webnovel

Honeymoon

"Tentu saja, Dad. Karena sekarang aku memiliki sebuah rencana yang akan membuat Kya begitu takut jauh dariku, bahkan ia tak akan berpikirnya lagi," sahut Gary dengan penuh misterius yang sangat besar. "Lihat saja, Kya. Kamu telah berani berciuman dengan temanku sendiri. Meskipun pernikahan kita tidak bahagia, setidaknya jangan sampai berbuat seperti itu dengan temanku. Aku akan menghukum mu," batinnya.

"Ya sudah jika memang kamu memiliki sebuah rencana tersendiri, ya sudah tidak apa-apa. Tetapi tetap saja Daddy tidak suka jika kamu terlalu banyak membuat dia curiga denganmu. Kalau begitu pergilah." Daddy Gio pun telah setuju.

"Eh tunggu dulu, Kak. Lalu ke mana lagi kalian akan pergi honeymoon? Bagaimana jika sampai Sera tahu?" tanya Larissa yang sampai kecoplosan saat Kya sedang berjalan dengan menarik dua koper sekaligus.

"Ya tenang saja, Larissa." Gary menjawab dengan sekedarnya saja.

Membuat Gary segera pergi lebih dulu, dan Ben Bagas melihatnya ikut terheran.

"Loh, Tuan Muda, mau ke mana? Kok Nona Kya sampai bawa koper segala? Saya juga belum siap-siap."

"Tidak apa, Ben. Saya akan pergi bawa mobil sendiri, jadi kamu tidak perlu pergi kemanapun juga."

Kya yang sempat mendengar kata Sera, tentu saja dirinya semakin yakin bahwa keluarga Gary juga tahu tentang hubungan suaminya itu. Namun, ia masih berusaha untuk tetap berbaik hati dan berpamitan.

"Daddy, Larissa. Aku mau pergi dulu ya bersama Mas Gary."

"Iya, Nak. Kamu hati-hati di jalan, dan saat pulang nanti jangan lupa katakan kepada suamimu untuk bawakan oleh-oleh untukku ya," sahut Ayah mertuanya dengan penuh ramah. Namun tidak dengan Larissa yang hanya diam saja.

"Tentu saja, Dadd."

Berjalan masuk ke dalam mobilnya, dan saat perjalanan Kya tak tahu akan di bawa ke mana. Ia sedikit cemas. Membuatnya melirik kearah Gary yang sedang fokus dengan mengemudi.

"Apa sebaiknya aku tanyakan saja ya dengan masalah Sera? Mungkin Gary akan menjawab jujur denganku karena sekarang kami sedang berdua saja. Aku takut jika sampai kehilangan Gary, bagaimanapun juga aku tidak ingin kehilangannya karena aku tidak memiliki siapapun lagi yang akan bersama denganku," batinnya. Kya pun duduk sedikit lebih dekat.

"Um, Mas. Aku ingin tanyakan sesuatu denganmu, bolehkah?"

"Katakan saja."

"Sebenarnya kamu dengan Sera masih memiliki hubungan kan? Kalian tidak benar-benar berpisah kan, Mas? Apa tebakan aku ini memang benar?"

Mendengar pertanyaan tersebut sontak membuat Gary mengerem mobilnya dengan tiba-tiba hingga membuat Kya tersendat dan ikut terkejut. Untung saja kepalanya tidak terjedot di bagian depan mobil.

"Aku sedang menyetir, kau bisa lihat kan? Bagaimana jika aku hilang kendali dan akan membahayakan kita berdua, Kya? Jangan tanyakan apapun karena pertanyaan kamu ini sangatlah tidak berguna. Lagipula kamu bisa lihat kan aku pergi honeymoon cuma berdua saja denganmu? Jadi, tidak perlu bahas apapun juga, kau mengerti? Jika tidak akan menurunkan kamu di tepi jalan," ketusnya. Gary terlihat begitu marah.

"Ya baiklah, dan maafkan aku." Kya pun pasrah. "Bahkan sampai rencana honeymoon kita kamu masih saja bersikap seperti ini, dan semakin hari kamu semakin bersikap kasar padaku, Gary. Bagaimana jadinya hubungan kita ini? Pernikahan yang sudah terlanjur aku setujui, dan pada akhirnya aku telah salah menilai mu. Tak bisa kamu memberikan sedikit saja cintamu untukku, Gary? Entah apa kurangnya aku padamu, sampai-sampai kamu lebih memilih mencintai Sera daripada istrimu sendiri," batinnya.

Tak ada cara lain selain membuat Kya sibuk tengelam dengan lagu yang sedang ia putarkan melalui hearphone miliknya. Hingga akhirnya mereka berdua pun sampai di sebuah tempat hotel yang lumayan indah.

Berjalan masuk ke dalam hotel tersebut, dan menyewa satu kamar untuk berdua.

"Meskipun niat honeymoon kita ke Jepang dan Jerman telah batal, tapi aku merasa senang meski kamu hanya mengajakku berlibur di sekitar sini saja. Namun, aku tidak mengerti kenapa sampai kamu membatalkan tempat acara yang indah untuk kita honeymoon. Meski aku tidak tahu pasti, tapi yang pasti untuk apa aku harus bersedih? Karena tentu saja aku tahu kamu hanya akan memilih bersenang-senang dengan kekasihmu," batinnya saat mulai menelusuri semua sudut di dalam kamar hotelnya.

Gary pun masuk ke dalam kamar itu dengan menarik satu kopernya.

Saat melihat Kya sedang melihat-lihat kamar mereka berdua, namun membuat Gary kembali mengingat dengan kejadian Kya bersama dengan Lucas berciuman. Masih membuatnya kesal ketika mengingat hal itu, dan tentu saja ia semakin benci karena mengingatnya terus-menerus.

Menaruh koper dengan kasar hingga membuat Kya merasa terkejut. Dengan cepat ia pun mengeluarkan tali yang lumayan panjang, namun Kya merasa heran dengan perbuatannya Gary.

"Mas, untuk apa tali panjang itu? Kita di sini hanya akan berlibur kan?"

"Kau pikir saja sendiri untuk apa tali ini, Kya. Tetapi aku rasa sekarang aku harus membuat mangsa ku menjadi tunduk. Bukankah kamu juga sering melihat adegan dewasa dengan perlakuan yang kasar? Jadi, aku akan membuatmu senang dengan bersikap kasar." Gary menjawab dengan melangkah secara perlahan.

Semakin Gary mendekat, semakin pula Kya merasa heran dengan tindakan suaminya itu. Ia masih tidak mengerti, namun dengan tiba-tiba Gary memegang tangannya dengan kasar, dan mendorong tubuhnya sampai terjatuh ke atas ranjang.

"Mas, jangan katakan kalau kamu ingin mengajakku bermain?"

"Jika ya memangnya kenapa, Kya? Bukankah ini yang kamu inginkan agar bisa membuatmu senang? Atau kamu mau aku membawamu ke tempat yang lebih buruk daripada ini? Tentu saja rumah bordil." Gary terlihat kesal, namun ia semakin benci ketika mengingat hal itu.

"Aku mohon jangan berpikir bodoh, Mas." Kya berusaha menjauh dalam ketakutannya. "Apa mungkin memang benar aku akan di bawa ke rumah bordil? Tapi, kenapa seperti ini? Aku sangat takut. Mas Gary, tolong sadarlah bahwa aku ini istrimu," batinnya.

"Bukankah kau yang lebih bodoh daripada diriku, Kya?! Kau wanita murahan! Kurang ajar! Jadi, terimalah kebodohan mu ini!" bentak Gary dengan tegas sembari ia memaksa Kya untuk mau menuruti permintaannya kini.

Membuat Kya melawan, namun kekuatan Gary bukanlah tandingannya kini. Hingga akhirnya, Kya hanya bisa pasrah menerima semua perlakuan buruk dari suaminya itu. Sampai membuat Kya tak bisa lagi berontak ketika kedua sisi tangannya telah berhasil di ikatkan ke kedua sudut sisi ranjang tidur. Begitupun dengan kakinya yang juga tak Gary biarkan lepas begitu saja.

"Mas! Lepaskan aku! Kenapa kamu harus mengikat kaki dan tanganku seperti ini?"

"Karena aku ingin memberikan kamu pelajaran, Kya. Bukankah kamu senang bermain seperti ini, wanita kurang ajar!"

"Apa salahku padamu, Mas? Tolong, lepaskan."

"Tentu saja aku akan melepaskan pakaianmu, bukan dirimu," sahutnya. Gary tersenyum tipis sembari melepaskan kancing kemejanya dengan perlahan.