1 Gadis Malang

Namaku adalah Vanessa Young, aku gadis yatim piatu sejak kematian orang tahunku sepuluh tahun silam. Walau pun aku tingal di panti asuhan kawan-kawan dan Ibu panti asuhan di sini sangat baik sekali kepadaku.

"Vanesa sayang, besok kamu akan di adopsi oleh keluarga baru kamu nak. Karena mereka belum memiliki anak," ungkap Ibu panti asuhan kepadaku.

"Iya Ibu," jawabku dengan sangat singkat.

"Kamu nggak perlu khawatir nak, kedua orang tua yang ingin mengadopsi kamu adalah orang yang sangat baik sayang. Kamu pasti akan bahagia di sana," terang Ibu panti asuhan menerangkannya kepadaku.

"Baik Ibu," jawabku dengan sangat singkat.

Aku berharap semoga saja yang mengadopsi aku adalah orang tua yang sangat baik dan ramah. Aku sangat takut, jika suatu saat kedua orang tua angkat aku jahat kepadaku. Tetapi semoga saja kedua orang tua asuhku baik dan ramah.

Tak lama kemudian keluarga baruku datang menjemput aku, awalknya Ayah dan Ibu angkatku sangat baik kepadaku.

Beliau sangat menyayangi aku, bagaikan anak kandung. Aku sangat beruntung sekali karena memiliki Ayah dan Ibu seperti mereka. Aku sangat ingat sekali, tatkala aku sakit. Bahkan mereka berdua sangat panik sekali.

"Ayah lihat anak kita harus di tangani Ayah, sebaiknya kita bawa ke rumah sakit yang mewah dan mahal, jangan sampai anak kita kenapa-kenapa. Ibu sangat khawatir Yah" ucap Ibu dengan sangat khawatir.

"Iya Ibu kita pindahkan saja putri kita ke rumah sakit yang mahal," ucap Ayah dengan membopongku.

Aku akhirnya mereka bawa di rumah sakit paling bagus dan mewah, tetapi kebahagian aku nggak berlangsung lama semenjak kelahiran adik aku. Yang merupakan anak kandung Ayah dan Ibu aku.

Awalnya aku merasa hanya prasangka burukku saja, tetapi mereka berdua seakan tak peduli lagi kepadaku semernjak kelahiran adikku.

Bahkan setelah aku sd, aku mau naik kelas empat. Ayah dan Ibu seakan tak mau untuk mengambilkan raporku. Sedangkan Ayah dan Ibuku hanya fokus ke Pelangi saja.

"Vanessa kamu ambil rapor sendiri iya," titah Ibu dengan tegas.

"Memangnya Ibu mau ke mana?" tanyaku dengan menatap Ibuku.

"Ibu dan Ayah besok mau ambil rapor adik kamu lah," jawab Ibu dengan nada ketus dan judes sekali.

"Memangnya tak bisa dari salah satu di antara Ibu dan Ayah yang mengambilkan raporku?" tanyaku dengan tersenyum.

"Ya ampun Vanesa kamu manja sekali, seharusnya kamu sadar akan posisi kamu. Kamu nggak pantas nuntut ini itu ke kami," ungkap Ibu aku dengan sangat judes sekali.

"Iya apa yang di katakan oleh Ibu kamu ada benarnya nak, sudah untung kamu tidak kami kembalikan ke panti asuhan," ancam Ayah kepadaku.

"Baiklah Ayah, saya akan mengambil rapor saya sendiri,' jawabku dengan melangkahkan kakiku ke kamar.

Aku hanya dapat menangis, di dalam sepi dan diam, di dalam kamarku. Aku sangat nggak menyangka, jika Ayah dan Ibuku sangat tak tega seperti itu.

Hingga aku SMP, bahkan karena nilai Pelangi jelek aku sampai di hukum oleh Ibu untuk tidur di gudang. Ibu sangat marah kepadaku karena aku nggak mau mengajari adikku, padahal kenyataannya nggak seperti itu. Ketika aku ingin mengajari adikku Pelangi belajar dia tak mau untuk belajar malahan dia hanya bermain games di ponselnya.

"Kamu kenapa bodoh?" tanya Ibu aku dengan mentoyor kepalaku.

"Saya kenapa memangnya Ibu?" tanyaku dengan sangat heran sekali.

"Kamu itu bodoh, adik kamu nggak kamu ajarin. Karena kamu anak aku nilainya jelek," ucap Ibu dengan memarahiku sambil menunjuk-nunjuk ke arahku.

Ketika Ayah pulang dari kantor, Ayah semakin memarahiku. Rupanya adikku Pelangi sangat pintar beracting. Dia seakan memilkiki dua muka. Kadang bersikap baik sekali lkadang bersikap jahat sekali.

"Ada apa ini kenapa kamu memarahi Vanessa sayang" tanya Ayahku kepada Ibuku.

"Anak ini kurang ajar, karena dia nggak mau mengajari putri kita belajar. Lihatlah saynag dia mau pibntar sendiri," ucap Ibu dengan penuh emosi.

"Benar itu Vanessa?" tanya Ayah dengan memelototiku.

"Tidak Ayah itu sama sekali tidak benar, aku sudah mengajarinya. Tetapi dia tidak mau dengan alasan ingin bermain games," ungkapku dengan tersenyum.

"Bohong Ayah itu tidak benar, Kakak saja yang malas mengajariku. Karena dia sedang teleponan dengan pacarnya," ungkap Pelangi dengan berbohong.

Ayah lantas menampar wajahku, Ayah langsung memaki dan menghardikku. Ayah mengatakan jika dia sangat menyesal sekali memungut aku dari panti asuhan.

"Apa itu benar Vanessa?" tanya Ayah dengan sangat meninggi.

"Tidak benar Ayah," sangahku dengan menitikan air mata.

"Anakku Pelangi nggak mungkin berbohong, kamu Ayah hukum kamu tidur di gudang malam ini. Kamu itu sudah sangat menyesalkan.

Ayah menyesal karena sudah menjadikan kamu sebagai anak aku," ucap Ayah dengan nada meninggi.

Ayah menarikku,, Ayah memasukkan ke dalam gudang. Lalu Ayah mengkuncinya dari luar supaya aku tidak kabur.

Ya Tuhan, suasananya sangat gelap sekali, sudah gitu banyak tikusnya. Aku hanya dapat menangis dan mencoba untuk tertidur.

Akhirnya karena rasa kantuk yang sangat menghantuiku aku akhirnya tertidur, aku terbangun karena guyuran air panas dari Ibuku. Ya Tuhan seluruh tubuhku memerah. Tubuh aku penuh luka. Ibu masih saja marah dan menyiksa aku. Aku mohoin Ibu sayangi aku dan cintai aku.

Janganlah seperti ini kepadaku, aku ini anak kalian berdua. Sekali pun aku bukan anak kandung kalian berdua.

"Akh sakit Ibu" rintihku menahan sakit di sekujur tubuhku.

"Nggak usah manja kamu, kamu sengaja aku hukum. Supaya kamu dapat merenung dan berpikir apa kesalahan kamu," ucap Ibu dengan sangat ketus sekali.

"Aku nggak salah Ibu, " sanggah aku dengan menitikan air mataku.

"Nggak usah alasan kamu, maling ngaku penjara penuh. Katakanlah yang sebenarnya nggak perlu bohong," ucap Ibuku dengan terus menampar wajahku.

Aku sangat sakit dan kecewa, aku nggak menyangka jika mereka masih menyiksa aku. Aku selalu menangis dalam diam.

Ibu tak membiarkan aku keluar dari Gudang, aku terpaksa nggak sekolah sela satu minggu. Karena aku sekarang di sekap ke dalam gudang. Aku di izinkan keluar hanya karena aku di suruh untuk memasak dan mencuci pakaian.

"Vanesa kamu keluar, aku membukakan tali tambang karema aku menyuruh kamu memasak dan mencuci," titah Ibu dengan tersenyum.

Ibu sangat jahat sekali, padahal aku belum stabil aku masih sangat sakit sekali. Aku harus mencuci dan memasak untuk keluargaku.

Usaha dan kerja kerasku seakan tak ada hasilnya, Ibu selalu memarahi aku jika aku lelet. Padahal badanku sangat sakit sekali melepuh dan memerah semua.

"Kamu gimana Lelet sekali, kalau memasak dan mencuci pakaian harus cepat. Karena kamu lelet untuk makan kamu makan Nasi dan kerupuk saja," titah Ibu dengan sangat judes sekali.

"Baik Ibu, terima kasih Ibu. Aku makan dulu," ucapku dengan menitikan air mata.

Aku nggak apa-apa hanya makan nasi dan kerupuk, asalkan aku dapat makan.

Walau pun keluarga aku makan enak dan banyak.

"Kamu sudah makannya kan, kamu langsung ikut aku. Sekarang kamu tidur saja di sini karena kamu masih di hukum," ucap Ibu sebelum pergi dari kamarku.

Bersambung.

avataravatar
Next chapter