1 Bab 1 Tekad untuk pergi menghindar

Sore itu di tengah hiruk pikuk sebuah stasiun di kota Jakarta. Seorang gadis dengan perawakan yang tidak begitu tinggi tengah mencari kursi tunggu penumpang kereta api yang kosong. Di peron 1 gadis itu akhirnya duduk di sebuah kursi besi yg memang di sediakan disana. Disandarkan punggungnya dengan helaan nafas yang tampak begitu berat. Tak tampak bawaan yang banyak seperti penumpang lainnya, gadis itu hanya membawa sebuah tas ransel yang ia gendong di depan menutupi dadanya. Rambut nya yang sepundak ia biarkan tergerai lurus.

Di telapak tangan kanannya tampak ia sedang memegang selembar tiket dan selembar kartu undangan berwarna merah muda. Mata nya yang sendu menatap nanar ke arah kartu undangan yang terukir nama Ardiansyah, nama kekasihnya sekaligus tunangannya.

Gadis itu tidak pernah menyangka kalau pemuda yang ia cintai sejak kecil telah mengkhianatinya. Dan lebih sakit lagi, pemuda itu mengkhianati gadis dengan paras yang begitu manis ini dengan adik tiri gadis itu sendiri.

Dan tanpa sadar mata yg indah itu mengeluarkan bulir air bening yang jatuh menetes di atas kartu undangan pernikahan milik kekasihnya.

Karena undangan pernikahan ini lah yang membuat gadis itu memiliki tekad untuk pergi menghindar dari orang yang ia cintai. Untuk selamanya. Karena ia tidak ingin merusak kebahagiaan adik tirinya.

Saat gadis itu tengah merenungi kisah cinta nya tiba-tiba kakinya yang menjulur hampir membuat jatuh seorang pemuda yang tengah menarik sebuah koper berwarna merah.

"Oh...maaf. Saya hampir membuat anda terjatuh." ucap gadis itu sambil menekuk lututnya agar kakinya tidak menghalangi jalan pemuda itu.

"Tidak masalah. Saya yang kurang berhati-hati. Boleh saya ikut duduk di kursi sebelah anda?"tanya pemuda itu sambil melirik kursi kosong di sebelah gadis itu.

"Ya silahkan." jawab gadis itu sambil menggeser duduknya ke tepi kursi.

"Terima kasih." ucap pemuda itu dengan sopan sambil tersenyum.

Pemuda itu melirik ke arah gadis yang tengah duduk di sebelahnya. Dan ia melihat tatapan kosong dari gadis itu.

Saat ia ingin menanyakan tujuan kereta api yang akan gadis itu tumpangi. Pemuda itu langsung mengurungkan niatnya saat melihat buliran air mata yang mengalir di pipi halus gadis itu. Pemuda itu langsung merogoh saku kemejanya dan mengulurkan sapu tangan krem dengan ukiran batik di sekeliling tepian sapu tangan tersebut. Gadis itu menoleh ke arah pemilik tangan yang mengulurkan sapu tangan kepada nya. Dan pada saat itu pandangan mata mereka bertemu. Dan pemuda itu langsung memberikan senyumnya yang tulus.

"Kamu bisa pakai sapu tangan ini untuk mengelap airmata itu."

"Terima kasih." jawab gadis itu sambil tersenyum dan memperlihatkan 2 lesung pipit di pipinya dan itu menambah kecantikan wajahnya yang terlihat manis. Gadis itu mengambil sapu tangan tersebut dan segera menyeka airmatanya.

avataravatar
Next chapter