1 MALAM HARI

So dark is the night

With things crawling around.

Noises come and fight

With your mind with out a doubt.

Footsteps are heard wherever you are

It does not matter if they are far.

-A scary night, by: Ivette Coranado-

***

Beratus- ratus tahun kemudian.

Raine kecil sedang di nina- bobokan di atas ranjangnya oleh ibunya dengan sebuah cerita pengantar tidur. Helaian rambutnya yang ikal dan hitam seperti tinta, menyebar di atas bantal. Bibirnya yang kecil membentuk sebuah kuapan lucu dan matanya mengerjap dalam usahanya untuk melawan kantuk.

Raine masih ingin mendengar suara ibunya, tapi rasa kantuk ini semakin tidak tertahankan.

Raine Tatum adalah seorang gadis kecil berusia delapan tahun yang dua hari lagi akan segera berusia Sembilan tahun. Dia sangat antusias dengan pesta ulang tahunnya nanti yang telah di rencanakan oleh ibu dan ayahnya.

"Selamat malam, Raine…" Ibunya mencium kening Raine sebelum dia berdiri dan mematikan lampu sementara dia berjalan keluar dari kamar.

"Selamat malam, mama…" Raine berkata, memeluk boneka teddy bear- nya. Detik berikutnya gadis kecil itu telah jatuh ke dalam mimpi yang indah.

Sementara itu, malam begitu hening, terlalu hening…

Kegelapan yang pekat terasa seperti kabut yang menyelubungi Raine. Dia terbangun ketika menyadari ada sebuah tangan yang dingin menyentuh kakinya.

Raine mencoba untuk tidak mengindahkan itu dan kembali tidur, berpikir kalau itu hanyalah sebuah mimpi.

Tetapi, cengkeraman itu menguat, rasa dingin mulai menjalar ke sekujur tubuhnya. Ada sesuatu bermata merah yang merayap di atas tubuhnya.

Tempat dimana seharusnya rongga mulut berada, tergantikan oleh lubang gelap dengan dikelilingi gigi- gigi yang tajam di sekitar mulutnya.

Tangan dinginnya bergerak dari kaki Raine menuju lehernya dengan tujuan untuk mencekik gadis kecil itu.

Nafasnya yang panas menyapu wajah Raine, membuat gadis kecil tersebut amat ketakutan.

Dalam keterkejutannya, dia bahkan tidak dapat bernafas, apalagi berteriak untuk meminta pertolongan. Seluruh tubuhnya gemetar tanpa bisa dikendalikan.

Udara terisap keluar dari paru- parunya, membuatnya sulit bernafas. Raine tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi rasa sakit karena kekurangan oksigen membuatnya tidak nyaman. Tubuh Raine mengejang, mulai memberikan reaksi.

Raine mecoba untuk menendang 'makhluk mengerikan' yang tengah mencekiknya, tapi usahanya sia- sia belaka.

Ketika dia menyadari pandangannya telah menjadi kabur dan kegelapan mulai menariknya menjauh dari cahaya, pintu kamarnya menghempas terbuka bersamaan dengan suara pria yang terdengar kasar dan bernada tinggi.

"Berhenti!" dia berteriak.

Makhluk bermata merah itu menjauh dan melepaskan gadis kecil yang dicekiknya

Raine mengambil kesempatan ini untuk bernafas dengan keras seraya tubuhnya jatuh ke lantai dengan rasa sakit yang sangat.

"Mama…" Raine berhasil memanggil ibunya dengan suara yang lemah. "Mama…" dia memanggil ibunya lagi diantara isakannya. Namun, suara kecilnya tidak lebih keras dari hanya sekedar bisikan.

Raine mengangkat kepalanya perlahan untuk melihat pada pria yang tengah berdiri di ambang pintu kamar.

Pria itu mengenakan sweater hitam dan jeans sobek- sobek, rambutnya yang panjang terikat di belakang kepalanya, dan senyumnya itu…

Senyumnya sangatlah keji, menunjukkan taringnya yang memanjang dari gusinya. Raine terkesiap dengan suara yang keras sebelum dia menangis tersedu- sedu.

"Diam!" pria itu berteriak.

Raine sangat ketakutan dan tangisannya justru semakin keras, memanggil ibunya. "Mama… mama…"

"DIAM!" pria itu meraung. Tangan tangannya menghantam meja sudut dan meja tersebut hancur berkeping- keping.

Gadis kecil itu tersedak dalam isakannya dan mulai merangkak mundur ke bawah kasur, Raine meringkuk disana dalam ketakutan.

"Beralih!" Pria itu memerintahkan makhluk bermata merah itu untuk berubah.

Dengan bersungut- sungut, tubuh makhluk itu bergetar dengan aneh dan jari- jarinya yang dingin susut kembali ke bentuk dan ukuran manusia normal.

Lubang di wajahnya tergantikan dengan bibir yang melengkung, membentuk sebuah senyuman picik dan tubuhnya berubah kembali menjadi manusia, tanpa baju. Satu- satunya yang tersisa adalah mata merahnya.

"Kenapa kamu menghentikanku?" dia bertanya. Pria bermata merah itu dengan sengaja duduk di atas kasur yang membuat kasur itu membenam ke bawah karena masa tubuhnya dan Raine yang meringkuk di dasarnya berjengit dan berteriak pelan. "Dia adalah gadis yang Lucifer telah cari selama ber abad- abad."

"Bagaimana kamu tahu kalau itu dia?" pria yang masih berdiri di ambang pintu memicingkan matanya dengan berbahaya kepada pria di hadapannya yang mengedikkan bahunya seraya berkata.

"Dia mampu melihatku saat aku berada dalam bentuk monsterku."

Faktanya, tidak ada manusia biasa yang mampu melihat shape- shifter(4) dalam wujud monster mereka, maka dari itu, Raine tidak seharusnya dapat melihat dia tadi, tapi gadis kecil itu mampu. Gadis kecil itu melihat dengan sangat jelas.

Mata pria kedua itu menjadi keruh seraya dia mengusap dagunya. "Kita akan membawanya kepada Beelzebub hidup- hidup."

Ketika dia berhenti berbicara, suara tawa yang mengerikan terdengar mengisi ruangan dari pria bermata merah. Kasur yang dia duduki bergetar oleh suaranya dan Raine merintih ketakutan.

"Tidakkah kamu mendengarku? Aku bilang; aku akan membawa mayat gadis kecil ini kepada Lucifer." Tangannya kembali berubah menjadi sebuah cakar yang mengancam di ujung jari- jemarinya.

"Shape shifter bodoh…" Pria itu bergumam dengan nada yang mengejek. "Aku menemukan dia lebih dulu dan aku akan mengambil hadiah dari Beelzebub."

Pria pertama telah benar- benar berubah kembali menjadi wujud monsternya ketika dia berteriak. "Kalau begitu, aku akan membiarkanmu merasakan kematian!" dan kemudian dia bergerak maju dengan tiba-tiba ke arah pria satunya.

Tidak lama berselang, keduanya terlibat dalam perkelahian sengit. Suara dari tulang yang hancur dan raungan mereka sungguh memekakkan telinga.

Raine menekan lututnya ke dada, memeluk kakinya dan membenamkan wajahnya diantara lutut. Tubuhnya gemetar tak terkendali dan teriakan penuh rasa sakit dari makhluk bermata merah itu tidak membantunya untuk merasa lebih baik.

Pada akhirnya, setelah lolongan panjang dan makian, semuanya menjadi hening.

Raine bergegas menjauh ketika pria yang tadi berdiri di ambang pintu mengangkat kasur di atasnya seolah kasur tersebut tidak memiliki massa.

"Kemari gadis nakal," dia berkata sambil terengah- engah. "Beelzebub harus membayarku dengan sangat mahal untuk ini." Pria itu meludahi tubuh yang sudah mati di atas lantai.

Pria bermata merah itu telah mati dengan darah menggenang di bawahnya.

***

Keterangan:

(4)shape shifter: Perubah bentuk.

avataravatar
Next chapter