webnovel

pingitan atau dicuekin?

Sepanjang perjalanan menuju ke yogyakarta, Mas Abi sibuk berdiskusi dengan Mas Ario masalah pekerjaan. Dia benar-benar tidak peduli dengan keadaan sekitarnya dan bekerja dengan penuh fokus sampai akhirnya kita tiba di bandara yogyakarta International Airport.

Mas Abi dan mama memanggil petugas porter untuk mengambil barang bawaan kami sebelum dia pergi dengan Ario setelah mencium ke dua tangan orang tuaku. Dia melenggang keluar dari airport berdua.

Aku benar-benar seperti kambing cengok dibuatnya. Suamiku sendiri meninggalkan ku dan pergi tanpa berbicara apapun. Ingin rasanya aku balik dan kembali ke Jakarta tanpa harus memikirkan orang aneh tersebut. Bella menyadari perubahan ekspresiku dan segera memelukku.

"Menyesal?" tanyanya mengodaku.

"Lihat saja nanti. Sebelum dia minta maaf kepadaku, maka our married is off, mate," kataku pada Bella sambil bermuka cemberut.

"Ayo nduk. Acara kita sudah penuh sampai besok lusa," mama mendorongku keluar dan diikuti oleh porter yang di hire oleh Mas Abi. Di area penjemputan di luar airport, Pak Sidik sudah berdiri di sebelah mobil Alphard hitam.

Setelah dia menyapa papa dan mama dengan sopan dan membantu para porter untuk memasukkan koper ke dalam mobil. Aku duduk di bagian belakang dan kedua orang tuaku duduk di bagian tengah mobil.

Kami menembus kemacetan kota Yogayakarta menuju kediaman kakek di daerah Gondomanan. Aku benar-benar menikmati pemandangan yang berbeda dengan Australia. Pemandangan yang dirindukan dan dinantikannya. Mereka sudah sampai di rumah tua yang masih di area dalam kota Yogyakarta. Tenda sudah berdiri dan dekorasi sudah mulai disiapkan.

"Ras, kamu mandi terus di dandani ya untuk pengajian nanti sore. Papa mau siap-siap untuk pemasangan bleketepe," Mama memerintahkan padaku dan Bella yang segera turun dan menemaniku ke kamarku yang berubah dengan semua persiapan pernikahanku.

"Bell, nanti malam keluar yuks?" tanyaku pada Bella dari atas kasur.

"Mandi terus ada orang datang untuk make up. Ingat kamu itu sudah masuk di pinggit sekarang. Kamu ga boleh kemana-mana," timpal Bella padanya.

"terus kamu mau ke mana?" tanyaku pada nya.

"Pulang ke kamar hotel mas Ario lah. Nanti aku datang aga sorean waktu pengajian," jawab Bella padaku dan pergi meninggalkan dia sendirian di kamar. Aku bergulang guling di atas kasur sebelum memutuskan untuk mandi sebelum orang make-up datang kemari. Tetapi aku juga memutuskan untuk keluar nanti malam berburu kuliner malam tanpa orang tahu.

Aku keluar dengan rambut basah dan celana pendekku dengan kaos tank top. Segera ku belari ke arah garasi untuk menenggok sepeda motor kesayanganku sebelum aku mendengar suara batuk di belakangku.

"Kamu itu ga bisa jaga diri ya!" suara dingin Mas Abi seperti menegurku dari belakang tengkukku dan segera membungkusku dengan hem yang dipakainya.

"Mas, aku kan dipingit dan kamu juga. Ngapain kamu disini? Bukannya kita ga boleh ketemuan," jawabku dengan dingin kepadanya tetapi membungkus tubuhku dengan baju hemnya. Aku bisa melihat tubuh berotot suamiku dengan kaos putih dalamnya dan celana panjang kain.

"Aku mampir mengambil koperku dan beberapa pertanyaan kepada mama. Kamu ini tinggal di indonesia dan bukan di Autralia lagi. Kamu harus berpikir soal busanamu sebagai istri seorang raden Mas," timpal Mas Abi dengan dinginnya.

"Lalu? Aku kan di rumah mas bukan mau ke masjid. Udahlah capek ngomong ma kamu Mas," aku melepas baju atasannya yang tadinya kupakai dan melemparkannya ke arahnya. Aku berjalan balik ke dalam kamarku untuk mengeringkan rambutku ketika kudengar suara pintu di buka dan ditutup. Kudengar juga suara pintu kamar dikunci dari dalam kamar mandi.

"kamu itu ga bisa sekali-kali mendengarkan suamimu!" hardik Mas Abi kepadaku yang membuatku sedikit takut.

"Mas, kenapa sih masuk kamar terus marah-marah ke aku? Mas ga lihat aku Cuma mau ngecek sesuatu di garasi dan langsung masuk ke kamar. Lagipula, aku kan ga telanjang bulat seperti ini waktu aku keluar kamar," aku melepaskan tank top ku di depannya dan meninggalkan hanya bra berenda warna putih. Kebetulan aku harus menganti baju dengan busana untuk pengajian.

Next chapter