webnovel

Cinta Yang Tersesat

Pernah merasa bagaimana sesaknya menyimpan rasa terpendam? Itulah yang dirasakan Erfian Satria atau biasa dipanggil Satria, anak kelas 2 SMA yang memiliki perasaan terpendam pada ketua OSIS, Arin Siskawati yang merupakan primadona di sekolahnya. Ingin mengungkapkan perasaan secara langsung tapi...tidak berani. Alhasil? Erfian memilih mengirim pesan lewat ponselnya. Sayangnya takdir memang nakal. Pesannya terkirim bukan ke pujaan hatinya! Melainkan ke Risa Ayu Widya, teman sekelasnya yang terkenal tomboi dan pemarah. Berawal dari salah kirim, berujung salah paham. Bagaimana bisa kau mengatakan kebenaran yang menyakitkan kepada orang yang menyukaimu? Apakah Erfian dapat jujur pada Risa dan mungkinkah benih" cinta muncul diantara keduanya?

NightDragonfly · History
Not enough ratings
30 Chs

Permintaan Risa

Berpikir, mencari alasan, mencari rute keluar yang terbaik.

Tapi aku tidak bisa berpikir dengan baik di bawah tekanan dan rasa takut. Pada akhirnya yang terlintas di pikiranku adalah,

'Berapa kali pukulan yang mungkin mengenai wajahku? Apakah tiga? Tidak, aku rasa itu tidak akan cukup untuk meredakan rasa kesalnya. Lalu apakah aku akan mendapatkan pukulan telak di perut? Nah, aku sedikit khawatir jika aku merasa sakit perut sekarang. Haruskah aku mengambil alasan [dorongan alam] dan pergi ke toilet?'

'Memikirkan perut membuatku merasa lapar, aku penasaran, apa lauk untuk makan malam nanti?'

Secara alami aku mengalami pikiran acak yang tidak berguna.

Oh, Otak, kenapa kau tidak bisa diajak bekerja sama dalam situasi aku sangat membutuhkan bantuan darimu?!

"Sa. Tri. A!"

Tolong jangan panggil namaku dengan menyebutkan tiap suku kata yang terdapat di dalamnya! Itu membuatku merasa lebih takut untuk memikirkan masa depan.

"A-ada apa, Risa?"

Aku tergagap karena sedikit gugup dan takut. Ada alasan mengapa aku tidak pernah mengambil inisiatif untuk menyapa Risa, selain aku merasa sedikit takut untuk bergaul dengannya, ada beberapa alasan yang tidak bisa disebutkan.

Maksudku… hei, seberapa berani kau untuk menyapa seorang teman sekelas yang selalu terlihat galak dan sulit didekati. Mendekati orang semacam itu seperti menggali kuburan untuk dirimu sendiri.

Tapi jika kau memikirkan hal ini dari persepsi Risa, mau tidak mau aku akan merasakan sedikit simpati terhadapnya.

Coba pikirkan, jika semua orang menjauhinya seperti yang aku sebutkan sebelumnya, bukankah dia hanya akan berakhir sebagai penyediri?

Menjadi penyediri yang tidak memiliki teman dalam lingkaran masyarakat sosial tidak memberimu banyak manfaat. Aku bahkan hampir tidak menemukan kelebihan dalam hal itu. Pada akhirnya membuat hubungan dengan orang lain terbukti membuat kehidupan terasa lebih indah dan berwarna.

Yah, aku tidak akan mengatakan bahwa semua hubungan itu bagus. Aku juga tidak akan memaksa siapapun untuk membuat banyak teman. Aku sendiri adalah contoh paling menyedihkan untuk mencari teman secara selektif. Tapi terkadang aku memiliki keinginan untuk mengenal Risa lebih baik lagi.

Meskipun kebanyakan orang mengenal Risa sebagai gadis tomboi dan galak, aku sedikit tau sisi baik darinya. Mungkin Risa tidak seburuk yang selama ini orang pikirkan.

"Satria, aku ingin kamu mengantarkan aku pulang"

…?

Aku terdiam sesaat dalam kebingungan. Tidak, tunggu dulu, apa maksudnya itu?

"Hah? Apakah kamu serius?"

Risa menatap tajam dan sedikit tidak senang, "Apakah wajahku terlihat seperti sedang bercanda?"

"T-tidak"

"Lalu apakah kamu ingin menolak?"

Ugh… ini pertanyaan paling sulit yang pernah aku hadapi. Maksudku bukan tentang jawabannya, tapi ketika mencoba mempertimbangkan setiap jawaban dan reaksi Risa untuk jawaban yang mungkin aku pilih.

"Tidak, aku akan menerimanya dengan senang hati"

Untuk beberapa alasan yang tidak diketahui, sekilas aku melihat Risa tersenyum, tapi dia kembali membuat wajah serius setelahnya.

Hmm, mungkin aku hanya salah lihat.

"Aku tidak bermaksud menolakmu, tapi tempat boncengan sepedaku hanya terdiri dari batang besi yang disusun tanpa ada bantalan empuk di atasnya. Itu tidak akan terlalu nyaman untuk kamu gunakan"

"Tidak masalah, aku membawa bantalan untuk diriku sendiri"

Risa mengeluarkan bantal kecil berwarna merah muda yang imut dari tasnya.

Kau tahu, aku tidak bisa menahan rasa penasaran alasan Risa membawa bantal di dalam tasnya. Semoga saja dia tidak menggunakannya untuk tidur di dalam kelas.

Aku mengambil sepeda ontel milikku, Risa duduk di kursi belakang di atas bantalan miliknya dalam posisi menyamping.

"Siap?"

Risa berpegangan erat padaku. Aroma jeruk yang manis dan lembut menggelitik hidungku dalam buaian rasa nyaman.

Risa berkata dengan nada rendah sambil membenamkan wajahnya di balik punggungku, "Um, aku sudah siap. Tolong pelan-pelan"

Dia dengan mudah mengatakan sesuatu yang begitu manis dan bisa menimbulkan salah paham yang luar biasa jika dikatakan dalam kondisi yang berbeda.

Sial! Aku tidak pernah tau bahwa Risa memiliki sisi yang begitu manis ketika dia bersikap lebih feminim.

Aku sangat yakin jika Risa bersikap seperti ini setiap saat, pesona miliknya tidak akan kalah dari Arin yang merupakan primadona di sekolah.

Tenanglah diriku! Kau sudah punya Arin di hatimu! Aku tidak boleh mencintai orang lain lagi. Aku bukan manusia sampah yang mencintai begitu banyak wanita dalam satu waktu.

Sekarang aku memikirkan Ardi, aku tidak tau apakah aku bisa disebut beruntung atau sial karenanya.

Aku mengayuh sepeda sedikit pelan, ini tidak seperti aku memiliki maksud untuk berduaan lebih lama dengan Risa, tapi beban yang harus aku tanggung semakin bertambah. Secara alami beban pada setiap kayuhan pedal sepeda juga semakin meningkat.

Aku tidak akan berani berkata pada Risa bahwa dia cukup berat, aku bisa dengan mudah membayangkan apa yang terjadi setelahnya.

"Um… Risa, apakah kamu yang mengirimkan gulungan surat kertas itu padaku?"

"Hm? Ah, iya, aku adalah orang yang melemparnya padamu. Dan aku sangat marah karena kamu tidak datang ke lapangan olahraga seperti yang aku minta. Jangan harap aku akan memaafkanmu dengan mudah"

"A-ahaha"

Sial! Pertanyaan yang aku berikan justru membuat diriku terjerumus dalam api yang lebih panas.

"Lalu, apa alasanmu untuk memintaku mengantarmu pulang?"

"Yah… kamu tau, aku biasanya diantar jemput oleh ayah atau ibuku. Tapi karena alasan pekerjaan, mereka sibuk hari ini dan tidak bisa menjemputku"

"Jadi kamu memintaku hanya karena kamu tidak memiliki teman?"

"J-ja-jangan katakan itu, bodoh! Apakah kamu minta dipukul?!"

"Ahahaha, maaf. Mulutku tidak bisa menahan diri untuk mengatakannya"

Risa mencubit kecil tubuhku, sangat kecil hingga aku bisa merasakan kukunya yang sedikit panjang menembus baju seragamku dan meninggalkan bekas luka di kulit.

Aw aw, sepertinya dia benar-benar marah kali ini. Tapi itu pilihan yang tepat untuk memilih metode hukuman untukku, jika dia memukulku sekarang dalam keadaan sepeda yang masih melaju, kita berdua mungkin terjatuh bersama.

Aku penasaran dengan pandangan orang lain terhadap kami saat ini. Apakah kami sudah cukup terlihat seperti sepasang kekasih?

Yah, aku sedikit berharap seperti itu.

Untuk seorang 'Single' yang kesepian sepertiku, memiliki seorang gadis cantik yang menemaniku pulang adalah suatu berkah yang sangat berharga.

Kalian merasa iri padaku?

Maka, mari kita nikmati masa menyedihkan ini bersama-sama.

Bersorak untuk masa lajang! Bersorak untuk masa muda yang menyenangkan! Bersorak untuk gadis cantik! Bersorak untuk para jomblo yang menyedihkan yang selalu berdoa meminta hujan setiap malam minggu sambil menangis darah!

Terima kasih untuk sorakan penuh kesedihan itu, sekarang aku merasa jauh lebih buruk dari sebelumnya.