1 00. Prolog

Waktu terus saja berjalan, hidup pun terus berlanjut. Sekarang aku berumur 16 tahun, sudah waktunya diriku untuk lepas dari genggaman pengasuhku.

Panti asuhan Silih Mukti bukan lagi tempat tinggalku, tugasku untuk menjalani hidup dipanti asuhan sepertinya sudah selesai, karena sekarang aku hanya berada dalam genggaman seorang lelaki berumur 28 tahun bernama Agrata Freksya.

"Biarkan aku yang mengurus surat-suratnya, kalian saja yang membawa bocah itu kedalam mobil. Aku sudah muak melihat wajahnya saja." ucap lelaki bermata tajam itu sambil menandatangani surat pelepasan hak asuh.

Aku mengeratkan pelukanku pada Bu Vera, sungguh aku tak mau pergi bersama mereka. Aku tahu mereka adalah orang kaya, orang yang cukup berpengaruh dikalangan pebisnis, dan mereka adalah calon orang tua angkatku.

Bu Vera mengendurkan pelukanku dengan melepaskan lilitan tanganku dipinganggangnya, "Lily, kamu harus ikut sama orang tua baru kamu. Ibu udah gak punya hak apa-apa lagi sama kamu. Sekarang orang tua kamu adalah Bu Irma sama Pak Setno..." ucapnya.

Aku mengeratkan kembali pelukanku, "Gak mau, pokoknya aku gak mau pergi sama mereka!" teriakku, aku benar-benar gak mau pisah dengan Bu Vera dan juga adik-adik ku.

Kulihat lelaki dewasa bernama Agra itu melihatku dengan tatapan tajam, entah apa yang membuatnya terlihat sangat membenciku. Aku tahu yang ia inginkan adalah aku tak masuk ke kehidupan keluarganya, dan sekarang aku sedang berusaha untuk tidak masuk dalam keluarga sultan itu, tapi sepertinya pilihanku salah, karena Agra terlihat sangat tak suka saat aku mengatakan tidak ingin pergi bersama mereka.

Bu Vera menghapus air mata yang keluar dari kedua pelupuk mataku, "Nak, sudah saatnya kamu lepas dari panti asuhan ini. Sudah saatnya kamu tahu apa yang namanya dunia luar. Meski begitu, ibu gak akan ngelarang kamu buat jenguk adik-adik kamu, kamu bebas datang kesini...".

Bukannya mereda, tangisanku semakin menjadi-jadi. Aku gak tahu apa yang harus ku katakan, rasanya aku merasa sangat sedih dan tertekan diwaktu yang sama.

"Diam kau bocah! Jangan buat telingaku sakit gara-gara tangisan mu itu!" Bentak Agra padaku.

Dengan segera aku menyusut ingusku dan melepaskan pelukanku pada pada Bu Vera. Entah mengapa aku sangat takut saat berhadapan dengan lelaki dewasa bernamakan Agrata itu, apalagi dengan bentakan seperti tadi.

Sekuat tenaga aku menahan tangisanku, aku mengerti kalau dia tidak suka padaku atau bahkan benci, tapi apa hak nya untuk membentakku didepan para orang tua ini?

"Pergilah nak bersama mereka, ibu yakin mereka bakal merawatmu sepenuh hati, dan jangan sampai kamu lupa dengan panti ini..." Ucap Bu Vera sambil menggiringku untuk masuk kedalam mobil sedan silver itu.

Sebelum aku memasuki pintu mobil itu aku mengeratkan genggamanku pada Bu Vera, "Bu Lily pergi dulu, tolong jaga adik-adik Lily dengan baik. Lily janji kalau Lily udah gede nanti Lily bakalan buat panti besar buat Ibu sama Adik-adik Lily juga, nanti kita hidup bersama lagi." ucapku yakin.

Bu Vera membenarkan posisi hijab ku yang tadinya miring, "Iya, ibu bakalan jaga adik-adik kamu. Kamu jaga diri baik-baik, kalo ada apa-apa jangan lupa kasih tahu ibu ya...".

Aku mengangguk singkat, lalu menyalami tangan Bu Vera, "Assalamu'alaikum bu..." pamitku.

--TBC--

See You Next Chap...

Pantengin terus ya novel baru ku, buat kalia yang suka dengan genre romantis silahkan baca saja hehe...

avataravatar