webnovel

Guru Taman Kanak-Kanak

Pagi yang cerah, Jiao saat ini sudah bersiap untuk mengajar. Hari ini adalah hari pertamanya mengajar di sebuah taman kanak-kanak di Shanghai, China. Jiao adalah seorang gadis berusia dua puluh satu tahun. Dia sangat cantik dan ceria, kedua orangtuanya sudah meninggal dunia. Kini dia hidup seorang diri. Meski begitu, sebenarnya Jiao sangat kaya, dia adalah pewaris tunggal dari Abraham company milik ayahnya. Hanya saja saat ini perusahaan itu telah dikuasai oleh anak angkat Tuan Abraham yang bernama Rino Abraham yang saat ini berada di Mesir untuk mengurus bisnisnya yang baru yang didirikan di negara itu.

"Baiklah Jiao, kamu harus semangat. Kamu gadis yang sangat kuat, oke!"

gumam Jiao menyemangati dirinya sendiri. Dia saat ini sudah mengenakan pakaian kerja yang sangat simple tetapi membuatnya terlihat sangat cantik. Celana berbahan katun berwarna hitam dan mengenakan kemeja berwarna biru muda yang membuatnya terlihat sangat cantik karena kulitnya yang sangat putih.

Saat ini Jiao sudah memasuki mobilnya dan segera keluar dari dalam parkiran apartemennya. Dia segera meninggalkan apartemen yang sudah ditinggalinya sejak ibunya masih ada. Kini dia sedang menuju ke sekolah taman kanak-kanak Kuaile yang tidak begitu jauh dari apartemennya.

Saat ini Jiao sudah sampai dan dia segera menemui kepala sekolah, Nyonya Juan. Jiao saat ini sudah berada di depan pintu ruang kepala sekolah.

"Tok … tok … tok …"

"Permisi, bolehkan saya masuk?"

tanya Jiao sebelum memasuki ruangan itu. Beberapa saat menunggu, terdengar suara dari dalam ruangan itu. Suara yang sangat tegas dan sangat menggetarkan hati Jiao.

"Silahkan masuk!"

Ucap orang yang berada di dalam ruangan itu. Jiao perlahan membuka pintu dan memasuki ruangan itu dengan hati berdebar. Hari ini adalah pertama kalinya Jiao mulai bekerja.

"Selamat pagi Nyonya Juan, perkenalkan saya Jiao Mei, saya sangat bahagia bisa bergabung dengan sekolah ini. Saya harap anda berkenan memberikan bimbingan untuk saya."

Ucap Jiao terbata sambil menundukkan kepalanya. Nyonya Juan tertawa kecil sambil mempersilahkan Jiao duduk sambil mendengarkan beberapa peraturan yang harus dia patuhi selama bergabung di sekolah ini.

Lima tahun sebelumnya, di lain tempat ada seorang suami yang merasa sangat sedih karena kehilangan istrinya. Dia sangat terpuruk saat istri yang sangat dia cintai meninggal saat melahirkan buah hatinya. Satu bulan telah berlalu, setelah kematian Kara, Abri merawat sendiri buah hatinya.

Dia juga sudah mengatakan kepada Bella kalau minggu depan dia akan kembali ke China karena saat ini Xinxin juga baru saja melahirkan. Abri sudan memikirkan matang-matang sebelum mengambil keputusan. Dia akan memulai kembali kehidupan barunya bersama dengan Barra, putranya bersama Kara. Dan untuk sementara dia membiarkan Daisy bersama Neneknya terlebih dahulu selama Barra masih membutuhkan banyak perhatian darinya.

"Bella, aku meminta tolong kepadamu untuk yang terakhir kali untuk menyiapkan stok ASI untuk Barra. Selanjutnya, Xinxin sudah bersedia memberikan ASInya untuk Barra dan putrinya."

ucap Abri pada Bella yang langsung menganggukkan kepalanya. Dia memang akan menyiapkan ASI untuk Barra setidaknya untuk dua minggu kedepan.

"Kakak, apakah kamu sudah benar-benar memikirkan kalau akan mengajak Barra? apa tidak sebaiknya Barra tinggal disini saja terlebih dahulu dan Kakak menjemputnya saat dia setidaknya sudah sekolah?"

tanya Bella merasa tidak rela berpisah dari Barra yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri.

"Bella, aku sudah memikirkannya dengan sungguh-sungguh, lagipula disana ada Xinxin yang juga masih memiliki bayi, aku akan meminta bantuannya dan aku bisa setiap saat mengawasinya. Aku juga bisa setiap hari bersama putraku. Ini adalah tanggungjawabku, Bella. Jadi aku tetap akan membawa Barra bersamaku. Kalau aku ada waktu, aku akan mengajaknya datang ke Indonesia untuk mengunjungi makam Mommynya."

ucap Abri mantap, dia harus melanjutkan hidupnya, dia masih muda dan jalannya masih panjang, dia tidak mau terpuruk dengan rasa kehilangan yang berlarut-larut. Dia tidak mau membuat Kara dan Alice merasa sedih di alam sana apabila melihatnya terpuruk dengan kepergian mereka.

Abri juga sudah memutuskan untuk menutup pintu hatinya rapat-rapat, dia tidak akan mebiarkan dia jatuh cinta lagi. Sudah cukup Kara dan Alice memenuhi relung hatinya, dia akan mencintai kedua wanita yang telah lebih dulu meninggalkannya itu dengan sepenuh hati. Untuk itu dia kemudian meminta Axton agar mencarikan asisten sekaligus sekretaris untuk membantunya dengan jenis kelamin laki-laki, dia tidak akan berhubungan dengan wanita manapun lagi mulai saat ini.

"Baik kak kalau itu menjadi keputusanmu. Aku akan melakukan apa yang kamu inginkan."

ucap Bella sambil mengambil Barra dari gendongan Abri karena ini saatnya Barra mandi dan menyusu. Sikembar masih tidur saat ini, jadi saatnya Bella mengurus Barra.

Abri segera meminta anak buahnya untuk mengurus segala keperluan Barra dan juga apa yang dia butuhkan sebelum da kembali ke China. Abri kemudian menemui seluruh keluarganya seperti Zayn dan Arunika, Kaif dan Ashila yang sangat dekat dengannya, juga ke Blitar untuk menemui Alif dan Najma. Abri harus berpamitan kepada mereka semua yang telah banyak membantunya selama ini.

Hari yang dinantipun tiba, kini saatnya Abri kembali ke China, dia menggunakan pesawat pribadi untuknya kembali ke China. Bella dan Fawwaz mengantar Kakaknya sampai mereka berangkat. Anak buah Abri menjemput menggunakan helikopter dan membawanya ke Bandara lalu mereka segera meninggalkan Indonesia. Axton dan Xinxin kemudian menunggu mereka datang dikediaman mereka.

Setelah menunggu beberapa jam, Abri dan Barra yang masih berusia dua bulan sampai di kediaman Axton dan Xinxin. Abri memutuskan segera kembali ke kediamannya bersama Kara dan Alice dulu, dia ingin hidup dalam kenangan bersama kedua istrinya saat mereka masih hidup dulu.

Abri juga akan segera mengambil Daisy, sebagai seorang ayah dia bertanggungjawab penuh kepada kedua buah hatinya itu. Saat ini dia tirun dari pesawat dengan menggendong Barra. Xinxin melihat pemandangan itu menjadi sangat sedih. Dia ingat saat Kara mengetahui kalau dirinya hamil, bahagia sekali Kakak iparnya itu dulu. Xinxin tidak menyangka kalau Kara akan pergi secepat ini, padahal usianya masih sangat muda karena Xinxin dan kara lebih tua Xinxin lima tahun.