25 Mengejar Calon Istri

Steve tampak sangat canggung berhadapan secara langsung dengan Reine. Rasanya seperti sedang berada di antara hidup dan mati saja. Dadanya terasa sesak, dengan nafasnya yang tiba-tiba memendek saat perempuan itu semakin mendekatinya.

"Tidak ada hal penting! Aku akan menunggu kalian di dalam mobil." Steven bergerak cepat meninggalkan mereka semua. Pria itu tak tahan berada terlalu dekat dengan sepupunya itu.

Bukan karena status mereka sebagai seorang sepupu, perasaannya terhadap Reine yang membuatnya tak berdaya. Melarikan diri adalah cara terbaik untuk menyelamatkan dirinya.

"Apa ada yang salah dengan sepupumu itu, Ryan?" tanya Reine pada kakak laki-lakinya. Dia yakin jika ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh mereka berdua.

"Dia takut kamu merayunya lagi," jawab Ryan asal. Dia sama sekali tak memikirkan ucapan sebelum menjawab.

Sebuah pukulan langsung mendarat di pundaknya, Reine sangat kesal hingga memukuli saudara laki-lakinya itu.

"Dasar kakak kurang ajar! Carilah istri agar otakmu beres!" ledek Reine dengan nada menyindir.

Sudah bertahun-tahun, Ryan tak pernah memiliki kekasih. Pria itu hanya menjalin hubungan singkat dengan beberapa perempuan yang disukainya. Lebih sering menjalani cinta satu malam daripada menjalin sebuah ikatan dengan beberapa teman kencannya.

"Bersabarlah! Aku sedang berusaha untuk mengejar calon kakak iparmu," jawab pria itu sembari melemparkan tatapan ke arah Angel. Hal itu disadari oleh psikiater cantik dan juga sexy yang selama ini dikejar oleh Ryan.

"Siapa perempuan itu? Jangan bilang yang sudah kamu hamili itu!" celetuk Reine tanpa peduli keberadaan Angel di sana. Persahabatan mereka sudah sangat erat, seharusnya tak masalah bagi Angel untuk mendengar pembicaraan kakak beradik itu.

Ekspresi Angel langsung berubah drastis mendengar hal itu. Ada kekecewaan di dalam hatinya yang dia sendiri tak mengerti. Perasaan aneh yang tiba-tiba mengusiknya, memunculkan rasa sakit yang menusuk hati. Apakah Angel sedang cemburu atas hubungan Ryan dan perempuan lain? Tak ada yang tahu soal itu. Angel sendiri juga tak memahami perasaannya pada sosok pria tampan dengan tubuh atletis yang sangat sempurna.

Tak sulit untuk mendeskripsikan sosok Ryan di dalam bayangan Angel. Perempuan itu pernah melihat tubuh dari seorang pria yang sangat menarik bagi kaum hawa, termasuk sangat menarik bagi dirinya sendiri.

"Sepertinya kamu harus membantu aku kali ini, Reine. Perempuan itu sangat sulit ditaklukkan, aku hampir gila karenanya," keluh Ryan terdengar cukup serius.

Ucapannya itu sama sekali tak mengada-ada. Perempuan yang disukainya beberapa waktu lalu, tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Ryan dan Steve harus berusaha keras untuk mencarinya. Namun secara tak terduga, dia justru muncul di hadapan Ryan sebagai seorang psikiater dan juga sahabat dari adiknya.

"Sepertinya aku harus memeriksa beberapa pasien lagi. Sampai bertemu di pertemuan selanjutnya," pamit Angel pada mereka berdua. Dia pun membalikkan badan lalu berjalan ke arah bangunan besar yang tak jauh dari mereka.

"Tunggu, Eve!" teriak Reine untuk menghentikan sahabatnya. Dia merasa jika perempuan itu tampak sangat jauh berbeda. Bersikap tak sehangat biasanya, terlebih saat ada Ryan di sampingnya.

Mendengar panggilan itu, Evelyn Angel langsung menghentikan langkahnya. Dia pun berbalik ke arah dimana Reine sedang berjalan ke arahnya. Ada sesuatu yang sepertinya akan dikatakan oleh sahabatnya itu.

"Ada apa, Reine? Adakah yang bisa aku bantu?" tanya Angel dalam tutur kata yang begitu lembut dan penuh perasaan. Mereka berdua memiliki hubungan yang sangat dekat, mungkin saja melebihi seorang saudara.

"Apa kamu sedang kesal padaku? Apa kamu tak mau membantu Ryan untuk melakukan konseling?" Sebenarnya sangat percuma jika Angel menyembunyikan apapun dari Reine. Perempuan itu selalu saja bisa membaca pikirannya. Bahkan tanpa mengatakan apapun, sahabatnya itu selalu berhasil mengetahui kegelisahannya.

Meskipun tebakan Reine sangat tepat, Angel tak mungkin mengiyakan hal itu. Dia tak ingin mengecewakan sahabat baiknya. Walaupun di dalam hatinya, Angel memiliki kekhawatiran akan sebuah hal. Sebuah rahasia kecil yang tak pernah diceritakan pada sahabatnya, Reine Fernandez.

"Bukan begitu, Reine. Kamu juga tahu jika aku sedikit sibuk. Tak ada niatan untuk menyinggung kamu dan kakakmu," kilah Angel dengan perasaan sangat gelisah. Dia takut jika Reine akan bertanya macam-macam yang tak bisa dijawabnya.

Dua perempuan itu saling memandang penuh arti. Mencoba untuk menyelami perasaan masing-masing. Rasanya terlalu berbeda, seakan ada jarak yang sengaja dibangun oleh Angel.

"Reine! Buruan! Aku harus meeting." Ryan sengaja mendesak adiknya agar segera pergi dari sana. Dia bisa melihat jika Angel merasa tak nyaman saat Reine mencoba untuk mencari tahu tentang dirinya.

Padahal ... tak ada meeting apapun yang akan dilakukan oleh Ryan dan Steve. Pria itu hanya ingin menyelamatkan Angel dari desakan Reine padanya.

"Kalau begitu ... aku harus pergi dulu sebelum pria itu melakukan hal gila." Reine mengulum senyuman lalu berlalu dari sisi sahabatnya.

Angel bisa bernafas lega, dia tahu jika Ryan sengaja menyelamatkan dirinya dari sahabat baiknya itu. Apalagi ... sejak tadi pria itu terus memperhatikan mereka berdua. Dia semakin tak mengerti alasan Ryan yang sebenarnya. Mengapa pria itu terus mengejar Angel, sementara banyak perempuan yang berlomba-lomba untuk mendapatkannya? Tak ada jawaban yang bisa ditemukan oleh seorang psikiater yang beberapa hari lagi akan kembali bertemu.

avataravatar
Next chapter