Di malam tahun baru yang biasa, Kurnia tidak pernah bangun di pertengahan malam pergantian tahun. Apatis, ia hanya akan tidur dan melewatkan momen pergeseran jarum detik yang bagi orang-orang lain sangat krusial.
Tapi pergantian tahun kali ini, ponselnya diteror pesan beruntun sampai ia tidak bisa tidur.
[31 Desember 2016]
Aristo Cakra: Kur
Aristo Cakra: Kurniaa
Aristo Cakra: Jangan tidur plis
Aristo Cakra: Panggilan Batal 20.55
Aristo Cakra: Sumpah jangan tidur woyy
Aristo Cakra: Bocah sialan diread doang
Aristo Cakra: Ayo jalan bareng gue ke balai kota
Aristo Cakra: Heiii
Kurnia: Berisik
Kurnia: Gila lu apa ke balai kota
Kurnia: Macet parah anjing
Aristo Cakra: Naik motor ini
Kurnia: Sama aja
Aristo Cakra: Gue udah nunggu depan rumah lo sih
Aristo Cakra: Pakai baju yang tebel ya?
.
"Arghh."
Kurnia misuh-misuh. Terguling jatuh dari kasur. Entah kenapa, pada akhirnya, ia tidak bisa menolak permintaan pemuda itu.
Maka Kurnia keluar dari rumah menggunakan setelan baju tidur yang dilapis sweatshirt. Penampilannya kelihatan tidak niat sama sekali. Aristo sampai mendengus.
"Ngantuk banget lu ya?" katanya seraya membereskan rambut Kurnia yang mencuat ke mana-mana. Anak itu persis bocah SD yang dipaksa berangkat pagi-pagi dan tidak sempat mandi.
"Lo mau ngapain sih ... ke balai kota?" Kepala Kurnia agak terhuyung. Sejujurnya anak itu mengantuk karena lelah sehabis futsalan tadi sore. Badannya juga pegal.
"Liat kembang api lah." Aristo berusaha menegakkan kepala Kurnia. Menarik-narik pipinya. "Sadar wey."
Kurnia mendecak. Matanya mengerjap-ngerjap. "Buat apa coba. Kayak lu nggak pernah liat kembang api aj—"
Kepalanya keburu disumpal dengan helm. "—woy!"
"Ayo naik cepetan."
Kurnia ogah-ogahan naik ke motor.