webnovel

Balas Dendam?

"Iya tau, makanya jawab dulu pertanyaanku, apa kau mau balas dendam? Lalu dia kembali meminta cintamu?" Rasty tersenyum licik sembari menatap Tiara setelah mengatakan itu.

Rasty tau betul, sebagai wanita yang pernah patah hati, hal yang dipikirkannya hanyalah bagaimana cara agar orang yang dicintainya kembali lagi padanya.

Karena rasa tidak rela mengekang akal sehatnya sehingga meski sudah terluka dia tetap saja mencari cara agar bisa mengembalikan cintanya. Mungkin ini yang dinamakan CINTA ITU BUTA.

Tiara bukan gadis munafik, ia masih ingin cinta itu kembali meskipun dia akan dianggap bodoh, yang penting cintanya kembali.

"Kalau memang balas dendam yang kamu maksud bisa membuatnya kembali padaku, maka aku pasti mau. Karena sejujurnya aku masih mencintainya. Tapi, balas dendam seperti apa yang kamu maksud?" Akhirnya Tiara tertarik dan merasa penasaran. Dia menatap Rasty dengan raut wajah tidak sabaran.

Mendengar pernyataan Tiara lagi-lagi Rasty tersenyum, ia tidak menyangka kalau sahabatnya terlihat tidak sabar menunggu saran darinya. Namun, ia mengerti kenapa Tiara seperti itu karena di masa lalu dia pernah mengalaminya.

"Tentunya balas dendam yang cantik dan elegan." Jawab Rasty sambil mengedipkan matanya yang sebelah kanan lalu tersenyum.

"Memangnya ada balas dendam seperti itu? Balas dendam syar'i namanya. Hehehe ... " ucap Tiara yang merasa lucu dan ragu.

"Nah itu kamu bisa tersenyum, itu artinya kamu masih normal, dan siap menerima saran dariku." Rasty merasa senang melihat Tiara yang masih bisa tersenyum.

"Memangnya dari tadi aku tidak normal? Kamu ada-ada saja. Ya sudah, ayo kasih tau aku cara untuk balas dendam yang kamu maksud itu!" Ucap Tiara dengan tidak sabaran.

"Hahahaha … "

Rasty tertawa mendengar perkataan Tiara yang mulai mendesaknya. Setelah puas tertawa, Rasty menarik napas dalam dan siap untuk memberikan sarannya pada Tiara.

"Saranku yang paling utama sebelum kamu balas dendam adalah selamatkan dan lindungi hatimu dulu dengan cara stop kepoin akun sosial media mereka agar kamu bisa memberikan waktu untuk hatimu belajar bagaimana mengikhlaskanya. Setelah itu baru kamu masuk ke saranku yang kedua, yaitu tunjukkan kalau kamu baik-baik saja dengan hapus semua status galau yang ada di sosmedmu, unggah hal-hal menarik seolah kau bahagia lepas dari dia."

"Apakah itu akan berhasil?" Tiara tampak ragu, sebab rasa ingin taunya selalu mendorongnya untuk mencari tau tentang Ferdinan dan wanita itu.

"Saya berani jamin 95 % akan berhasil." Ucap Rasty dengan penuh keyakinan.

"Baiklah, akan aku coba!" Kata Tiara dengan semangat. Meskipun sebenarnya dia masih ragu kalau dia akan mampu bersikap biasa saja dan tidak kepoin Ferdinan lagi. Hati Tiara teramat sakit dan masih menganga hebat untuk bersikap biasa saja.

"Bagus kalau kamu mau mencobanya. Tapi, aku bisa jamin, setelah kamu melakukan saranku dengan benar, maka suatu hari nanti kamu pasti akan berterima kasih pada wanita itu karena telah menggantikan posisimu, bahkan kamu tidak akan mau kembali lagi meskipun dia memohon."

"Masak? Mungkinkah aku akan mengatakan itu dan menolak Ferdinan? Sementara hatiku masih terlalu mencintainya." Keraguan di hati Tiara belum bisa dia hilangkan meskipun Rasty sudah meyakinkanya.

"Kalau kamu tidak yakin, maka jangan lakukan! Nikmati saja rasa sakitmu itu sembari melihat betapa mesranya orang yang menyakitimu. Karena kalau kamu tidak yakin, kecil kemungkinan untuk kamu berhasil" kata Rasty seraya menyeringai ke arah sahabatnya itu.

"Baiklah, akan aku lakukan mulai malam ini dengan yakin" sahut Tiara dengan semangat empat lima. Sebagaimana semangat para pejuang yang dulu mau menyelamatkan Indonesia dari penjajah. Sementara Tiara berjuang untuk menyelamatkan hatinya dari rasa sakit itu bedanya.

"Baguslah kalau begitu. Oh iya, besok temani aku ke toko buku ya! Mumpung besok hari minggu. Nanti aku jemput kamu!"

"Siap!" Ucap Tiara sambil tersenyum. Karena dia selalu semangat kalau diajak bepergian oleh Rasty.

Maklum saja, Tiara begitu karena dia tidak pernah bepergian jauh selain bersama Rasty karena orang tuanya tidak pernah mengizinkannya.

Tiara merasa lega setelah curhat dan mendapatkan saran yang aneh namun menantang menurutnya. Setelah obrolan panjang itu, mereka berdua akhirnya tertidur.

Keesokan paginya jam menunjukkan pukul 08:00, motor Rasty sudah terlihat parkir di depan rumah Tiara.

"Maaf lama!" Ucap Tiara sambil mengenakan helmnya dengan tergesa-gesa

"Tidak apa-apa. Oh ya, kamu sudah izin belum sama Ibu?" Tanya Rasty.

"Memangnya kita ke toko yang mana? Bukannya mau ke toko Hikmah yang ada di Selong kan?"

"Kita mau ke salah satu toko di Mataram. Setelah dari toko, aku mau mengajakmu ke rumah teman kuliahku. Jadi, kamu izin ke Ibu dulu karena kemungkinan kita pulang agak malam!"

"Baiklah ... " ucap Tiara sambil berbalik kembali masuk ke rumah untuk meminta izin ke Ibu.

Tidak lama setelah itu, mereka berangkat menuju Kota Mataram yang jaraknya bisa ditempuh dua jam dari Lombok Timur, itu pun kalau ngebut.

Akan tetapi Rasty tidak suka ngebut, sehingga setiap kali ke Kota Mataram, mereka selalu menempuh perjalanan tiga jam atau lebih tergantung jalan ramai atau sepi juga.

Apalagi kalau ada kendaraan seperti Truk besar atau Bus, Rasty selalu mengalah dan membiarkan kendaraan itu duluan sebab katanya pelan-pelan asal selamat.

Akhirnya setelah menempuh waktu tiga jam perjalanan, mereka berdua sampai di toko buku Airlangga yang merupakan salah satu toko buku terbesar di Kota Mataram.

"Ra, kamu tunggu di sini ya! Aku cari buku di sebelah sana dulu." kata Rasty sambil berjalan menuju rak buku yang dia tunjuk.

"Oky" jawab Tiara sambil duduk di salah satu bangku yang disediakan untuk pembeli yang mau membaca di toko buku itu.

Next chapter