webnovel

Penyesalan dari Hati Nizam

Nafas Nizam masih memburu ketika Ia menggulirkan tubuhnya kesamping tubuh Alena. badannya sangat letih luar biasa. Keringat masih menetes membasahi tubuhnya. Tapi kemudian Ia langsung meloncat bangun. Bagai terbangun dari mimpi buruk. Wajah Nizam menjadi pucat pasi. Dengan nanar Ia memandang Alena yang terbaring tidak berdaya. Ia melihat tubuh cantik Alena seakan habis dilanda angin topan. Dari mulai wajahnya yang pucat pasi dengan mata bengkak. Tubuh yang basah oleh keringat dengan bekas gigitan disana sini. Dan terakhir yang membuat Nizam begitu shock adalah darah yang mengalir membasahi sprei yang putih.

Nizam seketika berteriak. "Dokter!!!..Pelayan!! Kasim!!" Nizam memanggil semua orang dengan serampangan. Tubuhnya menggigil membayangkan apa yang sudah terjadi. Bagaimana bisa tingkahnya menjadi seperti iblis yang tidak beradab dan sangat kejam terhadap orang yang sangat Ia cintai. Para pelayan, perawat,dokter wanita dan Kasim langsung memasuki kamar dengan gerakan teratur.

Kasim langsung meminta pelayan untuk membawakan pakaian Nizam. Nizam berdiri saat pelayan memakaikan pakaian ke tubuhnya yang telanjang. Ia lalu dibawa untuk duduk di sofa yang empuk.

"A.. Alena..a..apa yang terjadi, A..Pakah Ia akan baik-baik saja?" Nizam berkata terbata-bata. Seumur hidupnya baru kali ini Ia merasa sebagai seorang pecundang besar. Nizam menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Seorang Kasim langsung meminta pelayan yang membawa berbagai macam makanan dan minuman untuk mendekat. Kasim mengambil segelas air putih.

"Mari yang Mulia, minum saja dulu" Kasim memberikan gelas air putihnya. Lalu Ia menenggaknya sekaligus. Tenggorokannya terasa kering. Ia lalu menunjuk segelas air jeruk. Pelayan segera mengambil gelas berisi air jeruk itu lalu memberikannya pada Nizam. Nizam kemudian kembali meminumnya sampai habis. Ia lalu bangkit hendak menghampiri Alena.

"Yang Mulia Putri Alena sudah berada ditangan yang tepat. Kami janji tidak akan terjadi apa-apa dengan Tuan Putri. Sekarang marilah kita ke kamar yang mulia untuk beristirahat. Bukankah besok masih ada acara yang harus diselesaikan."

Nizam terdiam sepintas Ia melihat para perawat dan dokter menangani Alena. Ia ingin sekali mendampingi Alena tapi Kasim bersikeras melarang. "Yang Mulia tidak bisa beristirahat dengan baik kalau berada disini. Lagipula akan menyulitkan kami didalam bertindak."

Nizam tidak menjawab Ia masih seperti orang linglung.

"Besok akan kami antarkan Yang Mulia bisa menemui Putri Alena."

Akhirnya Nizam bersedia keluar dari kamar pengantin. Ketika Ia melangkah gotai. Ia melihat Cynthia yang bersandar ditiang depan kamar. Wajahnya terlihat pucat pasi. Ia jelas mendengar jeritan Alena sepanjang disakiti oleh Nizam. Sama seperti Ratu Sabrina Ia ingin sekali menghentikan tingkah Nizam tapi Ia sungguh tidak berdaya. Ketika Nizam keluar dari Kamar, Cynthia hanya menatap dengan tatapan kosong ke depan. Nizam berhenti di depan Cynthia sebelum Ia menaiki tandunya.

"Maafkan Aku Cynthia, I'm a loser. Aku sudah menyakiti sahabatmu"

Cynthia tidak menjawab Ia hanya menganggukan kepala memberi hormat badannya membungkuk dengan begitu rendah dihadapan Nizam. Sikap Cynthia semakin membuat hatinya terluka. Cynthia jelas menunjukkan sikap seperti menyalahkan nya. Bahwa Nizam adalah seorang calon raja jadi Ia berhak melakukan apa saja termasuk menyakiti Istrinya sendiri.

Nizam tidak berkata apa-apa lagi Ia langsung menaiki tandunya dan beberapa pelayan laki-laki langsung mengangkatnya menuju kamar Nizam. Didalam kamar sudah tersedia berbagai macam hidangan makanan yang sengaja disiapkan untuk bersantap seusai melaksanakan malam pertama. Para pelayan juga berjajar menunggu perintah untuk melayani Nizam.

Ali dan Fuad yang menunggu Nizam bertanya-tanya dalam hati. Wajah Nizam terlihat sangat letih dan kusut. Ia tidak seperti habis melakukan hal yang membahagiakan. Wajahnya muram melebihi saat bermalam dengan putri Reina. Ali dan Fuad hanya membungkuk memberi hormat ketika Nizam masuk. Tidak lama kemudian Mereka mendengar suara gelas dan piring berjatuhan dari atas meja bulat tempat makanan berada. Para pelayan langsung terpekik kaget mereka melihat Nizam menarik tepi taplak meja lalu dengan sekali hentakan Ia membuat semua makanan di atas meja tertumpah ruah kebawah meja.

Ali dan Fuad tergesa masuk kamar mereka terkejut melihat makanan berhamburan di bawah, gelas dan piring kristal antik itu pecah berserakan di bawah. Ali dan Fuad tidak berani berkomentar apapun. Nizam berjalan menuju tempat tidurnya tapi kemudian Ia membalikkan lagi badannya dan dengan gerakan cepat Nizam menendang meja bundar sampai meja itu terbang dan menghantam sebuah TV didepan sofa. TV layar datar itu langsung pecah terberai bahkan hampir saja Ali terkena pecahan kaca yang terbang terkena hantaman meja.

Wajah Nizam beku bagai puncak gunung es. Ia kembali membalikkan badannya. Berjalan dengan gontai lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Tertidur dengan lelap.

Para pelayan segera membereskan barang-barang yang berserakan dengan perasaan diliputi ketidakmengertian. Mereka merasa bahwa perayaan pernikahan putri Alena dan pangeran Nizam begitu sempurna. Tapi mengapa jadi seperti ini. Apa yang sebenarnya telah terjadi.

****

Cynthia baru berani masuk ke dalam kamar Alena setelah diberi tahu bahwa Alena sudah tertangani dengan baik. Robekannya sudah dijahit dan Ia sudah diberi suntikan pemenang. Tubuh Alena juga sudah dibersihkan. Sprei yang penuh noda darah sudah dibawa untuk kemudian diserahkan ke Mak Andam. Cynthia kembali duduk di samping Alena. Ia merenungkan apa yang sebenarnya terjadi. Lalu Ia kembali mengeluh.

"Sampai kapan Kamu menderita Alena. Bahkan dimalam pertama yang seharusnya menjadi malam yang membahagiakan malah menjadi malam yang mengerikan." Cynthia mengguman sambil mengelus tangan Alena yang sedikit membiru. Kemungkinan tadi Nizam mencekal tangan Alena terlalu keras sehingga menjadi biru.

Siapapun tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi pada Nizam. Kenapa Nizam bertingkah begitu kejam. Mengapa Nizam menjadi benar-benar gila dimalam pertamanya? Pada dasarnya Nizamn tidak mengerti sama sekali cara berhubungan seks yang baik dan benar. Itulah, kalau setiap hari yang dibacanya hanya buku-buku materi kuliah. Seumur hidupnya Ia tidak pernah berhubungan dengan wanita.

Ia juga tidak pernah belajar tentang pelajaran seksual yang biasanya diberikan oleh para Kasim senior. Menurutnya seks bisa dilakukan secara naluriah. Jadi kenapa Ia harus membuang waktunya yang paling berharga dengan mempelajari hal-hal yang dianggapnya tidak penting. Nizam hanya fokus terhadap pelajaran kuliahnya dan politik kenegaraan. Mana Ia tahu kalau malam pertama haruslah ada foreplay yang cukup agar hubungan berjalan lancar. Ia melakukan semua sesuai nalurinya sebagai laki-laki.

Selama berhubungan dengan Alena, Alena selalu menggodanya hingga Ia terus menerus menyimpan hasratnya dalam hati. Malam ini hasrat yang tertimbun hampir selama satu tahun meledak karena tarikan picu yang disebabkan rasa panik Ia harus meneteskan darah kesucian Alena. Akhirnya Ia jadi bertingkah bagai mahkluk primitif yang tidak memiliki akal sehat. Ia menyerang Istrinya secara membabi buta. Luapan emosi dan hasrat yang terpendam akhirnya menyembur tanpa bisa Nizam kendalikan lagi. Dan Alena menjadi orang yang tepat disaat yang tidak tepat. Mungkin Ia terkena hukuman karena selama ini Ia selalu menggoda Nizam secara fisik dan mental.