webnovel

CODE: Nightmare

Heaven. Setelah Perang Dunia ke-3 berakhir dan meninggalkan banyak luka dan derita pada seluruh makhluk hidup di bumi, pulau yang dibangun oleh dua negara adidaya ini menjadi daratan utopia yang didambakan oleh setiap orang. Terlebih, setelah ditemukannya suatu keberadaan astral yang disebut "sihir", umat manusia mulai merangkak naik dari jurang keputusasaan untuk meraih kembali kejayaannya. Dengan tujuan menciptakan dunia yang lebih baik dan membantu umat manusia untuk kembali bangkit, Heaven menjadi pusat pendidikan terbaik di seluruh dunia. Namun, suasana damai itu tidak berlangsung lama. Sejumlah pihak asing yang merasa tidak puas akan sesuatu mulai bergerak dan berniat untuk membawa dunia ke dalam jurang peperangan sekali lagi. Ini adalah kisah tentang Theo, seorang remaja asal London yang memiliki banyak rahasia, dan juga .... Tanggung jawab.

Fu_Yuki · Fantasy
Not enough ratings
5 Chs

CODE-04: An Annoying Student

Berkat teriakan seorang siswa, hampir semua murid yang berada di kafetaria menoleh, memusatkan pandangan mereka ke meja yang ditempati Theo, Carla, dan Lyra.

"Nathan Arsenia! Apa posisiku sebagai ketua AOS serendah itu di matamu sampai-sampai kau tidak menjaga ucapanmu?"

Lelaki yang dipanggil Nathan Arsenia oleh Lyra itu seketika menoleh.

"Ah, Nona Lyra rupanya. Maafkan ketidaksopananku. Tapi, nona, bukankah tidak pantas bagimu untuk duduk bersama sampah dengan peringkat terendah ini?" ucap Nathan mendadak sopan.

"Dengan siapa Kak Lyra duduk, itu bukan urusanmu." Carla angkat bicara.

"Oh, ternyata ada Nona Eternova juga rupanya. Maafkan ketidaksopananku."

Sama saat ia melihat sosok Lyra, Nathan seketika merendah dan langsung membungkuk hormat kepada Carla.

"Jangan minta maaf kepadaku. Minta maaflah kepada kakak!" tegas Carla sambil mendengus kesal.

Alis Nathan terangkat sebelah. Matanya menyipit dan menatap Theodore yang tampak tidak peduli dengan kehadirannya.

"Nona Eternova bercanda. Si Sampah peringkat 100 ini adalah kakak kandung nona?" Nathan menyeringai tipis.

"Itu benar. Memangnya kenapa?"

"Ah, maafkan aku. Tapi kurasa, nona tidak pantas untuk menjadi adiknya. Dengan kekuatan nona, anda bahkan dapat—"

"Tutup mulutmu!" bentak Carla. "Tidak pantas" katamu? Sepertinya kau memiliki keberanian yang besar, ya?" Carla bangkit dari kursinya.

Tiba-tiba, kabut tipis muncul dan menyelimuti seisi ruangan, bersamaan dengan hawa dingin yang menusuk tulang. Membuat sebagian murid merasa kedinginan dan mulai membeku. Nathan yang berada di dekat Carla merasa tersiksa. Ia cukup yakin bahwa ia akan sekarat dalam beberapa saat sebelum akhirnya mati kedinginan.

"Carla, cukup."

Dengan satu perintah yang diucapkan Theo dengan tatapan datar, Carla menonaktifkan sihirnya. Berkat itu, atmosfer di kafetaria perlahan kembali normal. Para murid yang tadi menderita karena kedinginan menghela napas lega. Sementara Nathan yang masih mengingat sensasi dingin yang ekstrem itu jatuh ke lantai. Tubuhnya gemetaran. Kulitnya pucat. Bibirnya bergetar karena hawa dingin yang masih terasa. Ia hanya bisa terdiam sekarang.

"Mengerikan. Si Nathan yang sombong itu pantas mendapatkannya karena memprovokasi gadis itu."

"Sungguh pantas menduduki peringkat pertama di kelas A tahun pertama."

"Sihir macam apa itu? Dia bahkan tidak menggunakan VLA untuk mengaktifkan sihirnya."

"Sesuai dengan julukannya, "Frost Queen"."

Sambil mengingat kejadian yang menimpa mereka beberapa saat yang lalu, para murid di kafetaria berbisik-bisik mengagumi kekuatan sihir es milik Carla dan mengutuk tindakan bodoh Nathan.

"Frost Queen", ya? Tidak buruk." Theo menoleh pada Carla sambil tersenyum kecil.

"Terima kasih, kak. Tapi, kurasa kau jauh lebih baik dariku." balas Carla sambil cengengesan.

"Begitukah?" Theo menatap ke arah sekitar. "Kudengar salah satu murid mengucapkan VLA. Apa alat itu masih dipakai di akademi?"

"Ya, tapi aku tidak terlalu sering menggunakannya." balas Carla.

"Oh, kau tahu tentang VLA?" Lyra tampak sedikit tertarik.

Theo mengangguk. "Tentu saja."

VLA, atau Visual Lead Activator. Adalah sebuah alat yang diciptakan untuk mengatur aliran energi sihir seseorang dan membantunya dalam mengaktifkan sebuah sihir. Dalam ilmu sihir, jika energi yang diberikan berlebihan, maka aktivasi sihir yang dilakukan akan gagal dan bahkan membahayakan keselamatan orang tersebut. Sebaliknya, jika energi yang diberikan kurang, maka visualisasi sihir tidak akan terjadi. Dengan kata lain, energi yang diberikan tidaklah cukup untuk mengaktifkan sihir tersebut.

Teknik merapal mantra melalui susunan data atau rangkaian aktivasi sihir disebut "Cast". Umumnya, rangkaian aktivasi ini akan keluar melalui VLA saat seorang penyihir telah menguasai sebuah sihir. Data-data tersebut akan keluar dalam bentuk rangkaian angka dan huruf yang bercahaya, yang terbentuk dari energi sihir pengguna. Susunan atau rangkaian aktivasi yang merupakan bentuk visual dari mantra sihir tersebut tidak akan keluar dengan sendirinya, tanpa kehendak dan aliran energi sihir yang stabil dari penggunanya.

Di seluruh dunia, penyihir yang mampu mengaktifkan sihir miliknya tanpa bantuan VLA dan rapalan mantra sangatlah langka. Mereka akan diperlakukan secara spesial dan diawasi langsung oleh negara, serta dianggap sebagai aset paling berharga dari para penyihir lainnya.

"Hah! Si Sampah ini tahu tentang VLA? Jangan membuatku tertawa!" Nathan yang sudah merasa baikan segera bangkit dan langsung menggebrak meja tepat di depan mata Theo.

Lelaki berambut pirang itu mulai merasa terganggu dengan tindakannya dan menatap Nathan tajam. Nathan yang merasa tidak suka langsung mencengkeram kerah seragam Theo dan menatapnya dengan penuh kekesalan.

"Apa-apaan dengan tatapanmu itu, bajingan?!"

Theo menghela napas. Nathan adalah sosok lelaki berwajah tampan dengan rambut hitam yang menawan. Aura kebanggaan yang berlebihan terpancar dari dirinya. Seorang bocah arogan yang tidak tahu betapa tingginya langit. Dan Theo menganggap dia sebagai salah satu orang yang merepotkan.

"Lepaskan tanganmu." tegas Theo dengan tatapan dingin.

"Ha! Lucu sekali, bung! Kau pikir peringkat 100 sepertimu mampu melawan peringkat 80 sepertiku?!"

Theo membuang napas. "Bagaimana kalau kita bertanding?"

"Apa?!" Nathan terbelalak.

"Berani sekali! Siapa dia?"

"Hanya peringkat 100 berani menantang peringkat 80."

"Kudengar Nathan memiliki esensi sihir api yang kuat."

"Ia terlalu ceroboh."

Theo menyadari bahwa tindakannya sedikit gegabah. Menunjukkan kekuatannya mungkin akan sedikit menarik perhatian musuh yang mungkin sedang menyelinap di akademi. Tidak menutup kemungkinan bahwa kewaspadaan mereka akan bertambah. Meski begitu, ia tidak peduli. Demi kesuksesan misinya, menunjukkan sedikit kekuatan akan memperkuat eksistensinya di akademi.

'Carla mungkin bisa saja terluka jika aku terus bergerak dalam diam. Lagipula, memancing beberapa keroco dan memusnahkannya akan mempermudah pergerakanku di waktu yang akan datang.'

"Kau ... menantangku?"

"Ya, apa kau takut?"

"Hahahahaha!!!"

Nathan tertawa kencang, membuat seisi kafetaria memperhatikannya.

"Baiklah! Akan kuterima tantanganmu! Pastikan kau memiliki nyawa lebih, ok?" Nathan menyeringai lebar dan menatap Theodore seolah ingin menghabisinya.

"Kalau begitu, tunggu apa lagi?"

...***...

Empat Akademi di Heaven memiliki wilayah yang sangat luas. Terlebih untuk area di sekitar Area Pelatihan. Karena dibangun untuk melatih para calon peserta Festival Virgo, bangunan-bangunan tersebut dirancang semirip mungkin dengan arena perlombaan.

Untuk mengatur sistem peringkat yang ada, Empat Akademi memiliki sebuah peraturan. Dimana para murid dapat menyelesaikan konflik diantara mereka dengan bertanding satu sama lain. Namun, siapapun yang kalah, peringkatnya akan ditukar dengan yang menang. Dengan kata lain, murid-murid yang memiliki peringkat rendah dapat naik ke peringkat yang lebih tinggi. Pertandingan ini disebut "Ranker Stealer". Siapapun yang sudah menyerah atau tidak sadarkan diri saat bertarung akan dinyatakan kalah.

Dengan kesepakatan diantara kedua petarung, guru yang berperan sebagai wasit memiliki wewenang untuk menayangkan duel secara live melalui layar televisi yang terpasang di beberapa titik pusat keramaian seperti kafetaria dan aula. Dan dalam sekejap, kedua area tersebut sudah dikerumuni oleh banyak murid. Duel Ranker Stealer antara Theo dan Nathan rupanya menarik perhatian banyak orang. Beberapa murid First Order pun tampak hadir untuk menyaksikan.

"Duel sebentar lagi akan dimulai. Hei, bocah sampah. Akan kuberi kau tiga kesempatan untuk menyerangku. Kalau aku kalah, aku akan menjadi pelayanmu selama setahun." tantang Nathan sombong.

"Dan kalau kau yang kalah?"

"Kau yang harus patuhi perkataanku!" Nathan tertawa terbahak-bahak.

"Baik, sepakat. Wasit, apakah taruhan ini disetujui?" Theo menoleh pada guru yang menyaksikan mereka di luar arena.

"Ya, dan aku akan menjadi saksinya."

Theo menyeringai. "Kalau begitu, ayo kita mulai."

...***...