1 Kisah Maira

Shea Ananda Almahira, atau akrab disapa Maira. Adalah seorang wanita yang kini berusia 27 tahun. Ia bekerja di sebuah perusahaan swasta ternama di kotanya. Maira tinggal bersama ibunya, Tina Althalisa Nasution. Sementara ayahnya sudah lama pergi entah kemana meninggalkan dirinya dan juga ibunya. Maira dan ibunya hanya tinggal berdua saja selama ini.

"Ibu, sudahlah bu. Jangan dipikirkan terus, ikhlaskan saja bu," kata Maira. Ia terus saja menatap ibunya yang tengah melamun didekat jendela kamarnya sembari memegang selembar kertas yang didapat dari pengadilan agama beberapa hari yang lalu. Kertas tersebut berisi gugatan cerai dari ayah Maira.

"Iya Ra, ibu sudah melupakan semuanya. Mungkin ini memang jalan terbaik yang Allah kasih buat ibu," kata Tina.

"Laki-laki memang suka seperti itu, bu. Nanti kalau sudah menyesal, pasti akan datang dengan sendirinya dan mengemis untuk mendapatkan kata maaf dari kita," ujar Maira. Tina hanya terdiam, mendengarkan perkataan Maira. "Iya nak. Kamu memang benar. Tapi ibu minta, kamu jangan sampai kamu membenci ayahmu sedikitpun, ya." Pesan Tina kepada Maira. "Iya bu, tentu saja. Aku tidak akan membenci ayah kok bu. Lagi pula, beliau kan ayahku. Bagaimana mungkin aku bisa membencinya," jawab Maira.

"Maira berangkat dulu ya bu," kata Maira. "Iya nak. Hati-hati ya. Ini bekal makan siangmu," kata Tina sambil memberikan kotak makan siang untuk Maira. "Iya bu. Terima kasih," jawab Maira. Tak lama kemudian, Maira pun berangkat.

Sesampainya di kantor, Maira pun langsung bergegas menuju ke ruangannya. Dan ia pun mulai bekerja. Waktu pun berputar begitu cepat, jam istirahat makan siang pun dimulai. Mairablekas memakan bekal yang dibawanya. Setelah itu ia lalu berjalan ke balkon ruang kerjanya itu. Kembali mengingat kejadian pahit beberapa tahun silam, lebih tepatnya saat Maira masih duduk di bangku SMA. Disitulah awal mulanya ia mengenal arti kata cinta, terluka, dan juga kecewa. Semasa sekolah, Maira adalah sosok gadis yang pendiam. Ia jarang sekali berbaur dengan teman-temannya. Ia hanya dekat dengan beberapa orang saja.

Maira adalah gadis yang selalu berpenampilan seadanya. Ia tidak pernah berdandan layaknya teman sekelasnya yang lain. Dulu Maira juga pernah menjalin hubungan dengan teman satu sekolahnya. Tetapi berakhir dengan tidak menyenangkan sama sekali. Maka dari itu, sampai saat ini Maira tidak membuka hatinya kembali. Karena sekalinya ia jatuh cinta, ia harus merasakan terluka dan kecewa untuk kesekian kalinya.

Hal itulah yang membuat Maira kini menjadi wanita yang lebih hati-hati dan juga selektif dalam memilih pasangan. Kini Maira hanya fokus kepada karirnya saja.

"Shea Ananda Almahira!" Panggil seseorang dari sudut kantornya, seketika itu membuyarkan lamunan nya. "Iya," jawabnya lirih. "Kamu ngapain disini?", tanya orang itu. "Nggak ngapa-ngapain Tan. Memangnya kenapa?", tanya Maira. "Keluar yuk! Makan siang diluar, mumpung masih ada jam istirahat kantor." Ajak Intan, sahabat Maira.

Yah, Intan Cantika Rahayu. Atau biasa dipanggil Intan adalah sahabat karib Maira sejak keduanya duduk di bangku sekolah dasar. Kini keduanya pun bekerja di kantor yang sama.

"Makan siang? Tidak ah. Kamu sendiri saja Tan, aku sudah makan siang. Tadi ibu membawakanku bekal makan siang." Ujar Maira, sambil kembali menatap ke arah pemandangan nan jauh disana. Yah, karna saat ini Maira tengah berada di balkon yang terletak disamping ruang kerjanya.

"Ayolah, aku males banget kalau harus makan siang sendiri. Mau ya Ra, pliiss?" Intan terus saja memohon kepada Maira. Berharap sahabatnya itu mau menemaninya makan siang diluar.

"Oke, aku temenin. Tapi jangan lama-lama ya, jam istirahat makan siang udah mepet tuh!" Kata Maira sembari mendongakkan kepalanya ke arah jam dinding diruangan nya. "Ya itu karna aku kelamaan bujuk kamu, Ra!" Ujar Intan sedikit kesal kepada Maira. "Haha, yasudah. Ayo!" Jawab Maira. Akhirnya Maira pun mau menemani Intan untuk makan siang diluar. Tak lama kemudian, keduanya pun berjalan keluar dari kantor untuk mencari kafe terdekat dari kantor tempat mereka bekerja.

"Makan disini saja ya Ra?", tanya Intan. "CafeCofee?" Kata Maira. "Iya. Udah ayo masuk! Jangan kelamaan mikir deh, keburu kelaperan nih," kata Intan sembari menarik tangan Maira dan mengajaknya masuk ke dalam CafeCofee.

"Kamu mau makan siang apa nongkrong sih Tan?", tanya Maira. "Sssttt, sudah diamlah. Aku pesan makanan dulu ya," kata Intan. "Okey," jawab Maira. Intan pun memesan makanan. Sementara itu Maira sibuk mengeluarkan laptopnya dan mengecek kembali pekerjaannya sebelum ia menyetorkannya kembali pada atasannya.

"Ya ampun Ra, kamu ini ya. Masih jam istirahat kali, kerja mulu deh perasaan," kata Intan. "Diem dah. Buruan, 15 menit lagi balik ke kantor loh," ujar Maira kepada sahabatnya itu. "Iya-iya, sebentar. Bawel deh lu Ra," ujar Intan. Maira pun hanya tersenyum melihat sahabatnya itu ngedumel sendirian.

15 menit pun berlalu, Maira dan Intan pun kembali bekerja. Jam istirahat pun sudah usai. Kini keduanya tengah disibukkan kembali dengan pekerjaan mereka masing-masing. Maira sedang mengecek kembali pekerjaannya. Setelah dirasa sudah siap, Maira pun mengantarkannya ke ruangan atasannya.

"Tokk--tokk--tokk" Suara ketukan pintu pun terdengar. "Permisi," ujar Maira. "Silahkan masuk," jawab atasannya dari dalam ruangan. Maira pun masuk kedalam ruangan tersebut.

"Maaf Pak, ini saya mau menyerahkan berkas-berkas yang tadi bapak minta," kata Maira. "Oh iya, letakkan saja disini. Nanti akan saya periksa kembali," ujar atasannya itu. "Baik Pak Angga. Kalau begitu saya permisi dulu, selamat siang Pak." Maira pun meletakkan semua berkasnya di meja. Lalu ia pun keluar meninggalkan ruangan Pak Angga, atasannya itu.

Pemilik nama lengkap Erlangga Antonio Contessa atau lebih familiar disapa Angga, adalah seorang Chief Executive Officer atau CEO di kantor tempat Maira bekerja. Selain berparas tampan, beliau juga seorang atasan yang sangat disiplin dalam segala hal. Termasuk dalam segi penampilan maupun segi pekerjaan.

"Semoga saja tidak ada yang salah,"gumamnya sembari berjalan menuju ke ruangannya. Maira pun kembali melanjutkan pekerjaannya. Menyelesaikan pekerjaannya yang belum selesai.

Jam pun berlalu begitu cepat. Tidak terasa jam kantor pun telah usai. Seluruh karyawan pun pulang ke rumah mereka masing-masing. Begitu pun dengan Maira. Ia juga pulang kerumahnya dengan mengendarai sepeda motor miliknya.

"Maira!" Panggil Intan. "Ada apa lagi sih Tan? Aku mau pulang nih," gerutu Maira. "Nebeng ya Ra! Boleh kan?", tanya Intan. "Memangnya tukang ojekmu itu kemana?", tanya Maira. "Tukang ojek? Siapa sih Ra?", tanya Intan. "Si tengil Riyan itu tuh," ujar Maira. "Ooh Riyan. Enak aja ngatain dia tukang ojek, hati-hati kalau ngomong. Nanti kedengeran orangnya lo," ucap Intan. "What ever lah yaw. Memangnya kemana dia?", tanya Maira. "Riyan lagi sibuk, ada acara keluarga katanya," jawab Intan. "Begitu ya," jawab Maira. Intan pun menganggukkan kepalanya. "Jadi gimana? Boleh nebeng nggak nih?", tanya Intan. "Naik gih," kata Maira. "Terima kasih banyak ya Ra. Kamu terbest lah pokoknya," kata Intan. Keduanya lalu pulang bersama.

avataravatar
Next chapter