webnovel

Nian Kecil, Lama Tidak Bertemu

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Gu Shinian tertegun dan buru-buru menepis tangan Qin Munchen, "Aku baik-baik saja. Sakit. Sungguh ... sakit."

Bagaimana jika Qin Muchen menyelidiki dan mencari tahu tentangnya?

Setelah melakukan beberapa pemeriksaan dan tidak mendapati keadaan yang serius, sang dokter baru diperbolehkan pergi.

Suasana di kantor kembali tenang.

Qin Muchen kemudian bertanya, "Ada urusan apa kau mencariku?"

Gu Shinian ingat tujuannya datang ke tempat itu. Dia mengeluarkan kartu dari tasnya dan mengembalikannya, "Aku tidak menginginkannya."

"Bukankah kau tidak punya uang?" Qin Muchen mengerutkan kening dan menanggapinya dengan tidak begitu senang. 

Gu Shinian menutup rapat bibir bawahnya, "Bukan seperti itu ... Aku tidak menjual diriku."

Seusai mereka tidur bersama, Qin Muchen memberikan Gu Shinian kartu platinum itu.

Apa maksudnya?

Qin Muchen mencibir, "Menjual diri? Bukankan kau yang berinisiatif untuk menjual dirimu?"

Itu juga karena di paksa olehmu!

Gu Shinian terbakar amarah, "Bagaimanapun, aku tidak menginginkannya."

"Terserah padamu saja."

Qin Muchen sedikit mengangkat dagunya, "Jika kau tidak menginginkannya, maka buang saja. Aku tidak akan pernah mengambil kembali barang yang sudah aku berikan."

Tuk. Sebuah pematik api dilemparkan ke depan Gu Shinian.

"Jika kau tidak mau, maka bakar saja."

"..."

Bakar saja!

Gu Shinian ragu.

Dia menatap kartu platinum itu dengan bimbang. Di dalamnya pasti tersimpan banyak uang.

Gu Shinin bertanya dengan ragu-ragu, "Ada berapa banyak uang di dalamnya?"

"Aku tidak tahu." Qin Muchen bahkan tidak memikirkannya dan menjawab, "Mungkin ada sekitar beberapa ratus juta."

Ratusan juta? Ia memintaku untuk membakarnya? 

Gu Shinian menelan ludah dan segera tersadar.

"Aku baru saja menjual diriku, dan itu terlalu mahal."

Sekarang, giliran Qin Muchen yang terdiam.

Mengapa wanita ini sangat sulit dimengerti!

Qin Muchen melirik orang di sampingnya.

Gu Shinian memegang kartu itu, dan wajahnya begitu kusut. Pipi sampingnya yang tampak bengkak itu terlihat sangat lucu. Matanya yang melebar semakin menambah kelucuannya. 

Tetapi Qin Muchen tidak bisa tertawa.

Qin Muchen tidak tahu mengapa semua orang yang melihatnya selalu ingin meneriaki dan menindasnya. Muncul rasa tidak nyaman di hati Qin Muchen. Ia diam-diam mulai gelisah. Kegelisahannya menghantui perasaannya. 

Wajah Qin Muchen begitu kaku. Ia berkata pada dirinya sendiri, karena dia adalah Gu Shinian!

Apa yang bagus dari dirinya? Penipu yang suka bersembunyi dan memainkan perasaan orang. Jadi jangan sampai tertipu lagi!

...

Menurut dokter, Gu Shinian belum dapat menggunakan kakinya untuk berjalan sementara waktu ini. Jadi, dia dijemput oleh sopir untuk kembali ke rumah keluarga Qin. Alasan yang Qin Muchen gunakan sangat kuat. Ia tidak ingin ibu dari anak-anaknya kelak tidak mempunyai kaki. Gu Shinian tidak mengerti maksud Qin Muchen. Tidak bisakah bayi yang sehat dilahirkan dari seorang ibu yang tangan dan kakinya patah?

Selain itu, Gu Shinian tidak mungkin bisa melahirkan.

"Ah."

Gu Shinian mengacak-acak rambutnya dengan gelisah dan menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur. Dia berbaring di tempat tidur sambil memikirkan caranya untuk kabur. Dia tidak mungkin melahirkan seorang anak. Qin Muchen juga tidak mengatakan kapan ia menginginkan seorang anak. Kapan hubungan mereka berdua akan berakhir?

Gu Shinian menghela napas panjang, dan ponsel yang dia tinggalkan di ujung tempat tidur seketika berdering. Gu Shinian terlalu malas untuk bangun. Oleh karena itu, dia mengulurkan tangan dan meraba-raba di tempat tidur hingga akhirnya dia mendapatkan ponselnya. Dia segera menjawab teleponnya.

"Halo."

Di ujung lain telepon, hanya terdengar suara napas yang begitu pendek. Gu Shinian bergumam kebingungan. Dia bergegas duduk dan menggoyangkan ponselnya dengan penasaran, "Mengapa tidak ada suara? Apakah ponsel ini rusak?"

Terdengar suara tawa pelan di telepon. Suaranya sangat rendah, tetapi sangat seksi dan jernih.

Gu Shinian bingung, dan lelaki itu berbisik seperti seorang kekasih lama, "Nian Kecil, lama tidak bertemu."

Next chapter