38 Lelaki Yang Mengerikan

Mia hanya tersenyum melihat ekspresi kesal teman-temannya. Setelah itu ia segera membawa Tiara keluar dari hotel.

"Ohhh astaga ... Aku lupa jasnya ..." Tiara baru ingat jas Arya yang masih melekat di tubuhnya ketika dia sudah berada di kamarnya.

Tiara melepas jas itu dengan hati-hati karena ia tidak ingin jas itu lecet. Dilihat dari bahan dan model jas itu, Tiara sudah bisa menebak kalau harganya pasti mahal.

Setelah itu, Tiara segera mandi untuk menyegarkan tubuhnya yang lelah dan berkeringat setelah menempuh perjalan yang cukup jauh.

Sesaat kemudian, Mia masuk ke kamar Tiara dan mendapati gadis manis itu sedang duduk di atas ranjangnya sambil menatap ponselnya.

Mia berdiri di depan Tiara sembari menatapnya dengan ekspresi yang rumit.

"Kakak Mia, kenapa Kakak menatapku seperti itu?" Tanya Tiara dengan heran.

Mia duduk di samping Tiara setelah menarik napas dalam.

"Jas yang kamu pakai tadi milik siapa?" Mia mulai menginterogasi Tiara karena ia tidak sempat bertanya sebelumnya.

"Oh jas itu. Kalau aku tidak salah ingat nama pemiliknya itu adalah Dokter Arya, dia yang sudah meminjamkannya untukku!" Jawab Tiara tanpa ekspresi.

Alis Mia naik sebelah ketika mendengar jawaban Tiara, apakah itu kenyataan atau hanya mimpi? Pikir Mia.

"Kenapa ekspresi Kakak jelek banget?" Tanya Tiara dengan heran.

"Apa kamu dan Arya saling kenal?" Mia bertanya balik tanpa menjawab pertanyaan Tiara lebih dulu.

"Tidak ... "

Mendengar jawaban Tiara, Mia langsung menarik napas lega, "Bagus deh! Sebaiknya kamu tidak mengenalnya agar kamu tidak jatuh hati padanya!"

"Memangnya kenapa kalau aku jatuh hati padanya?"

"Aku akan menentangnya dengan keras ..." Jawab Mia dengan penuh penekanan.

Tiara mengerutkan keningnya karena ia baru pertama kali melihat Mia begitu tegas padanya.

"Kenapa begitu, apa kamu juga pernah suka sama dia lalu dikecewakan?" Tiara mulai penasaran.

"Hahahaha ... Semua gadis di SMA-ku boleh saja menyukainya, tapi tidak denganku ..." Mia tertawa jahat karena ia muak dengan teman-teman SMA-nya yang mengidolakan lelaki seperti Arya.

"Oh ... Jadi kamu membencinya?"

"Apa pun itu, pokoknya kamu tidak boleh dekat dengannya! Karena dia itu orang yang tidak manusiawi. Setiap perkataannya itu pedas dan pasti menyakitkan, dia juga sombong dan anti sosial sehingga ia tidak punya banyak teman. Dan yang paling mengerikan adalah tempramennya sangat buruk dan aura dinginnya lebih mengerikan dari Vampir, makanya tidak ada gadis yang berani mendekatinya meskipun mereka mengidolakannya, itu sebabnya aku tidak mau kamu sampai sakit hati karena nya!" Jelas Mia sembari mengenang bagaimana Arya dalam ingatannya.

Tiara tertegun mendengar cerita Mia. Di satu sisi ia setuju dengan Mia. Tapi, di satu sisi ia tidak setuju karena ia pernah melihat Arya bersikap sangat ramah dan lembut saat merawat Doni.

"Tiara, kenapa kamu diam lagi? Apa kamu tidak mendengarku? Atau, kamu sudah terpesona pada Vampir berdarah dingin itu?" Tanya Mia dengan kesal.

"Tidak mungkin. Aku tidak melihat seorang dari rupanya. Mustahil bagiku tertarik pada lelaki seperti dia. Semoga Allah melindungi kita dari lelaki yang dzolim dan mengerikan seperti Dokter Arya!" Jawab Tiara dengan tegas dan penuh penekanan.

"Aamiin! Alhamdulillah kamu tidak termasuk ke dalam golongan para gadis centil itu. Oh iya, kapan-kapan kamu liburan ke Lombok Utara, nanti aku akan membawamu ke wisata-wisata yang unik di sana, bagaimana?" Mia merasa sangat lega karena sepupu tercintanya itu tidak tertarik pada Arya dan ia percaya pada Tiara sebab dia sangat mengenal baik siapa Tiara.

"InsyaAllah libur semester nantinya ya! Aku juga ingin liburan ke sana!"

Mendengar jawaban Tiara, Mia sangat bahagia karena dia sudah lama ingin mengajak Tiara liburan di Desa kelahirannya itu.

Setelah menginap selama dua hari di Lombok Timur, Mia pun pulang ke Mataram dijemput suaminya yang baru saja pulang Dinas dari Surabaya.

Malam itu Tiara pulang dari rumah Rasty. Tepat saat ia akan membaringkan tubuhnya di kasur, tiba-tiba ia teringat dengan jas Arya yang sudah ia loundry.

Tiara mulai bingung karena ia tidak tahu bagaimana harus mengembalikannya pada Arya. Tiara tidak tahu alamat dan nomor kontak Arya kecuali dia harus menemukan Arya sendiri di Puskesmas. Ia berharap Arya masih bertugas di Puskesmas itu.

Keesokan harinya setelah mengajar. Tiara mampir ke Puskesmas dengan gugup. Puskemas itu tidak jauh dari sekolah tempatnya mengajar dan bisa ditempuh dengan jalan kaki saja.

Cuaca siang hari di Lombok Timur membuat Tiara berkeringat. Ia semakin berkeringat saat membayangkan bagaimana cara bicara dengan Arya yang begitu dingin. Kemungkinan terburuk yang ada dipikiran Tiara adalah dicuekin atau tidak diingat lagi.

Tepat saat ia melewati pintu utama, Tiara melihat Arya keluar dari kamar pasien.

"Dokter Arya ..." Tiara menelan salivanya berulang kali sebelum ia memberanikan diri untuk memanggil Arya.

Merasa namanya dipanggil, Arya langsung berhenti lalu berbalik tanpa ekspresi.

Tiara segera mendekat setelah mengatur senyumannya.

"Siapa?" tanya Arya tanpa ekspresi.

Seperti yang Tiara duga kalau Arya sudah tidak mengingatnya. Cukup memalukan tapi ia datang bukan tanpa tujuan.

"Kalau tidak ada perlu, saya permisi!" Kata Arya yang tidak sabaran.

Tiara mendesah kesal. Namun, ia harus menahan diri untuk tidak terpancing emosi.

"Saya hanya ingin mengembalikan jas Dokter! Terima kasih karena kemarin sudah meminjamkannya!"

Arya terdiam sejenak, dia memperhatikan Tiara yang menunduk sambil menjulurkan tas yang berisi jasnya.

Jantung Tiara berdebar hebat ketika ia melirik wajah Arya yang sedang memperhatikannya. Wajahnya sedingin es di Kutub Utara namun auranya seindah Bunga Yuchae atau yang dikenal dengan sebutan bunga Canola di Indonesia. Bunga Canola berwarna kuning ini mekar pada musim semi antara akhir Maret sampai pertengahan April di Korea. Bunga Canola mekar dengan sangat indah, seindah wajah Arya.

'Dia tercipta dari apa? Rasanya aku tidak perlu ke Korea untuk menikmati keindahan bunga Canola pada musim semi. Cukup lihat dia saja!' Batin Tiara.

"Buang saja! Karena aku tidak menggunakan pakaian bekas!" Setelah mengatakan itu Arya langsung berbalik dan pergi meninggalkan Tiara.

Mendengar perkataan Arya, Tiara tertegun dengan ekspresi yang buruk karena ekspektasinya tentang keindahan bunga Canola langsung hancur dan berubah menjadi bunga Kaktus yang hidup di Gurun Pasir.

avataravatar
Next chapter