webnovel

Countdown ( INDONESIA )

"Teman" tak selamanya dalam artian baik. Vins Dwayne dan Clay Valdis sudah berteman sejak kecil dan mereka selalu bersama sampai saat ini. Orang-orang selalu merasa iri dengan ikatan pertemanan mereka, tapi ... apakah mereka benar-benar tahu kebenaran dari ikatan pertemanan itu? Ini adalah cerita dimana dua orang yang berteman tapi tak pernah berteman selama mereka bersama. Mata, mulut dan hati mereka saling menyimpan kegelapan tak terukur dan mereka saling menusuk secara diam-diam. Mereka berdua saling menyimpan rahasia kelam yang tak ingin mereka katakan pada siapapun, dan dunia yang seakan selalu mengawasi mereka setiap saat, memberikan takdir pahit yang membawa mereka ke jurang yang begitu terjal. Bertemu dengan musuh yang tak ingin mereka temui, kekuatan aneh yang selalu berada dibayang-bayang mereka, dan selalu memberikan rasa kehancuran yang begitu kejam dan brutal. Apakah permainan takdir ini bisa dihancurkan? Merekalah yang bisa menentukannya.

RIN1214 · Fantasy
Not enough ratings
3 Chs

Candy

"Kalian benar-benar sangat akrab."

Kami berdua hanya tersenyum ringan mendengar itu. Mau dilihat bagaimanapun, kami memang terlihat sangat akrab, dan ini berkat ikatan pertemanan sejak kecil yang kami buat dan tak terputus sampai sekarang. kami seumuran dan tinggal bersebelahan, kau bisa melihat dua rumah yang memiliki kelas yang sangat berbeda di sana dan memancarkan aura tak menyenangkan. Istananya dan rumah sederhanaku, kami adalah dua sahabat dengan dunia yang berkebalikan.

Si Kaya dan Si Miskin

Aku yang pintar dan Dia yang bodoh

Dia yang tampan dan aku yang jelek ... tidak, maksudku, aku yang biasa-biasa saja.

Aku yang lemah dan Dia yang kuat

Dia yang ∎∎∎∎∎ dan aku yang tidak

Kami memiliki begitu banyak kebalikan yang terkadang membuatku berpikir, bagaimana kami bisa berteman sampai sekarang. Terasa konyol dan aku hampir selalu meragukan kebenarannya. Dan aku yakin dia juga merasakan hal yang sama sepertiku, ya, satu-satunya temanku di dunia ini, Clay Valdis.

Dia terlihat sedang memakan permen dengan rasa vanilla yang menjijikkan di mulutnya, tangkainya bergerak cepat yang menunjukkan betapa dia menikmati rasa permen yang mengerikan itu. Aku tidak mengerti kenapa dia begitu menyukai rasa vanilla yang selalu membuatku ingin muntah. Dan aku yakin dia sudah menghabiskan lima permen itu selama kami berjalan-jalan di taman yang menyebalkan ini. Kami tidak berbicara selama perjalanan, dan aku sesekali bermain-main dengan ponselku dan dengan cepat merasa bosan karena tak ada satupun yang menarik di sana. Aku hanya bisa mengamati orang-orang yang berjalan melewatiku dan kumpulan burung merpati yang meminta makanan di dekat danau buatan. Ini terasa damai dan menyegarkan, namun, di lain sisi aku merasa seperti seorang pelayan yang sedang mengikuti majikannya yang bodoh.

"Hei, apa kau mengajakku kemari hanya untuk menonton kemesraanmu dengan permen menjijikkan itu." Aku yang sudah kehilangan kesabaran, akhirnya menatapnya dengan rasa jengkel.

"Eh."

Aku bisa mendengar suara nyaring permen yang dihancurkan hanya dengan sekali gigitan. Dia memakan seluruh permen itu hanya dengan beberapa gigitan, dan aku yakin itu bukan permen terakhir yang ada di kantongnya.

"Ah, maaf-maaf. Apa kau marah karena aku mengabaikanmu, Vins?"

"Kau benar-benar menjengkelkan. Apa sebenarnya alasanmu mengajakku ke taman ini?"

"Tidak ada." Dia menatapku dengan senyuman bodohnya.

"Aku ingin memukulmu!"Aku mengepalkan tanganku dengan kuat. Sebenarnya, ini sudah sering terjadi, sikapnya memang selalu kekanak-kanakan dan menjengkelkan, dia selalu meninggalkan senyuman bodohnya saat tahu aku marah karena tingkah konyolnya. Dia terlihat selalu menikmati momen dimana dia berhasil menggangguku dengan tingkahnya yang gila dan benar-benar mengganggu. Namun, mau semarah apapun aku atau segila apapun dia, aku sama sekali tidak bisa melakukan apapun, aku tidak bisa memukulnya atau menarik kerah bajunya dan memakinya dengan segala hinaan yang terpendam lama dipikiranku. Kemarahan itu akan segara tenggelam, dan aku akan kembali mengobrol dengannya seperti biasa.

"Jangan marah. Apa kau mau permen?"

"Tidak, itu menjijikkan."

"Hei! Ini benar-benar enak kau tahu! Kenapa kau begitu benci rasa vanilla? Aku sama sekali tidak mengerti."

"Aku juga tidak mengerti, kenapa kau begitu kecanduan dengan rasa vanilla yang menjijikkan itu. Seleramu benar-benar mengerikan."

"Kau saja yang tidak mengerti! Terakhir kali aku memberikanmu permen, kau bahkan tidak memakannya!"

"Aku tidak mau memakan permen yang bisa membunuhku seketika." Jawabku ketus.

Clay mendengus, dan meraih kantongnya dengan ekspresi marahnya. Aku hanya melihatnya dengan senyuman kecil karena merasa bahwa aku telah memenangkan pertengkaran konyol ini. Memang ini terdengar kekanak-kanakan, tapi sungguh, aku jarang merasakan perasaan ini dan aku ingin menikmatinya walau aku tahu itu konyol. Dia tak menatapku, dan segera meraih sesuatu di kantongnya, aku tahu pasti apa yang sedang dia pegang sekarang. Dia mengeluarkan permen menjijikkan itu dan membuka bungkusnya dengan ekspresi cemberut.

Clay kemudian menatapku dengan ekspresi aneh, dan tersenyum simpul.

"Kau tak akan tahu sampai benar-benar memakannya, Vins."

"Ha?" Aku punya perasaan buruk soal kalimat itu.

Dia terus menatapku dengan wajahnya serius. Apa yang ingin dia lakukan sebenarnya? Aku melihat tangannya mencengkram kuat tangkai permen mengerikan itu, matanya mengunciku seperti target perburuan yang selama ini dia incar, aku bisa melihat api yang membara di sana, aura yang menjengkelkan itu benar-benar mengerikan. Tubuhku seketika merinding, dan segera berjalan mundur. Alarm peringatan bahaya berdering di kepalaku. Dan saat aku mulai melangkah mundur untuk melarikan diri, Clay segera menarik pergelangan tanganku dengan kuat dan cepat. Itu benar-benar cengkraman yang menyakitkan dan aku tidak bergeming saat kekuatanku segera dikalahkan olehnya. Sesuatu yang cepat dan menjijikkan segera menerobos masuk ke mulutku, dan membuatku kehilangan keseimbangan.

"Kau-!"

"Haha! Vins, kau harus benar-benar memakannya sekarang." Nadanya mengejek, dan matanya yang tajam itu, membuatku tak bisa berkutik.

Rasa menjijikkan itu segera pecah dan menyebar, memberikan sensasi tak menyenangkan dan aku segera melemparkan permen mengerikan itu ke tanah. Aku terbatuk-batuk untuk sementara waktu, dan segera merasa mual. Clay hanya mengamatiku dengan ekspresi puasnya, dan dia tersenyum sinis sambil menatapku dengan tatapan merendahkan. Bajingan ini benar-benar ingin kupukul dengan sekuat tenaga, tapi aku tidak punya kemampuan untuk melakukannya dan aku hanya bisa mengigit bibir. Sialan, ini benar-benar tidak adil!

Aku hanya bisa menggerutu di dalam hati, dan menatapnya dengan marah. "Apa kau sudah puas sekarang?"

"Yaa, aku rasa."

"Brengsek!"

Aku memakinya dan melempar permen itu ke arahnya. Dia hanya tertawa puas dan benar-benar mengejekku dengan tatapannya yang kejam. Orang-orang di sekelilingku melihat kami dengan rasa penasaran, tapi Clay terlihat tidak peduli dan terus tertawa keras. Yaa, dia memang tak pernah peduli dengan hal seperti itu, selama dia puas ... selama dia yang berada di atasku, dia tak akan peduli pada apa yang orang lain pikirkan. Selalu seperti ini sejak dulu, dia selalu melihatku dari atas, dan aku- aku hanya bisa melihatnya dari bawah tanpa bisa meraihnya sedikitpun. Seakan-akan permainan takdir yang tak akan pernah rusak atau hancur, aku selalu berada di tempat yang penuh dengan jurang yang tak akan bisa kulewati.

'Kalian benar-benar sangat akrab'

Memikirkan perkataan itu lagi, aku hampir tidak bisa menahan diri untuk mengambil pisau dan merobek mulut orang yang mengatakan perkataan terkutuk itu.

Akrab? persetan!

Tidak ada satupun orang yang mengerti betapa mengerikannya Clay dan seberapa menderitanya aku yang selalu bersamanya. Walau kami berjalan berdampingan, aku tak pernah benar-benar berada di sampingnya, atau berada sejajar dengannya. Ada jarak yang begitu luas hingga aku hanya bisa melihatnya dari jauh. Itu menyakitkan, hingga udara di sekitarnya bahkan tak membiarkanku masuk dan terus mendorongku jauh ... jauh dan jauh. Menelanku dan menertawakanku- dia hanya menatapku dan tertawa, berkata jika menjadi temannya sudah menjadi kehormatan terbesarku.

Dan rasa sakit itu merusak jiwaku dengan ganas dan memberikan halusinasi tak berarti.

Jika aku punya kekuatan sekarang ....

Jika aku punya kekuatan untuk merusak permainan takdir konyol ini, dan menyeretnya ke bawah bersamaku. Aku akan benar-benar bersyukur dengan itu, dan tak akan pernah menyesal. Jika aku bisa membuatnya berlutut dan melihatku dengan tatapannya yang menyedihkan, maka itu adalah saat yang paling menakjubkan dan tak akan pernah melupakannya seumur hidupku .

Untuk itu bisa kupastikan kepadamu, jika- jika aku benar-benar punya kekuatan seperti itu ....

Clay Valdis pasti sudah mati sejak lama.

Itulah ... itulah yang halusinasi menjijikkan itu katakan.