webnovel

Cinta Untuk Aleanna

Bukankah seharusnya Alea senang menikah dengan seseorang yang ia cintai? Seharusnya iya. Tapi pada kenyataannya Alea justru sakit hati karena lelaki itu justru tak ingat sama sekali padanya. Ia bertekad untuk tak melanjutkan pernikahannya. Melvin harus menerima perjodohan dengan seorang wanita yang tak ia kenal dan bertekad menceraikannya tiga bulan setelah pernikahan. Seiring berjalannya waktu keduanya saling jatuh cinta. Dan melewati banyak cobaan yang menguji kisah cinta mereka. Akankah Melvin dan Alea bertahan? Atau akan tetap akan bercerai?

Nouris · Urban
Not enough ratings
3 Chs

Siapa Wanita Itu

"MELVIN... KENAPA KAMU MASUK? KELUAAAR!" Aleanna teriak karena kaget melihat Melvin yang tiba-tiba muncul dari balik pintu. Tangannya sudah menyilang didepan dada. Dan kakinya juga saling menyilang. Mencoba menghalangi pandangan Melvin di inti tubuhnya.

Meski mereka berdua sudah sah berstatus suami istri, tetap saja Aleanna belum terbiasa dengan kehadiran Melvin.

"Perlu kamu tahu, aku paling tidak suka yang namanya menunggu. Jika kamu tidak bisa mandi cepat. Aku yang akan membuatnya cepat."

Melvin mendorong Aleanna kedinding, dan menekan tubuh mungil itu dengan tubuhnya. Ia yang sudah berpakaian rapi, kini bajunya pun ikut basah. Melvin kembali menciumi Aleanna dengan kasar. Tak sedikitpun memberi cela untuk Aleanna bisa bernapas.

Aleanna mencoba memberontak. Tapi tangannya ditahan ke dinding oleh Melvin sehingga ia tidak bisa bergerak lagi. Ia mulai menangis tanpa membalas ciuman Melvin. Aleanna tidak menyangka jika Melvin akan berbuat seperti ini kepadanya.

Merasa tidak ada perlawanan lagi, Melvin melepas tautan bibirnya. Ia menatap kedua kelopak mata yang mulai berurai airmata. Melvin mengambil sampo mengusap lembut rambut Aleanna. Kemudian mengambil sabun dan hendak menyabuni tubuh Aleanna. Tapi Aleanna menahannya.

"Biar aku saja. Aku akan menyelesaikannya dengan cepat. Keluarlah!" pinta Aleanna disela isak tangisnya.

Melvin tak berkata lagi, lelaki itu membersihkan sabun yang ada ditangannya kemudian pergi. Sebenarnya ia tak berniat melakukan hal itu pada Aleanna, tapi setiap gadis itu menjawab ucapannya, emosinya kembali tersulut dan tanpa ia sadari Melvin melakukan hal diluar kendalinya.

Aleanna kembali menangis sejadi-jadinya sambil terus mengusap tubuhnya dengan sabun. Ia tidak mau Melvin kembali dan melakukan hal yang lebih brutal lagi. Sesuai janjinya, Aleanna menyelesaikan mandinya. Membalut tubuhnya dengan bathdrope.

Aleanna keluar kamar perlahan, mangambil pakaiannya dilemari dan kembali kekamar mandi untuk berganti pakaian. Ia tidak menghiraukan Melvin yang terus saja menatapnya.

Aleanna sudah selesai berganti pakaian, berdiri didepan cermin dan mulai memoles wajahnya dengan riasan natural. Menyamarkan wajah sembabnya karena habis menangis. Dan juga menyamarkan tanda yang ada dilehernya.

Aleanna kembali keluar kamar mandi dan mendapati Melvin yang masih berdiri ditempatnya. Aleanna baru sadar bahwa Melvin masih memakai pakaian basahnya tadi. Pria itu belum berganti pakaian.

Melvin masih terus menatap Aleanna. Sekali lagi ia terpana dengan kecantikan istrinya itu. Melvin tidak mengucapkan sepatah katapun. Saat ini, ia sedang menahan hasratnya untuk tidak menabrak tubuh Aleanna lagi. Gadis itu masih terlihat syok karena perlakuannya tadi.

Aleanna tau apa yang diinginkan Melvin, mau tidak mau ia harus melakukannya. Aleanna mengambil pakaian baru untuk Melvin dan mengganti pakaian suami yang menurutnya menyebalkan itu.

Saat Aleanna memasang buah baju kemeja, Melvin dapat melihat dengan jelas wajah sembab Aleanna dan bibir yang bengkak karena lumatan kasarnya tadi. Dalam hatinya mengumpat karena sudah membuat istrinya menangis."Jadilah istriku yang penurut, Aleanna. Aku tidak akan menyakitimu!" ucap Melvin. Tangannya menggenggam tangan Aleanna yang sedang berada didadanya.

Demi apapun saat ini nafas Aleanna tidak lagi beraturan. Tatapan Melvin membuatnya terpaku. Wajahnya sangat dekat dengan wajah tampan milik Melvin. Matanya yang tajam, garis rahang yang tegas, bibir kemerahan, disekitar rahang ada sisa jambang yang sangat tipis membuat pria dihadapannya ini terlihat semakin sexy dan berkharisma. Tatapan mata mereka saling mengunci. Merasakan gemuruh satu sama lain didalam dada.

Aleanna tak dapat menolak bahwa dirinya mulai terjerat pesona pria itu dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam. Bagaimana bisa?

Mata Aleanna mulai mengerjap cepat ketika menyadari semuanya . Tugasnya sudah selesai, mengganti pakaian Melvin yang basah dengan pakaian yang kering. Kemudian menarik tangannya dari dada bidang pria itu dan mundur beberapa langkah

Melvin pun mundur dan mencari Handponenya yang berdering sejak beberapa saat yang lalu, namun tak digubrisnya karena terlalu sibuk dengan wajah cantik Aleanna yang begitu menggemaskan saat menatapnya. Sebuah nama muncul dilayar ponselnya.

Melvin menghela napas pelan sebelum mengankat panggilan itu. Karena dia tahu apa yang akan ditanyakan orang diseberang sana."Ya mama..."sapa Melvin.

"Maaf jika menggangumu, sayang. Mama hanya ingin memastikan, apa kalian baik-baik saja? Apa semuanya berjalan dengan baik?"Suara Irene Wilson-ibu dari Melvin terdengar begitu bahagia.

Irene adalah orang yang paling bersemangat dengan perjodohan ini. Maka dari itu, dirinya benar-benar mensupport Melvin dan Aleanna sampai keduanya saling menerima satu sama lain.

"Hmmm... Semuanya baik-baik saja dan berjalan seperti yang mama inginkan," jawab Melvin sambil melirik Aleanna yang masih terdiam tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Apa kau memperlakukan Aleanna dengan lembut?"tanya Irene lagi, menggoda sang anak yang menjadi pengantin baru.

"Melvin tidak mungkin meperlakukan Aleanna dengan kasar, Ma. Dia istriku."

Aleanna hanya mendengarkan apa yang diucapkan Melvin sambil mendengus kesal. Karena apa yang disampaikan oleh lelaki itu tidaklah sama dengan kenyataannya.

"Ah, syukurlah. Mama senang mendengarnya. Malam ini datanglah kerumah. Akan mama masakkan makanan kesukaan kalian," pinta Irene dengan nada memohon. Tak sabar ingin bertemu anak serta menantunya dan mendengar cerita keduanya tentang malam pertama mereka.

Melvin berjalan menjauhi Aleanna dan mendekati jendela. Dilihatnya pemandangan kota yang masih terlihat sejuk dibawah sana."Ya Ma, nanti malam kami akan datang."

"Mama tunggu. Salam buat Aleanna. Ya sudah mama matikan dulu. Selamat melanjutkan aktivitas," ucap Irene sambil menahan senyum.

"Bye ma.."

Tuut

Sambungan telefon mati. Melvin menghembuskan napasnya, kemudian pria itu melirik Aleanna yang sedang berjalan melewatinya. "Mama meminta kita untuk datang."

Aleanna hanya mengangguk dan membereskan pakaian basah milik Melvin tadi. Ia tidak menjawab ucapan Melvin. Tidak ingin berdebat lagi dengan pria yang sangat menyebalkan itu. Sudah cukup baginya diperlakukan secara kasar seperti tadi.

"Biarkan saja pakaian itu disana. Nanti petugas hotel yang akan membereskannya. Sekarang kita sarapan."Melvin berucap dengan dingin dan melangkah pergi meninggalkan Aleanna.

Lagi-lagi Aleanna tidak berkomentar dan hanya mengikuti pria yang sudah membuat moodnya hancur tanpa banyak bicara. Selama perjalanan menuju tempat sarapan, mereka tidak ada yang membuka suara.

Melvin pun asyik sendiri dengan pekerjaannya dan sedang mengecek email yang masuk. Sang pria pekerja keras itu tak bisa melewatkan sehari saja untuk meninggalkan pekerjaannya.

Kali ini ada yang berbeda. Gadis yang sedang berjalan dibelakangnya itulah yang membuat dirinya tak bisa fokus dengan apa yang sedang ia kerjakan. Sesekali melirik Aleanna yang sejak tadi hanya diam.

Pengantin baru itu sudah tiba ditempat yang sudah disiapkan. Sebenarnya bisa saja Melvin meminta pihak hotel untuk membawakan sarapannya kekamar. Tapi tak ia lakukan mengingat atmosfir antara dirinya dan Aleanna belum membaik dan takut kembali hilang kendali. Jadi Melvin mengambil inisiatif untuk membawa Aleanna untuk sarapan diluar dengan tempat yang jelas steril dari orang lain.

Pelayan hotel sudah menghidangkan sarapan didepan mereka sejak beberapa menit yang lalu, namun Aleanna hanya memainkan sendok yang ada diatas piring dengan tatapan kosong. Melvin tersenyum melihat wajah cemberut istrinya itu. 'Kenapa kamu begitu menggemaskan?' Melvin bermonolog dalam hati.

"Aleanna..."tidak ada menjawab. "Aleanna Ardyatama..." panggil Melvin lebih lengkap. Namun Aleanna masih tidak menjawab."Aleanna Ardyatama istriku..."

Mendengar suara lantang Melvin membuat Aleanna terlonjak dan mengerjapkan matanya cepat. Jujur saja sejak tadi Aleanna melamun sehingga tidak tau jika Melvin memanggilnya. "Hmmm..."

"Kenapa sejak tadi diam saja?" protes Melvin saat melihat Aleanna sudah merespon.

Helaan napas keluar dari mulut Aleanna dengan malas. "Kamu memintaku untuk jadi istri yang penurut."

"Iya, aku memintamu untuk jadi istri penurut. Bukan istri yang pendiam."

"Aku diam karena tidak mau lagi berdebat denganmu,"ujar Aleanna lagi.

Melvin tak lagi bertanya. Ia menyelesaikan makannya dan pergi tanpa berpamitan pada Aleanna.

Tak lama Aleanna pun selesai. Wanita yang baru sehari menjadi istri dari Melvin Wilson itu pun pergi meninggalkan bangkunya. Ia langsung kembali kekamar hotel. Keadaannya sudah rapi, tidak ada lagi kelopak bunga yang berserakan. Tidak ada lagi pakaian basah milik Melvin yang Aleanna letakkan didepan pintu kamar mandi. Tapi dimana pria itu? Pada awalnya Aleanna mengira Melvin kembali kekamar, tapi ternyata pria itu tidak ada disana.

Tadi Aleanna tak pula melihat arah Melvin pergi. Ia terlalu fokus pada makanannya dan memang tak ingin perduli pula dangan manusia satu itu.

Karena merasa tak ada yang bisa ia lakukan disana, Aleanna duduk di sofa dan menyalakan tv. Tapi tidak benar-benar melihatnya. Ia kembali teringat permintaan Melvin tadi pagi supaya dirinya menjadi istri yang penurut untuk seorang Melvin Wheeler.

"Kamu ingin aku jadi istri penurut? Baik. Aku akan menjadi istri yang penurut selama tiga bulan ini. Membuatmu terkesan dan membutuhkanku, kemudian ketika saatnya tiba nanti aku akan pergi meninggalkanmu. Itu adalah balas dendam terbaik karena kamu sudah menjebakku dengan surat perjanjian sialan itu,"ucap Aleanna bermonolog sambil menyeringai.

Kemudian ia melirik ponselnya."Aku akan menelfonnya, berpura-pura memberi perhatian padanya."

Aleanna mengambil handpone dan menghubungi Melvin yang entah dimana keberadaannya.

Tuuuuut tuuuut..

Nada sambungan telfon berbunyi. Namun belum juga diangkat. Aleanna mencobanya lagi dan dipanggilan ketiga akhirnya dijawab oleh sebuah suara dari seberang sana, namun bukan suara Melvin yang terdengar. Suara seorang wanita yang menyambutnya dengan begitu manis.

"Halo...."sapa wanita itu.

Aleanna terkejut karena mendengar suara wanita dari sana. Rupanya Melvin pergi dengan wanita lain tanpa sepengetahuannya. Atau karena ia tidak mendapatkan apa yang seharusnya dilakukan oleh pengantin baru makanya Melvin seperti itu?

"Halo.. bisa bicara dengan Melvin?" Aleanna mencoba tenang saat berbicara dengan menarik nafas beberapa kali. Diusapnya dada agar tak menyembur wanita diseberang sana dengan makiannya.

"Maaf, Melvin sedang tidak bisa menerima panggilan saat ini."

"Oh, baiklah," jawab Aleanna singkat.

"Ada pesan?"

"Tidak, terima kasih." Aleanna mengakhiri telfonnya. Ia meremas sofa yang didudukinya. Merasa geram dengan tingkah Melvin. "Baru menikah satu hari dia sudah seperti ini. Menyebalkan sekali." Aleanna menggenggam tangannya dan memukul sofa berulang-ulang. "Aaaarrrggghhh Melvin, kamu menyebalkaaaaan.."

TO BE CONTINUE