurus acara pemakamannya," kata Airin.

"Karena aku tau pasti Ayah tidak akan mengurus pemakaman Ibu," saat mengatakan hal itu, Airin tiba-tiba saja menangis dan itu membuat Mina terkejut.

Mina langsung memeluk tubuh Airin untuk menenangkan sahabatnya itu. "Sudah-sudah... aku yakin Ibu kamu pasti sudah tenang di sana, apalagi sekarang kamu ada di sini, aman dari siksaan Ayah kamu yang kejam itu."

Next chapter