3 BAB.3 DISIRAM AIR

Masih di kediaman Jenderal Kim, tak terasa hari begitu cepat berlalu, matahari sudah tersenyum menyinari pagi ini, langkah sepatu terdengar di telingaku, dan tiba-tiba suara pintu terdengar.

"Krekkk"suara pintu terbuka

"Byurrr"Jenderal Kim menyiramkan air ke wajahnya Alena.

"Ya Tuhan ada apa ini Jenderal Kim, kenapa kau menyiramkann air ke wajahku".

"Kenapa kau bilang, kau amnesia atau pura-pura lupa, lihat Alena jam berapa sekarang, aku mau berangkat bertugas, semua belum kau siapkan, lekas bangun sekarang"perintah sang Jenderal

"Astaga maafkan aku Jenderal,aku lupa pasang alarm, baik segera aku siapkan semuanya kebutuhan Jenderal".

"Cepat waktumu hanya tiga puluh menit, aku sudah terlambat. Masih muda sudah tidak bisa disiplin masalah waktu, bagaimana nanti mau jadi orang sukses. Cepat aku tunggu di meja makan, dan ingat jangan sampai salah menyiapkan seragamku, ini hari kamis".

"Tenang Jenderal, aku sudah menghafalkan semua seragamnya".

Setelah mencuci mukannya Alena segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan untuk sang Jenderal, seperti biasa kesukaan Jenderal roti panggang dengan toping strawberry dan parutan keju. Selesai membuatkann sarapan , lalu Alena menuju meja makan.

"Permisi Jenderal, ini roti panggangnya dengan toping kesukaan Jenderal".

"Hmm..taruh saja di meja, aku sedang membaca surat kabar dulu"

"Ya sudah sekarang aku mau siapkan semua seragam buat Jenderal".

"Tunggu dulu, siapa yag menyuruhmu pergi, kau cicipi dulu rotinya, bisa saja kan kau meracuniku".

"Ya Tuhan meracuni Jenderal untuk apa, ada-ada saja".

"Cepat tidak perlu membantah perintahku, aku bilang cicipi sekarang rotinya, kalau sampai ada racunnya, aku pastikan kau membusuk di penjara"

"Okay..ini lihat sudah aku makan, lalu aku mati tidak".

"Ya sudah kalau begitu aman berarti, sekarang siapkan seragamku, ingat seragam hari kamis ya Alena"

"Iya Jenderal ini saya mau ke kamar untuk menyiapkan seragam".

"Ingat jangan pernah menyentuh ataupun menggeser barang-barang yang ada di kamarku ya, paham kau Alena".

"Iya Jenderal , hufftt dasar bawel"ucap Alena dengan lirih.

"Apa yang kau katakan barusan?"

"Tidak ada Jenderal, aku hanya bicara sendiri saja"

"Cepat sana siapkan, dasar wanita aneh"

"Yang aneh juga dia, kenapa aku yang dibilang aneh, dasar Jenderal tidak waras"gerutu Alena

"Sudah cepat sana, siapkan seragamku, jangan buang-buang waktu, sampai aku terlambat, aku pastikan hukuman menantimu".

"Ya Jenderal Kim ya, ini juga sedang disiapkan".

Sesampainya di kamar pribadi Jenderal, Alena terkesimah melihat kamar seorang lelaki yang tugasnya sangat berat yaitu mengabdi untuk negara, bisa memiliki kamar yang begitu rapih.

"Wah...rapihnya kamar Jenderal Kim, ya sudah sekarang aku pikirkan pekerjaannku dulu, biar aku bisa cepat kuliah dan bisa keluar dari sini, aku akan cari pekerjaan apapun, asalkan aku bisa mencicil hutang-hutangku pada keluarga Jenderal. Okay seragam sudah aku siapkan, setelah ini aku akan membersihkan diri"ucap Alena".

Baru saja ingin keluar dan membuka pintu, tiba-tiba ada Jenderal Kim sudah ada di depan pintu.

"Heiii...kenapa jadi mematung, seperti melihat hantu saja kau ini".

"Ahhh hehee tidak Jenderal, aku hanya terkejut saja, bukannya Jenderal sedang sarapan tadi"

"Sudah selesai, seorang tentara tidak boleh lama-lama dalam segala hal".

"Baik kalau begitu saya mau mandi dulu Jenderal, seragam dan semua keperluan sudah saya siapkan".

"Heii kau mau kemana, kau lupa di dalam surat perjanjian pernikahan kontrak disitu tertulis, saat kau menjadi istri kontrak ku, selain harus menghafalkan seragamku, kau juga harus memakaikan seragam untukku, memasak dan melayani semua kebutuhanku. Masuk lagi aku bilang, cepat masuk tidak perlu membantah Alena".

"Apa...aku harus memakaikan seragam dan sepatumu Jenderal?"

"Harus, sudah masuk aku bilang, cepat pakaikan aku seragam".

"Baiklah ..siap".

"Ingat ini berlaku selama kau masih belum bisa meluasi hutangmu padaku, paham kau Alena dan selama kau juga masih terikat pernikahan kontrak ku".

"Ya Jenderal siap".

"Oh iya satu hal lagi Alena, setelah aku pergi bertugas, tolong kau jaga ayahku ya, kau cek selang kantung ayahku, apabila air seninya sudah penuh, tolong kau gantikan dengan kantung yang baru, ada di laci ruangan perawatan ayahku".

"Maksudnya Jenderal, itu Tuan Ha. Ada apa dengan beliau, apakah dia sedang sakit?"

"Hmm..kau lihat saja nanti, ayahku sudah lama koma, karena ibu tiriku yang begitu rakus akan kekuasaan, sudah cepat rapikan seragamku, jangan banyak bertanya, kalau sampai terjadi sesuatu dengan ayahku, cepat kabari aku ya, sekarang kau buka lemari itu, ambil kotak putih itu"

"Baik Jenderal. Ini dia kotaknya"

"Buka saja, itu untukmu, ponsel lamamu dan baju lamamu sudah aku buang, sekarang itu ponsel barumu, pakailah untuk menghubungiku ya".

"Terima kasih Jenderal, tetapi ini ponsel mahal Jenderal".

"Sudahlah jangan permasalahkan harganya, yang jelas kau kuliah saja yang benar ya".

"Oh ya masalah kuliahku, kapan bisa mulai masuk kuliah?"tanya Alena

"Minggu depan ya, nanti aku sendiri yang mengantarmu. Namun selama aku bertugas dan tidak ada di rumah, Pak Choi atau bisa juga Min Yuk yang akan mengantarkanmu baik untuk urusan kuliah ataupun kau ingin berbelanja".

"Hmm..semua sudah rapih Jenderal, dan Jenderal terlihat sangat tampan, tetapi bukannya Jenderal akan bertugas sebulan, lalu bagaimana bisa mengantarku kuliah?"

"Sebulan itu kan hanya prediksi, semoga saja lebih cepat selesai, ya sudah sekarang aku antarkan kau ke ruangan perawatan ayah".

"Siap Jenderal".

Jenderal mengajak Alena untuk melihat keadaan ayahnya, sampailah di sebuah kamar besar dengan peralatan lengkap seperti di dalam kamar rumah sakit, ada selang oksigen, dan alat denyut jantung.

"Hmm...Alena masuklah, inilah ayahku yang sekarang".

"Hikksss..hikkksss"Alena langsung meneteskan air matanya, seolah-seolah tidak percaya Tuan Ha, terbaring sakit dengan berbagai alat bantu pernapasan.

"Ya ayahku sudah lama terbaring seperti ini. aku yang membawanya pulang dan merawatnya di rumah, karena percuma di rumah sakit tidak membawa perkembangan, dan sudah aku bawa kemana-mana, masih seperti ini, dokter menyarankan agar aku melepaskan saja alat bantu pernapasan, karena semua dokter sudah pasrah. Tetapi aku masih ingin ayah hidup, dialah satu-satunya orang tua yang aku miliki saat ini"

"Tenang saja Jenderal, aku berjanji akan menjaga Tuan Ha dengan baik, aku yakin Tuan Ha bisa sembuh".

"Ya sudah aku berangkat tugas dulu ya, kemungkinan aku pulang larut, jadi kau tidak perlu menungguku, kalau sudah selesai dengan pekerjaanmu, silahkan kau istirahat ya".

"Baik Jenderal Kim siap, hati-hati di jalan ya Jenderal"

"Okay terima kasih. Dan satu hal lagi, kalau kau membutuhkan sesuatu, ada Pak Choi ya yang akan membantumu".

"Siap Jenderal".

Melihat Jenderal Kim sudah meninggalkan ruangan kamar itu, Alena kembali mendekat ke arah Tuan Ha, dan menggantikan kantung air seni yang sudah penuh dengan yang baru. Alena begitu sedih melihat keadaan Tuan Ha , yang hidupnya hanya mengandalkan selang-selang pernafasan.

Sementara di halaman depan , terlihat Jenderal Kim sudah mau bersiap memasuki mobil dinasnya, namun sebelum pergi dia memanggil Pak Choi.

"Hmm..Pak Choi tolong ya , kau pantau Alena, kalau dia membutuhkan sesuatu , bantu dia ya, mulai hari ini dia juga yang akan merawat dan menjaga ayah".

"Siap Jenderal Kim".

"Kemungkinan aku pulang larut malam,jadi kau tidak perlu menungguku ya, kabari aku kalau terjadi sesuatu di rumah ya".

"Siap laksanakan Jenderal Kim".

"Okay aku jalan dulu, jaga baik-baik Alena , kalau dia ingin membeli sesuatu, antarkan saja, dan berikan kartu atm ini buat Alena ya, dia bebas berbelanja apapun, untuk kebutuhan kuliah dia nanti".

"Siap Jenderal Kim, hati-hati di perjalanan'.

"Terima kasih Pak Choi.

Jenderal Kim segera pergi menuju Markas Besar tentara, yang berada di Korea Selatan, tepatnya kota Seoul.

avataravatar
Next chapter