1 BAB 1. Ditipu Sampai Ludes

Chika satu harian ini tampak kesal dan terus saja memberengut. Wajahnya yang cantik benar – benar tidak sedap dipandang. Semua pekerjaan Chika menumpuk diatas mejanya.

"Udah dech, Cha. Jangan di pikirkan lagi. Laki – laki memang begitu. Banyak laki- laki dimuka bumi ini, tidak hanya Jose seorang. Untuk apa Kamu masih memikirkannya?"

"Aku bukan keberatan dia putuskan tetapi Aku kesal, dia menipuku mentah – mentah."

Sany segera mendekati Chika, dan mencoba menanyakan lebih jelas maksud Chika.

"Menipu bagaimana maksudmu? Apakah dia menipumu dengan cara begituan?"

Sany bertanya sambil menggerakkan dua jari tangan kanannya seperti membuat tanda petik, Chika yang mengerti maksud Sany langsung melemparkan pensilnya kepada Sany.

"Kamu kira saya gadis bodoh? Mau menyerahkan keperawanan saya begitu saja? Sebelum Sah tidak akan aku berikan kepada siapapun."

Sany segera mengangkat jempolnya menyetujui perkataan Chika. Mereka berdua adalah sahabat sejak dari SMA dan patungan membuka usaha desainer dibidang fashion bersama. Sebuah butik dengan memakai brand mereka sendiri. Mereka menamai brand mereka dengan S'HI, gabungan Sany dan Chika. Lebih tepatnya modal terbesar sebenarnya dimiliki oleh Sany, karena Sany adalah seorang putri dari keluarga pengusaha yang kaya raya. Mereka berdua lulusan sekolah mode. Hanya saja Chika dari sekolah mode lokal sementara Sany berasal dari sekolah mode terkenal dari Perancis. Bakat chika dalam mendesain patut diacungi jempol tidak kalah dengan Sany.

"Jadi dia menipumu bagaimana Chika Sayang?" tanya Sany dengan tidak sabaran.

Chika menarik nafasnya.

" Dia tidak mau mengembalikan tabungan bersama kami. Bagi Kamu mungkin ngak seberapa San, tapi bagi aku itu sangat berarti."

"Tabungan bersama bagaimana maksud Kamu? Kamu serahkan seluruh tabunganmu?"

Sany yang kaget langsung menatap Chika, karena dia tahu betapa kerasnya Chika mengumpulkan uang yang didapatnya untuk masa depannya. Chika menganggukkan kepalanya. Chika adalah anak yatim piatu. Dibesarkan oleh neneknya, dan nenek Chika kini sudah meninggal dunia. Chika sudah sebatang kara.

"Tega banget Jose kalau begitu."

Chika telah mengumpulkan uang itu dengan susah payah, Chika berencana keluar dari rumah kontrakannya untuk membeli rumah permanen sederhana. Karena kalau mengontrak harga kontrakan rumah tiap tahun naik terus dan terus mencekik leher penyewa.

Usaha mereka sudah mereka jalankan bersama usianya baru empat bulan, sudah pasti belum menghasilkan uang banyak. Memang pelanggan mereka sudah banyak tetapi, hasil yang mereka dapat mereka dahulukan dulu untuk biaya operasional dan pegawainya. Mereka memiliki empat orang pegawai. Dimana keempat pegawainya dua orang sebagai penjahit dan dua orang lagi sebagai pegawai toko yang meladeni pembeli bertindak sebagai kasir dan juga pembukuan.

"Apa Kamu tidak menyisihkan sedikitpun uang ditabunganmu?"

Sany kini bertanya kepada Chika dengan bingung, Chika memang terlalu polos dia begitu saja mempercayai Jose.

Flashback

Chika tergesa – gesa menemui seorang kliennya di salah satu Kafe yang menyediakan kopi terenak, dia memperhatikan jam yang melingkar di pergelangan tangannya tidak enak rasanya membiarkan kliennya harus menunggu. Chika terlambat datang karena terjadi kecelakaan lalu lintas yang menghadang laju mobilnya, tepatnya dia menaiki mobil aset perusahaan. Chika kemana – mana menaiki motor bebek. Atas saran Sany, Chika diminta untuk belajar naik mobil karena kalau menemui klien sebaiknya naik mobil supaya kelihatan ekslusif.

"Coba tadi saya naik motor, ngak akan terlambat dech," pikir Chika lagi.

Chika masuk kedalam Kafe tersebut sambil mengedarkan pandangannya, orang yang dia tunggu ternyata belum datang.

"Hufff, hampir saja."

Chika lega ternyata dia lebih dulu datang daripada kliennya. Chika memesan segelas kopi dan mulai menyeruputnya dengan nikmat. Setidaknya kopi ini meredakan otaknya yang tegang karena khawatir terlambat.

Setelah 30 menit menunggu Chika mulai resah, karena kliennya sama sekali tidak datang.

"San, Bu Dea ada menelepon Kamu? Membatalkan janjinya? Kok sampai sekarang ngak ada kabar ya San? Aku teleponin juga ngak diangkat soalnya."

Sebelum menelepon Sany, Chika terlebih dahulu menelepon Bu Dea. Chika berinisiatif meninggalkan Kafe itu. Tetapi matanya melihat Jose pacarnya sedang menggandeng seorang wanita. Tangannya melingkar di bahu wanita itu. Chika kembali duduk dan diam memperhatikan mereka. Hatinya yang panas dia tahan semaksimal mungkin. Chika memperhatikan jari – jari tangan mereka saling terpaut, entah apa yang dibisikkan Jose ketelinga wanita itu dengan mesra, membuat jantung Chika berdebar tidak karuan. Tampak wanita itu tersenyum manis kearahnya. Wanita itu merebahkan wajahnya di bahu Jose yang bidang. Jose pun mencium rambut yang berada dibawah dagunya. Sungguh mesra membuat Chika cemburu. Chika melihat Jose mempererat pelukannya. Chika yang tidak tahan melihat adengan dihadapannya segera berjalan menemuinya.

"Jadi selama ini, apa ini yang Kamu lakukan di belakang ku?" tanya Chika menahan amarahnya.

Jose yang terkejut melihat kedatangan Chika segera melepaskan tangannya dari wanita itu. Kini dia menatap chika.

"Chika apa yang kamu lakukan disini?"

"Apa yang aku lakukan bukan urusanmu, sekarang yang menjadi urusanku adalah wanita ini. Siapa dia?" tanya Chika dengan dingin.

"Siapa sich dia, Sayang?" tanya wanita itu sambil menatap Chika dengan sinis.

Chika yang kesal langsung menatap Jose.

"Mengapa tidak bisa kamu jawab pertanyaannya? Sekarang juga kamu jawab pertanyaanku, siapa dia?" balas Chika lagi.

"Kamu yang siapa? Untuk apa kamu bertanya siapa saya. Saya adalah Kekasihnya Jose. Jose kamu harus jelaskan, siapa wanita yang sok kegenitan itu?" balasa wanita itu.

Wanita itu kini menatap Chika dengan pandangan menghina.

"Jawab dia siapa saya bagi kamu?" tanya Chika dengan marah.

"Dia mantan Kekasihku Sayang. Dia bukan siapa – siapa kok." Akhirnya Jose menjawabnya.

Dengan sedih Chika menatap Jose dan tidak mempercayai pendengarannya.

"Mantan Kekasih? Kapan Kami putusnya?" pikir Chika dengan kesal.

Dia mengerti mengapa Jose memilih wanita itu, tampilannya dipenuhi dengan barang – barang dari branded terkenal mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala. Dia dicampakkan Jose karena Jose sudah menemukan wanita yang lebih kaya. Sementara dia tidak mempunyai apa – apa.

"Baiklah kalau Kamu menyebutku Mantan Kekasih, maka kita akan PUTUS!" tegas Chika kembali.

"Tapi kembalikan uangku," desis Chika dengan sedih.

"Uang? Uang yang mana? Enak saja mau dikembalikan."

"Kamu Kamu pura – pura bloon? Uang yang ada ditabungan bersama kita, untuk membeli rumah masa depan kita. Kamu mau kita putus silahkan, saya tidak akan membujuk kamu untuk tidak memutuskan saya. Tetapi kembalikan UANG SAYA!" pekik Chika dengan tegas.

Jose yang tidak tahu malu malah menjawab Chika sesuka hatinya.

"Uang Kamu? Enak saja uang itu sudah habis. Kamu pikir setiap kita keluar hang out seperti makan, nonton bahkan membelikan perhiasan kamu kira itu gratis? Lha kamu dong yang bayar masak saya yang bayar. Untung apa saya pacaran sama kamu? Cantik tidak kaya juga tidak."

Orang yang berada di kafe mulai memperhatikan mereka dan mau berbisik – bisik mendengarkan perkataan Jose. Chika yang malu segera meninggalkan Kafe itu tetapi sebelum itu dia berkata,

"Kalau Kamu tidak mau mengembalikan uang saya, saya ikhlas. Saya anggap saya baru habis dirampok oleh maling."

Setelah itu Chika keluar diiringi jeritan Jose yang tidak tahu malu.

"Apa Kamu sebut Saya maling? Dasar perempuan missskinn!"

avataravatar
Next chapter