25 CWS 25 (Harap bijak memilih bacaan)

Di perjalanan menuju restoran, Gerry memberikan sebuah paper bag. Paper bag itu bertuliskan Toko perhiasan dengan brand yang sama yang tadi siang Clara dan Gerry datangi.

Clara mengambil paper bag itu dan benar saja di dalamnya terdapat kotak perhiasan berwarna merah bludru. Clara membuka kotak itu.

"Apa ini?" tanya Clara terkejut saat melihat kalung yang dia coba tadi siang.

"Hadiah kecil. Pakai, ya," ucap Gerry tersenyum.

"Tapi untuk apa? Aku tak ulang tahun," ucap Clara.

"Apa memberikan hadiah harus selalu ada alasan? Itu untukmu, aku memberikannya karena aku pikir kamu menyukainya," ucap Gerry.

Clara tersenyum, dia tak meminta kalung itu tetapi Gerry berinisiatif memberikannya. Benar-benar jauh berbeda dengan Bram. Clara pun memakai kalung itu, beruntungnya malam itu dia tak memakai kalung. Sehingga kalung itu melengkapi penampilannya.

***

Clara dan Gerry sampai di sebuah restoran. Clara sedikit tegang saat akan masuk ke dalam restoran. Tak ada hubungan apapun antara dirinya dan Gerry, melainkan tak lebih hanya sebatas teman. Namun, Clara merasa gugup. Entah karena apa, perasaannya benar-benar merasa tak nyaman.

"Clar!"

"Ya?" Clara melihat Gerry yang menyodorkan tangannya. Clara mengerti dan langsung meletakan tangannya di atas telapak tangan Gerry. Mereka masuk sambil bergandengan.

"Mam!"

Gerry memanggil sang Mami yang sudah duduk di restoran. Clara dapat melihat Maminya Gerry terlihat seperti ibu-ibu sosialita. Gaya rambut, perhiasan, dan semua yang di pakainnya Clara tahu barang branded semua. Ya, tentu saja. Gerry saja seorang pengusaha dan terlahir dari keluarga kaya raya.

"Siapa dia?" tanya sang mami saat melihat Clara.

Clara tersenyum dan menyodorkan tangannya.

"Saya Clara, Tante. Temannya Gerry," ucap Clara tersenyum sopan.

Mami Gerry menyambut tangan Clara. Dia melihat dengan seksama wajah Clara. Kenapa mirip sekali dengan seseorang yang sepertinya terlihat familiar? Mami Gerry merasa wajah Clara tak asing dimatanya.

"Tunggu! Apa kamu seorang fashion designer itu? Rasanya Saya pernah melihatmu di salah satu fashion show di Jakarta. Tapi kapan itu? Entahlah Saya lupa," ucap mami Gerry.

Clara tersenyum.

"Iya, Saya Clara Wibisono, Tante," ucap Clara.

Clara tak menyadari ada mami Gerry yang juga entah saat fashion show diwaktu kapan? Karena banyaknya acara fashion show yang sudah dia ikuti, dan tak semua tamu undangan yang hadir dia perhatikan.

"Wah, kapan-kapan buatkan Tante gaun, ya," ucap mami Gerry antusias. Gerry dan Clara terkekeh.

"Sini, duduk dekat Tante. Terimakasih sudah menyempatkan untuk datang," ucap mami Gerry menarik Clara ke dekatnya. Clara duduk di samping mami Gerry.

"Saya yang berterima kasih pada Gerry. Karena mau mengundang Saya ke acara ulang tahun Tante," ucap Clara.

"Saya yang tak menyangka. Ternyata kamu adalah kekasih Gerry," ucap mami Gerry tersenyum.

Lagi-lagi Clara dan Gerry saling tatap. Gerry pun tersenyum tipis.

"Teman, Mi. Bukan kekasih," ucap Gerry.

"Biasanya, dari teman menjadi kekasih," ucap mami Gerry.

Terlihat mami Gerry menyukai Clara. Dia menyambut Clara dengan hangat. Semua itu membuat rasa gugup Clara sedikit berkurang.

Gerry memberikan paper bag yang berisikan kado perhiasan untuk sang mami.

"Dilihat, Mi. Itu pilihan Clara," ucap Gerry.

Sang mami membuka kotak itu, dia tersenyum melihat Clara.

"Bagus, Mami suka. Terima kasih, ya. Dan lagi, kamu tepat mengajak Clara untuk memilihkan perhiasan ini. Dia tahu seni, namanya juga designer, dia pasti mengerti tentang keindahan design," ucap mami Gerry.

"Syukurlah jika Tante suka. Tapi maaf Saya tak membawa kado apapun," ucap Clara.

"Tak apa, santai saja," ucap mami Gerry.

Clara tersenyum. Mereka memulai acara makan malam.

****

Selesai acara makan malam, Gerry mengantar Clara pulang menuju apartemen. Sedangkan mami Gerry pulang dengan supir.

Saat akan keluar dari mobil, Gerry menahan tangan Clara. Gerry menatap Clara dengan seksama.

Cup ...

Clara terkejut saat Gerry mendaratkan ciuman di pipinya. Pipi Clara memanas mendapat ciuman itu.

"Terimakasih untuk malam ini. Aku bahagia, selamat istirahat," ucap Gerry tersenyum.

Clara mengangguk di tengah keterkejutannya. Dia turun dari mobil dan mobil Gerry pun pergi meninggalkan apartemen.

Clara pergi menuju unit apartemennya. Lampu apartemen tampak redup.

'Di mana Bram?' batin Clara.

Sore tadi, Bram dan Clara bertemu di lift. Ya, orang yang Clara lihat adalah Bram saat sore tadi di mana dia akan masuk ke lift bersama Gerry. Clara hanya berharap, Bram tak memarahinya karena melihatnya bersama Gerry. Namun, sebelumnya apartemen itu tampak redup, mungkinkah Bram tak ada di apartemen? Pikir Clara.

Clara menyalakan lampu. Lampu itu tersambung menuju semua sudut ruangan. Hanya satu klik, maka penerangan di apartemen itu menyala. Clara akan melangkah menuju dapur, tetapi dia melihat seseorang tengah duduk di mini bar.

Clara melihat Bram duduk di sana. Di sana juga ada sebotol minuman yang menemani Bram beserta satu gelas wsihkey yang terdapat di atas meja.

"Bram!"

Clara mendekati Bram.

Bram masih tampak diam, membuat perasaan Clara semakin tak karuan. Clara mengambil segelas air minum dan duduk bersama Bram.

"Apa dia kekasihmu?" tanya Bram.

"Bukan! Dia temanku," ucap Clara cepat. Berharap Bram tak salah paham.

"Benarkah?" ucap Bram.

"Ya, Gerry hanya mengundangku ke acara makan malam di ulang tahun maminya. Aku hanya menghargai undangannya," ucap Clara menjelaskan.

Bramn menyeringai seram. Membuat Clara merasa semakin gelisah.

"Aku akan membersihkan tubuhku dulu!" ucap Clara dan beranjak dari duduknya.

Prank!

Clara membulatkan matanya, dia menghentikan langkahnya ketika tiba-tiba saja Bram melemparkan gelas yang ada ditangannya. Gelas itu hancur berkeping-keping di atas lantai. Bram bangun dari duduknya, menatap Clara dengan tatapan merah padam.

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi Clara, membuat tubuh Clara terhuyung dan kepala Clara sampai terbentur ke atas meja bar.

Clara memegang pipinya dan menatap Bram takut.

"Ah ... Bram. Lepaskan aku!" Clara memekik ketika Bram menarik rambutnya dengan kuat, mengakibatkan kepala Clara terdongak ke atas.

Bram mencengkram kuat pipi Clara, membuat rasa sakit akibat tamparan tadi semakin terasa.

"Wanita murahan! Sudah berapa kali aku katakan, jangan dekat dengan pria manapun! Apa kamu tak mengerti? Harus dengan cara apa aku mengingatkanmu, ha? Kamu benar-benar tak mau mendengarkanku!" geram Bram.

Bram mendorong kuat tubuh Clara hingga tersungkur ke lantai. Bram benar-benar bagai singa yang anaknya diganggu kawanan serigala, sehingga dia tak terima diusik maka dan langsung menerkam mangsanya. Clara sudah membuatnya marah besar dan dia tak dapat lagi mengendalikan amarahnya.

Bram berlutut mendekati Clara.

Plak!

Satu tamparan mendarat kembali di pipi yang sebelumnya terkena tamparan. Bram kembali mencengkram kuat pipi Clara dan menatap Clara dengan tajam. Clara meringis kesakitan.

"Dengarkan ini, Clara! Sekali lagi aku melihatmu dengan pria itu, atau bahkan dengan pria manapun, maka tak hanya yang terjadi saat ini padamu. Tapi, aku juga akan membunuh orangtuamu dan seluruh keluargamu! Jangan anggap remeh kata-kataku! Karena sekali lagi kamu membuat masalah denganku, maka kamu akan kehilangan segalanya!" tegas Bram.

Bram menghempaskan wajah Clara, membuat kepala Clara kali ini membentur lantai.

Bram pergi begitu saja meninggalkan Clara yang mendapatkan luka memar di dahinya, dan luka robek di sudut bibirnya. Bibirnya bahkan sampai mengeluarkan darah.

avataravatar
Next chapter