webnovel

Pemain Cinta

Ryan Fernandez langsung mengalihkan pandangannya pada sosok pria yang berdiri di samping Angel. Sebuah seringai terlihat cukup jelas saat menatap pria yang begitu terkejut dengan kedatangannya itu.

"Mr. Wilson! Anda berada di sini juga?" Ryan terlihat memandang sebelah mata rekan bisnisnya itu.

"Saya tak menyangka akan berjumpa dengan Anda di sini, Mr. Ryan." Wilson terlihat cukup senang bisa melihat sosok pria yang cukup terkenal dalam dunia bisnis. Baginya, Ryan Fernandez adalah seorang pengusaha sukses yang diidolakannya. Bahkan beberapa kali perusahaannya telah mengajukan permohonan kerjasama. Namun hanya ada beberapa yang mendapatkan kontrak dari perusahaan yang dipegang oleh Ryan.

Ryan mendekati Wilson dan mengulas senyuman pada rekan bisnisnya. "Bolehkah saya berbicara dengan Angel sebentar?" tanyanya penuh harap.

"Tentu saja." Wilson langsung menjawabnya dengan jelas dan sangat ramah. Pria itu pun sedikit menjauh dari mereka berdua, memberikan ruang dan waktu untuk Angel dan juga Ryan mengobrol sebentar.

Angel terlihat bingung ketika sosok pria yang pernah dijumpainya tiba-tiba ingin berbicara dengannya. Setahunya, dia tak memiliki ikatan kontrak apapun, apalagi sampai mengenalnya.

"Ada yang bisa saya bantu, Sir?" Wanita itu sengaja menekankan kata terakhir dalam ucapannya.

"Aku tak menyangka jika kamu mengabaikan tawaranku semalam hanya demi pengusaha rendah seperti Wilson," cibir Ryan pada wanita cantik dan juga sangat sexy yang masih bisa mengulas senyuman di wajahnya.

"Sepertinya Anda sudah salah paham terhadap saya." Angel kembali melebarkan senyuman di wajah cantiknya. Ia terlihat cukup tenang dan sama sekali tak terprovokasi dengan ucapan lelaki di hadapannya.

"Saya bukan sengaja untuk menolak Anda, kebetulan sebulan ini saya full booking. Anda bisa menghubungi manager saya yang sedang duduk tak jauh dari Mr. Wilson." Perempuan itu menatap sosok lelaki tinggi, besar dan cukup tampan yang sedang duduk sambil memperhatikan mereka berdua. "Saya permisi untuk kembali menemani Mr. Wilson." Angel langsung meninggalkan Ryan yang masih terpaku dengan perkataan Angel kepadanya. Ia pun merasa tak enak hati pada klien yang sudah membayarnya itu.

"Mohon maaf, Mr. Wilson. Tak seharusnya saya meninggalkan Anda untuk mengobrol dengan pria lain," sesal Angel pada sosok pria yang sudah biasa memakai jasanya.

"Tak masalah, Angel. Aku sangat mengenal Mr. Ryan, apakah beliau juga salah satu klienmu?" tanya Wilson sangat penasaran.

Angel memicingkan matanya, ia tak menyangka jika kliennya itu terlihat sangat menghormati sosok pria yang terus saja meremehkan dirinya.

"Aku bahkan baru dua kali ini berjumpa dengannya, itupun hanya sekilas saja. Sebenarnya siapa pria yang Anda panggil 'Mr. Ryan' itu?" tanyanya sangat penasaran.

Wilson justru terkekeh geli mendengar pertanyaan Angel. Pria itu tak menyangka jika wanita yang beberapa kali disewanya itu sama sekali tak mengenal sosok pengusaha kaya raya yang cukup terkenal suka mempermainkan banyak wanita.

"Apa kamu beneran tak mengenalnya?" Wilson mencoba menyakinkan Angel tentang sosok pria itu. Namun wanita itu tak memberikan jawaban apapun, ia hanya menggelengkan kepalanya sambil menunggu jawaban yang akan diberikan oleh Wilson.

"Pria itu Ryan Fernandez, pemilik Fernandez Holding Company. Asal kamu tahu, keluarga Fernandez sangat kaya raya. Sepertinya kamu akan menjadi wanita yang sangat beruntung jika berhasil mencuri perhatian Mr. Ryan. Bahkan aset yang ku miliki tak ada nilainya sama sekali bagi mereka," jelas Wilson dengan wajah serius dan begitu menyakinkan.

Angel langsung membulatkan matanya begitu mendengar penuturan Wilson kepadanya. Ia tak menyangka jika pria yang beberapa kali mengusik dirinya adalah seorang pengusaha yang cukup disegani.

"Aku tak percaya dengan yang baru saja Anda jelaskan. Bahkan baru semalam aku menolaknya secara terang-terangan," sahut Angel dengan wajah yang terlihat sedikit gelisah.

"Jika kamu berhubungan dengannya, kamu harus sangat berhati-hati. Mr. Ryan cukup terkenal sebagai sosok pria yang mempermainkan banyak wanita." Wilson mencoba memberikan sebuah saran agar Angel tidak terjebak pada pengusaha kaya raya itu.

"Terima kasih, Wilson. Kamu benar-benar klien terbaikku." Sebuah senyuman yang begitu lembut terukir dengan sangat indah di bibir wanita yang bergelut dalam gemerlapnya dunia malam. Angel benar-benar tulus mengungkapkan rasa terima kasihnya pada Wilson.

Di sisi yang lain, Ryan kembali duduk di meja yang sama dengan sepupunya, Steve. Lagi-lagi penolakan Angel telah melukai harga dirinya sebagai lelaki sukses.

"Steve! Cepat kamu temui manager Angel. Aku ingin kamu membooking Angel untukku, tak peduli berapa lama aku harus menunggu antrian. Sebisa mungkin, aku ingin secepatnya. Kalau perlu berikan saja mereka uang sebanyak mungkin, aku ingin agar Angel segera menghangatkan ranjangku." Ryan mengucapkan semua itu sambil memandangi Angel yang begitu dekat dan sangat mesra pada Wilson.

"Apa kamu sudah kehabisan stok wanita untuk menghangatkan ranjangmu? Apa yang membuatmu begitu tertarik pada wanita yang sudah dengan terang-terangan menolakmu?" Steve benar-benar tak mengerti dengan pola pikir sepupunya itu. Ia berpikir jika Ryan bisa mendapatkan ribuan wanita seperti Angel. Bahkan jika diperhatikan, Angel sama sekali tak lebih cantik dari wanita-wanita yang biasanya menemani Ryan menghabiskan malam yang menggairahkan.

Ryan kembali menatap Angel yang masih berdiri di samping Wilson. Ada sesuatu yang membuatnya begitu tertarik pada sosok DJ yang merangkap menjadi wanita bayaran itu.

"Ada sesuatu yang menjeratku pada sosok Angel. Aku juga tak mengerti dengan perasaanku sendiri. Tatapan mata Angel telah menghipnotis hingga berada di level yang tak mampu untuk ku atasi sendiri," jelasnya pada sang sepupu yang merangkap menjadi asistennya.

"Okay baiklah. Aku akan menemui manager Angel sekarang juga. Kalau perlu ... aku juga akan memohon untukmu." Steve langsung bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri manager Angel yang duduk seorang diri di sebuah kursi tak jauh dari tempat Angel dan Wilson berdiri. Dua pria itu mengobrol cukup serius tanpa ada ekspresi yang cukup berarti. Hingga beberapa saat kemudian, Steve sudah berdiri di depan pria itu sambil memberikan sebuah kartu nama miliknya.

"Ini kartu namaku. Semoga Anda bisa dengan segera menghubungiku." Ia pun langsung meninggalkan manager Angel untuk kembali pada sepupunya.

Ryan menunggu Steve dengan wajah yang tidak sabar. Ia langsung bangkit dari tempat duduknya, saat sepupunya sudah berada tak jauh dari tempatnya duduk.

"Bagaimana hasilnya?" tanya Ryan dengan wajah gelisah. Ia langsung menarik Steve dan membuat pria itu duduk tepat di sampingnya.

"Angel baru bisa setelah akhir bulan ini. Manager Angel bilang akan secepatnya menghubungiku untuk menandatangani kontrak perjanjian dengannya," jelas Steve sambil menatap tajam wajah sepupunya itu.

"Sepertinya aku harus bersabar menghadapi wanita itu." Ryan langsung memandang ke arah Angel dan Wilson yang mulai meninggalkan hotel. Tiba-tiba saja, Ryan menarik tangan Steve dan mengajaknya keluar dari hotel itu juga. "Kita juga harus keluar dari sini," ajaknya sambil berjalan menuju pintu keluar hotel.

Steve merasa aneh melihat sikap Ryan terhadapnya. "Jangan bilang kamu ingin mengajakku mengikuti mereka!" protes Steve pada sepupunya.

Next chapter