webnovel

Hasutan Gundik

Rara dijemput Agus, sopir pribadi Gunawan. Gaya Rara bak nyonya besar membuat Agus muak. Agus ingin menguliti wanita iblis seperti Rara karena merusak rumah tangga majikannya. Sikap Rara yang arogan dan sok berkuasa telah banyak melukai banyak orang. Perempuan itu manusia egois yang pernah ada. Rara hanya memikirkan nasibnya dan tak peduli dengan orang lain.

Gunawan pernah memecat seorang pramugari karena pengaduan Rara. Pramugari itu tak sengaja mendengar perbincangan Rara dan Dina yang membahas Gunawan. Rara mengatakan pada Dina jika ia menjadi gundik Gunawan selama lelaki itu menjadi dirut. Setelah Gunawan pensiun ia akan mencampakkan lelaki itu dan lari ke pelukan petinggi lainnya.

Takut rahasianya terbongkar, Rara memanipulasi kesalahan pramugari tersebut dengan bantuan kedua sahabatnya dan Gunawan memecat pramugari tersebut. Rara bernapas lega karena telah menyingkirkan musuhnya.

Rara merebahkan tubuhnya di atas ranjang setelah sampai di apartemen. Agus segera pulang setelah membawa koper Rara ke dalam apartemen. Agus paling anti berurusan dengan Rara. Ia lebih banyak diam. Mendengar suara Rara membuatnya mual.

Rara mengambil Iphone dan segera mengetik chat untuk Gunawan.

Rara : Dad aku sudah sampai apart. I Miss you so much

Gunawan : Sabar baby. Aku sedang rapat. Selesai rapat aku segera kesana. Sudah sebulan sawah tidak aku garap.

Rara : Sawah Daddy sudah kering. Sudah saatnya digarap dan dibasahi.

Gunawan : Jangan menggodaku sayang. Aku jadi tambah kangen.

Rara : Aku tunggu di ranjang Dad.

Rara tertawa ngakak karena berhasil menggoda Gunawan. Sebenarnya ia lelah namun ada misi yang akan disampaikan pada Gunawan. Rara masih menyimpan dendam pada Tatjana. Sebulan bukanlah waktu yang sebentar untuk memulihkan kondisinya. Rara terpaksa menahan sakit agar kembali cantik seperti sedia kala. Ucapan Tatjana ketika dirumah sakit mengatakannya 'sampah' masih terngiang di telinganya. Penghinaan Tatjana membuat darahnya mendidih dan menumbuhkan dendam kesumat. Seumur- umur Rara tak pernah diperlakukan seperti itu. Tatjana tak hanya menyakitinya secara fisik namun juga menyakiti secara verbal. Rasa sakit ditubuhnya bisa ditoleransi namun tidak dengan rasa sakit dihatinya.

Dua jam kemudian Gunawan sampai di apartemen. Gunawan terpesona dengan kecantikan Rara. Wajah Rara makin cantik dan tak ada tanda-tanda sayatan pisau bedah di hidung Rara. Operasi Rara kali ini sangat menakjubkan. Hasilnya diluar ekspektasi Gunawan. Lelaki itu semakin cinta pada sang gundik. Tak sia-sia mengeluarkan banyak uang untuk hasil yang begitu menakjubkan.

Rara menyambut Gunawan dengan menggunakan lingerie hitam yang memiliki belahan dada rendah dengan panjang setengah paha. Naluri laki-laki Gunawan langsung bangkit dan ingin segera memakan Rara.

Tanpa banyak bicara Gunawan menarik tangan Rara dan mengajaknya bercinta. Sebulan menahan rindu malam ini Gunawan menuntaskan hasratnya yang terpendam. Rara dibuat kewalahan melayani nafsu Gunawan yang sangat besar. Obat apa yang dipakai Gunawan hingga bisa tahan lama. Rara dibuat tak berdaya dan sejuta tanya melintas dipikiran. Biasanya satu ronde Gunawan sudah ambruk.

Gunawan tidur disebelah Rara. Pergulatan mereka tadi membuatnya lelah dan mengantuk. Lelaki itu tertidur tanpa sempat mandi.

Rara beranjak ke kamar mandi membersihkan diri dari sisa-sisa birahi Gunawan. Ia membiarkan Gunawan tidur. Besok pagi ia akan bicara.

Rara membuka gorden jendela kamar. Cahaya matahari segera masuk menembus kamar, Gunawan terbangun dari tidurnya karena silau cahaya matahari.

"Pagi daddy," sapa Rara sok ramah. Seperti biasa ia memberikan senyum manis namun palsu.

"Pagi Ra," ucap Gunawan menahan kantuk.

"Sudah pagi Dad. Ayuk mandi! Aku sudah menyediakan sarapan untuk daddy. Roti bakar dengan segelas kopi," kata Rara dengan wajah riang.

"Sepertinya kamu senang sekali Ra. Kenapa Ra?" "Pertama operasiku berhasil. Kedua daddy sudah memberi hukuman untuk Vincent dan ketiga daddy disini bersamaku." Rara bersorak riang seraya memperlihatkan barisan gigi putihnya.

"Hmmmm, aku mencium udang dibalik bakwan." Gunawan menyentuh dagunya. Lelaki yang berusia setengah abad itu bangkit dari ranjang dan memeluk Rara posesif. Ia tak ingin Rara pergi dari sisinya.

"Dad bau iler. Mandi dulu," rajuk Rara manja seraya memberi handuk.

Setengah jam waktu yang dihabiskan Gunawan untuk mandi. Lelaki itu menyusul ke ruang makan. Rara sedang asik mengunyah roti bakar dan meminum segelas susu. Rara juga meminum obat. Pasca operasi Rara mengkonsumsi beberapa jenis obat penghilang radang.

"Gimana dad? Enak?" Mata Rara berbinar-binar melihat Gunawan makan dengan lahap.

"Liat kamu roti ini tambah manis." Gunawan menggombali Rara. Lelaki itu mencubit pipi Rara saking gemesnya.

Rara menunjukan wajah serius. Seperti biasa ia akan berakting bak bawang putih yang selalu disakiti bawang merah. Gunawan mengangkat wajah Rara yang tertunduk.

"Kenapa sayang? Apa yang membuatmu sedih?" Gunawan membawa Rara dalam pelukannya.

"Dad," suara Rara terdengar lirih.

"Hmmmm," balas Gunawan mengelus rambut Rara."Bicaralah!"

"Tatjana menganiayaku hingga aku harus operasi ke Korea. Bukan maksud menggurui. Apa daddy tak mau memberi pelajaran untuk dia? Mengingat dia anak daddy aku tak mau melaporkan dia ke polisi. Aku tidak mau membuat daddy malu. Jika media tahu dia menganiayaku bisa mencoreng nama baik daddy. Aku tak mau seperti itu." Rara merengek manja seperti anak kecil.

"Terus bagaimana? Aku sendiri kewalahan menghadapi Tatjana. Anak itu malah memukulku hingga dirawat di rumah sakit. Semenjak dia minggat dari rumah kami sudah tak bertemu dan bicara. Sesekali dia datang menemui Irma dan Tita. Entah apa yang terjadi padanya. Dia jadi anak pembangkang dan durhaka."

"Dad. Semenjak resign Tatjana tinggal dan kerja dimana? Kalo hidup dari tabungannya pasti uangnya ga cukup. Kabarnya Tatjana tinggal di apartemen mewah bersama pacarnya. Apa mereka kumpul kebo?"

Gunawan berpikir dan merenungi ucapan Rara. Gunawan jadi kepikiran darimana Tatjana membiayai hidup sementara ia pengangguran.

"Selama dia minggat pernah minta uang saku ga dad?" "Tidak pernah." Gunawan menggeleng.

"Dad aku curiga jangan-jangan....." Rara sengaja menggantung ucapannya.

"Jangan-jangan apa?"

"Jangan-jangan dia jadi simpanan atau gimana gitu." Tanpa filter mulut Rara menghina Tatjana seorang simpanan, padahal ia tak berkaca bahwa dirinya sendiri seorang gundik alias selir alias wanita simpanan.

Gunawan bungkam dan kehilangan kata-kata. Ucapan Rara ada benarnya. Darimana Tatjana memiliki uang untuk membiayai hidupnya? Sepengetahuan Gunawan, Tatjana tidak bekerja setelah resign dari TA.

Rara melancarkan jurus jitunya meracuni pikiran Gunawan. Ia memeluk Gunawan dari belakang dan menyandarkan kepalanya di bahu Gunawan. Tak lupa Rara mengelus dada Gunawan.

"Dad jika tak bisa memberi pelajaran pada Tatjana gimana kasih pelajaran melalui Irma? Jika Irma sakit bukannya Tatjana akan sakit juga?" Hasutan demi hasutan keluar dari mulut Rara.

"Maksud kamu?" Gunawan tak mengerti arah pembicaraan Rara.

"Maksud aku gini Dad. Tatjana ga kerja trus dia hidup darimana? Aku yakin dia dapat duit dari Irma. Pasti Irma ga tega kalo anaknya ga punya duit. Tatjana tinggal merengek lalu meluncurlah transferan ke rekening dia. Uangnya Irma itu uangnya daddy. Secara ga langsung Tatjana makan duit daddy . Dia durhaka dan pembangkang, giliran duit daddy enak aja dia makan."

"Trus aku gimana Ra?"

Rara segera membisikkan rencana busuknya pada Gunawan. Tanpa ragu-ragu Rara membisiki Gunawan untuk menzalimi istri dan anak-anaknya. Bak kerbau dicucuk hidungnya Gunawan menuruti keinginan Rara.