1 Contract As An Butterfly part : Prolog.

Prolog.

Bibir yang merah membara, wajah dengan riasan menawan sebagai seorang yang rupawan. Tubuh yang indah di balut dengan baju yang terlihat sedikit ketat dan sexy, menampilkan bentuk tubuh yang indah seperti huruf S dengan tinggi dan berat badan yang begitu ideal, kulitnya berwarna kuning langsat sangat cocok dengan rambut yang panjang dengan ujungnya sedikit berwarna kehijauan yang tampak sedikit bergelombang.

Ia menatap lekat wajahnya di cermin sebuah kamar mandi, memperbaiki riasan wajah yang sebenarnya telah sangat sempurna.

"Cantik," batinnya sembari kesepuluh jarinya membetulkan rambut di sisi kiri dan kanan.

"Kamu tidak boleh lelah, dan harus terlihat cantik setiap saat." Ia melanjutkan kata-katanya dalam hati.

"Yuhuuuu … Eveline." Seorang pria bertubuh tambun yang tampak sedikit melambai datang menemuinya.

"Beb … jangan lama-lama." Ia bicara dengan aksen manja pada seseorang gadis bernama panggung Eveline itu.

Wanita itu membalasnya dengan senyuman. "Aku tidak lama, aku hanya sedang touch-up saja."

"Aku tau tapi … untuk kali ini jangan biarkan pelanggan spesialmu menunggu." Ia mencolek pada lengan Eve dengan begitu manja.

"Pelanggan spesial?" Ia mengerutkan dahi memandang pada pria gemulai yang bernama asli Roni tapi kerap di panggil dengan nama Siska itu.

Ia tampak berbisik. "Kita dapat pelanggan baru … dia dari kalangan konglomerat, lebih kaya dari pelanggan-pelanggan yang biasanya."

"Wow …." Eveline terperangah.

"Kamu tau artinya … jika dia menyukaimu maka kita akan meraih uang yang sangat banyak, dia bahkan rela jika membayar ratusan juta demi satu kali kencan yang memuaskan."

Eveline memandang pada Siska, pria yang cukup tinggi itu.

"Bukannya banyak anak baru di sini, kenapa kamu mau aku yang melayaninya? Biasanya orang seperti itu ingin gadis perawan."

"Pelanggan kali ini unik, dia sangat pemilih. Dia ingin wanita yang sudah berpengalaman dan dengan type tubuh ideal bahkan aku sudah memberikan semua foto anak di sini tapi dia hanya memilihmu, karena dia sangat suka type tubuhmu."

"Bagaimana rupa laki-laki ini? kenapa tidak minta Stephanie saja, aku kira dia akan cemburu saat tau aku mendapatkan ikan yang lebih besar darinya."

"Eve kusayang, jangan bicara bodoh … pelanggan kita ini sudah memilih dan dia tidak memilih Vani, dia memilihmu. Masalah Stephanie nanti aku yang akan urus. Jangan Khawatir." Ia terlihat hening sejenak sebelum melanjutkan ucapannya. "Satu lagi, aku hampir saja lupa … pelanggan kita kali ini berbeda. Ia tampan."

"Aku rasa Vani akan merasa down saat tau aku kembali unggul. Tapi aku tidak yakin pria itu benar-benar tampan, terakhir kali demi aku mengabulkan permohonannya Siska bahkan rela berbohong padaku, alhasil aku harus melayani seseorang pria yang wajahnya hampir di bawah standar tapi ya memang kaya raya." Ia bicara sendiri dalam hati.

Eveline menghela napas. "Baiklah … dimana aku aku akan bertemu dengannya?"

"Ikuti saja aku …." Roni alias siska berjalan memimpin di depan.

Mereka sudah kembali ke dalam klub malam tempat mereka menjajalkan dagangannya, saat berjalan masuk, tampak punggung seorang pria yang sedang duduk menghadap di depan meja, sementara mereka berjalan dari arah belakang.

"Apa itu prianya? Jika ia, dia cukup tampan juga jika di lihat dari punggungnya."

avataravatar
Next chapter