webnovel

IV-272. Seni Tertinggi Perang

"aku mau kita bicara setelah sarapan," Wiryo belum melepas tatapannya dari sosok bocah kecil yang sekarang telah tumbuh menjadi tulang punggung keluarga Djoyodiningrat. 

.

.

"kakek ingin bicara apa?" teras sisi kanan rumah rumah induk tertangkap dua generasi berbeda duduk bersama. 

tempat ini ialah pilihan tetua Wiryo, jujur mahendra sempat terkejut. bagaimana tidak, pria tua yang monoton ini biasanya meminta dirinya datang ke ruang kerja alih-alih teras yang menyajikan ruang terbuka.

"aku tidak suka dengan caramu," ketika lelaki tua itu mulai bicara entah bagaimana hujan turun seperti serabut tipis yang di sebar ke bumi. 

"kapan anda pernah suka dengan cara saya?" pertanyaan yang bernada sindiran. 

"Pernah kamu mendengar tentang kemenangan abadi?" pertanyaan hendra tidak di jawab wiryo. lelaki di atas kursi roda tersebut malah menyajikan pertanyaan. 

seperti Wiryo, hendra pun tidak menjawab, dia hanya melirik kakeknya.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com

Next chapter