1 He's here.

Pagi ini cukup cerah untuk memulai hari. Langit biru, awan mengepul indah, angin bertiup lemah, namun dia berjalan lambat. Menuju tempat dimana dia harus memulai hari barunya. Tak seperti langit, dia tidak biru, dia tidak berwarna. Hitam? Abu-abu? Tidak terlihat jelas, hanya terlihat tidak berwarna.

Kedua matanya hanya fokus pada apa yang ada dihadapannya. Tatapan itu kosong. Hanya menatap tanpa arti. Mungkin tidak ada yang mengerti, tapi dia paham. Ini adalah hari baru, seharusnya semua berwarna-warni. Namun lagi-lagi semuanya tak sesuai rencana. Hitam, abu-abu, kelam, telah memenuhi pandangannya. Semuanya tidak terlihat jelas, dia berjalan dengan hati yang kosong melompong.

Begitulah Naina Pramono menjalani hidupnya. Entah sampai kapan. Mungkin sampai dia tua dan mati? Naina sendiri tidak tahu kapan dia akan berhenti begini. Dia hanya mencoba untuk tetap bernafas meskipun dalam keadaan tercekik. Naina, gadis berusia 18 tahun yang baru saja akan memulai kehidupan kampusnya, tidak bisa merasakan apapun, selain kepedihan. Lantas, apa yang terjadi padanya? Apa yang telah menganggunya?

"Nay!!" Seorang gadis lainnya berlari kecil kearahnya. Ia menoleh dan tersenyum hangat, seolah-olah pandangannya berwarna. Gadis itu merangkulnya, "Buru-buru amat jalannya." Ujarnya.

Naina tersenyum, "buru-buru gimana, sih? Jelas-jelas gue lambat banget nih." katanya.

Mereka tertawa bersama. Gadis yang menemaninya ini bernama Joyce Watt. Yapp, dia adalah seorang gadis keturunan bule yang sudah menjadi teman Naina sejak SMP. Dia yang paling tahu tentang seluk beluk gadis yang bertubuh lebih pendek darinya itu.

"mau makan siang apa, nih?"

Naina tertawa, "yaela, belum lagi tuh kaki nginjek kampus, udah mikirin makan aja deh." Katanya kemudian tertawa.

Mereka melangkah bersama melewati gerbang kampus.

avataravatar