webnovel

Bab 1: Simulasi Cinta

Apakah ini takdir? Atau hanya sekedar kebetulan? Entah kenapa kebetulan ini sungguh sangat terasa aneh.

***

Pagi yang khas di penghujung minggu. Suasana dalam pasar swalayan sangat ramai oleh para pengunjung. Sederet orang terlihat sibuk mengitari deretan rak bersama troli dan keranjang bawaan mereka. Semburat wajah ceria begitu kentara pada beberapa pasang mata yang tengah merapat ke barisan barang diskonan.

Berbeda halnya dengan Kanaya. Perempuan 25 tahun itu terlihat menghela nafas beberapa kali sambil mendorong troli belanjaan. Ia tengah menyisir jejeran rak yang berisi makanan ringan. Pipinya yang tembem nan imut sedikit menampakkan raut muram. Sesuatu yang rumit memang tengah mengusik pikiran pemilik rambut kuncir panjang tersebut.

"Mesra sekali mereka, aku jadi iri." Kanaya bergumam dalam hati, dengan lengkungan senyum nyaris tidak terlihat.

Baru saja perempuan berkulit kuning langsat itu melewati sepasang suami-istri muda, tengah merapat ke arah rak etalase di jalur kanan. Mereka tampak begitu harmonis. Sang suami membawa troli belanjaan dengan setumpuk kebutuhan rumah tangga, sementara istrinya memegang daftar belanjaan sambil meneliti barisan produk yang akan diambil. Benar-benar sebuah pemandangan yang mengusik mata seorang lajang seperti dirinya.

"Andai saja bisa bertemu lagi, mungkin…" Kanaya segera menggelengkan kepala cepat, membuang jauh-jauh pikiran anehnya. Ia terus menyorong troli ke lorong yang terdapat berbagai aneka roti dan selai.

Dari kejauhan manik pekatnya tertuju pada barisan rak bertuliskan potongan harga yang cukup mencolok. Kanaya lalu menghentikan langkah, memperhatikan barang yang berjejeran di etalase dengan tatapan menilai. Hanya beberapa saat sebelum fokusnya teralih. Tiba-tiba saja bayangan seseorang muncul di atas deretan roti dan menatap ke arahnya dengan senyuman yang begitu mempesona.

"Ah, wajah ini. Tolong jangan muncul sekarang!" Kanaya berdialog sendiri dengan pikirannya. Sering kali ia melakukan hal serupa dalam beberapa minggu terakhir. Tepat sejak dirinya bertemu dengan sosok lelaki yang cukup rumit.

Kanaya menghela nafas sejenak, sebelum menjatuhkan pilihan. Saat tangannya terulur pada salah satu roti di rak etalase, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Tiba-tiba saja ada tangan lain muncul dan berada tepat di atas punggung tangannya. Sontak kening Kanaya mengkerut, dengan spontan memalingkan wajah menoleh ke arah si pemilik tangan. Detik itu juga matanya terbelalak kaget.

Tinggi, tampan, wajah bersih dengan tahi lalat mungil di bagian dagu kanan. Meski memakai kacamata, tatapan kaget lelaki itu mampu menembus lensa bening yang bertengger di hidung mancungnya. Kanaya yakin mereka baru pertama kali bertemu, tapi entah kenapa ada perasaan sensasi aneh yang menyusup di dada.

"Ya, Tuhan. Apakah dia benar-benar nyata?" Kanaya bermonolog dalam hati, lelaki tersebut mengingatkannya pada sosok yang telah ia temui hari itu.

***

Tiga minggu yang lalu....

"Undangan, lagi?" celetuk Kanaya saat sedang melakukan video call dengan sahabatnya, Mela. "Siapa lagi yang mau nikah kali ini?"

"Erina, teman SD sekaligus anak wali kita waktu SMA. Kamu masih ingat, kan?" ucap Mela di balik layar ponsel, lalu segera di-Iyakan oleh Kanaya. "Kebetulan calon suaminya alumni kampus angkatan kita, si Ozy. Kamu wajib datang, ya! Harus pokoknya. Sekalian kita reuni kecil-kecilan di sana."

Kanaya menautkan alisnya, seakan menimbang-nimbang jawaban dari pertanyaan tersebut. Ia tipe malas gerak jika ikut acara undangan pernikahan teman alumni, apalagi dengan yang tidak terlalu akrab. Lalu, ia putuskan untuk menunda jawaban dan percakapan mereka berlanjut dengan topik random. Mengingat jarang-jarang mereka bisa saling telponan karena disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Selang setengah jam kemudian, Kanaya memulai topik serius dengan sebuah pertanyaan yang sukses membuat Mela melongo.

"Apakah menurutmu aku normal, Mel?" ucap Kanaya, saat mempertanyakan tentang keanehan dirinya yang cukup sulit untuk tertarik pada lawan jenis. Dalam artian tidak memiliki hasrat untuk berpacaran. Secara umum ia lebih tertarik dengan karakter cowok dua dimensi atau aktor layar kaca. Akibat 'kelainan' itu Kanaya merasa kesulitan untuk menjalin hubungan asmara dengan lelaki di dunia nyata.

Mela tertawa. "Itu kan bagus! Berarti kamu tipe wanita setia untuk lelaki yang tepat. Sangat langka loh tipe orang seperti kamu ini, kalau bisa aku mau banget gantiin posisi kamu." serunya penuh semangat, yang entah kenapa jawaban itu kurang memuaskan bagi Kanaya. Hingga akhirnya, percakapan mereka kembali ke topik random yang berujung pada candaan.

Usai sambungan video berakhir, Kanaya langsung membuka situs pencari informasi di internet. Ia mengetik beberapa kata kunci untuk mengatasi rasa penasarannya. Dalam hitungan detik sederet hasil pencarian muncul. Tetapi Kanaya malah tertarik dengan judul penelusuran populer yang sering dicari oleh pengguna situs.

Simulasi cinta, Kanaya langsung menekan judul kata kunci tersebut. Lalu membawanya ke deretan hasil pencarian yang membuat dahinya mengernyit. Hasil dari topik berkaitan, membahas tentang game yang terdengar asing di telinga.

"Otome game?" gumam Kanaya, masih dengan dahi mengerut.

Tidak berlangsung lama ekspresinya seketika berubah. Perempuan itu termangut-mangut sambil membaca penjelasan tentang otome game. Sejenis game simulator yang bertujuan untuk mengembangkan hubungan romantis antara karakter wanita dan pria. Kanaya menyimpulkan sendiri bahwa permainan ini cocok untuk mengatasi masalahnya.

***

Malam harinya, Kanaya masih memandangi layar ponsel. Membaca komik online lewat aplikasi sebelum tidur. Tetapi tidak seperti biasa, ia selesai lebih awal karena beberapa judul komik favoritnya masih belum update.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat. Mata belum juga mengantuk untuk diajak tidur. Kanaya yang masih memegang ponsel mulai menggeser-geser permukaan layar. Otaknya seolah memberitahu akan sesuatu, mengarahkan jari telunjuk untuk segera membuka aplikasi chat berwarna hijau. Persis seperti dugaannya, ia langsung disambut oleh rentetan pesan chat yang sebagian besar dari anggota grup Pecinta Dunia Halu.

[Guys, sudah pernah dengar tentang otome game? Rekomendasi dong game mana yang menurut kalian paling keren. Bagi yang pernah main ya.] Postingan Kanaya di grup itu tadi sore.

[Wah, Kak Keny mau main game itu juga.] Tulis seseakun. Keny adalah julukan Kanaya di grup komunitas karena nama ID profilnya adalah KNY.

[Jangan coba-coba main kalau punya pacar, efeknya nagih kebangetan sampai dikira nikung beneran.] Respon akun lain, lalu dibalas candaan oleh anggota grup. Senyum Kanaya tidak kalah melebar membaca ragam komentar mereka.

[Baru rencana say. Eh, sudah dengar kalau komik Seiras ada versi otome game-nya? Kebayang ngak sih bisa ngedate sama Retto.] Tulis akun bergambar karakter cowok tampan 2D.

[Ah, yang benar?] balas Kanaya, masih setengah tak percaya jika karakter favoritnya menjadi 'pacar simulator'.

Di tengah keasyikan menyimak dan merespon obrolan seru di grup, tiba-tiba notifikasi pesan chat lain muncul. Seseorang baru saja mengirimkan pesan chat pribadi, merespon pertanyaan serupa. Yang entah kenapa balasan pesan tersebut terkesan berbeda sepanjang Kanaya mengenalnya.