webnovel

Cinta Sabrina

20+ Sabrina Anastasya Bramantio, gadis cantik berusia 23 tahun itu terpaksa harus menelan pil pahit secara bersamaan dalam hidupnya. Dia tidak pernah menyangka hidupnya akan hancur bagaikan pecahan kaca. Kehancurannya berawal dari kekasihnyanya Reyno Prasetiyo yang selama 3 tahun bersama, akhirnya malah menikahi adik tirinya, Cantika Zaipahusna. Hingga suatu hari, Reyno mengalami kecelakaan yang nyaris merenggut nyawa. Sialnya, Cantika menuduh Sabrina yang mencelakai Reyno, karena semua bukti-bukti mengarah padanya. Peristiwa itu terjadi begitu saja dan berhasil membawa Sabrina ke penjara atas dakwaan kelalaian. Siapa sangka, saat ia memulai kehidupan baru dengan menjadi asisten rumah tangga, di tempatnya bekerja dia menemukan sosok Azka Purnama Assegaf, putra dari majikannya. Wajah tampan dan sikap bijaksana yang dimiliki Azka, nyatanya berhasil menarik perhatian Sabrina. Pun sebaliknya. Azka juga perlahan mulai terkesan dengan sikap lugu Sabrina. Seiring berjalannya waktu, akhirnya mereka saling dekat dan mempunyai perasaan yang sama. Akan tetapi, hati Sabrina kembali dipatahkan, saat mengetahui bahwa Azka hendak dijodohkan dengan wanita pilihan orang tuanya. Sakit. Hatinya bak hancur berkeping-keping. Untuk yang kesekian kalinya Sabrina terjerembap ke dalam lubang lara. Bagaimana kelanjutan kisah Sabrina dan Azka? Akankah pada akhirnya perjodohan itu berjalan dengan mulus, hingga mereka bisa bersatu? Mampukah Sabrina membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah?

Miss_Pupu · Urban
Not enough ratings
292 Chs

Bab 15-Pertemuan Sabrina dengan Azka

Nazwa dan lelaki yang kerap di sapa Abang itu, duduk di kursi bambu berwarna coklat di depan rumah Nazwa.

"Dek! Kita udah dewasa Abang harap Adek memahami semua perhatian Abang selama ini," ucap Abang pada Nazwa.

"Trus maksudnya apa, Bang?" sahut Nazwa dengan nada datar.

"Rencananya besok lusa Abang mau membawa keluarga Abang kesini..," belum juga Abang menyelesaikan pembicaraan, tiba-tiba Nazwa memotongnya.

"Mau ngapain, Bang?" tukas Nazwa

"Dengerin dulu, Dek. Jangan di potong," ucap Abang.

"Hm iya iya," balas Nazwa.

"Besok lusa Abang dan keluarga hendak bertamu kesini niatnya mau melamar, Adek," tutur Abang yang seketika membuat bola mata Nazwa terbuka lebar.

"Apa!" Dengan menelan ludah Nazwa terkesiap mendengar tutur kata Abang. Ia tidak menyangka jika kebaikan yang selama ini di berikan ternyata menyimpan keinginan untuk meminangnya.

"Maaf ya, Bang. Besok Adek kabarin. Sekarang Abang pulang dulu ya," rayu Nazwa pada tamunya itu.

"Iya, Dek. Abang pulang dulu ya. Salamualaikum, Dek." Lelaki itu kemudian pergi melangkahkan kakinya menjauhi rumah Nazwa.

"Waalaikumsalam," jawab Nazwa yang seketika masuk ke dalam rumah dan segera mengunci pintu.

"Udah gila itu orang, tiba-tiba mau melamar. Emang Aku cewek yang mudah di sogok kali ya," gerutu Nazwa sesaat setelah mengunci pintu.

"Kenapa, Naz?' tanya Sabrina keheranan.

"Itu tuh Abang tukang perabotan. Masa bilang besok lusa mau melamar, mau bawa orang tuanya segala lagi udah gila bener!" geram Nazwa

"Terus Kamu terima?" tanya Sabrina seraya mengerutkan dahinya.

"Iya kali, Rin! Aduh Kamu ini. Kan besok kita mau kerja, kalo Aku kawin ya enggak jadi dong kerjanya!" ketus Nazwa.

"Naz! Enggak usah pikirin masalah kerja, kalo jodohmu udah datang. Aku bisa sendiri kok," saran Sabrina dengan lembut.

"Apaan sih, Rin. Aku belum ada niat. Apalagi sama Abang tukang perabotan. Aduh, geli deh. Aku enggak ada perasaan lebih," tukas Nazwa.

"Terus! Besok tetap mau kerja aja ni jadinya?" ejek Sabrina

"Iya dong! Wah ngajak berantem ni orang," canda Nazwa. Mereka berdua sampe tertawa terbahak-bahak membahas kisah Nazwa yang hendak di lamar Abang tukang perabotan.

***

Pagi ini langit mulai menebarkan cahayanya. Terlihat gadis yang mulai bangkit dari keterpurukanya tengah bersiap-siap hendak pergi memulai kehidupan yang baru menjadi Asisten Rumah Tangga.

"Bismillah! Mudah-mudahan ini yang terbaik buat kita ya," harap Nazwa pada Sabrina.

"Amin! Ayo berangkat," balas Sabrina.

Sesampainya di Rumah Bu Yeni, Ibu Majikan yang sangat ramah itu memperlihatkan semua bagian dan sudut-sudut yang ada di Rumah elit itu. Kemudian, Sabrina dan Nazwa bergegas memulai mengerjakan tugas pertama sampa selesai.

"Selesai juga ya, waktunya masak yuk," ajak Nazwa pada Sabrina seraya melangkahkan kakinya ke ruangan dapur untuk menyiapkan makan siang buat keluarga Bu Yeni.

"Hari ini masakannya beda, Mah. Siapa yang masak?" tanya Anak tunggal Bu Yeni yang siang ini pulang cepat dari kantornya dan menyantap makan siang bersama Bu Yeni di ruang makan.

"Oh iya Mamah belum cerita. Hari ini ada pembantu baru, bentar Mamah panggil ya," balas Bu Yeni yang seketika memanggil Sabrina da Nazwa untuk menghampiri.

"Sabrina, Nazwa! Perkenalkan ini Anak tunggal saya, Azka Purnama Assegaf. Panggil saja, Tuan Azka." Bu Yeni memperkenalkan Azka kepada asisten rumah tangganya.

Tiba-tiba Azka terpukau melihat wajah Sabrina yang sangat cantik dan natural, kulit putih dan rambut lurus membuat Azka seperti tak mampu mengedipkan matanya.

Namun, bukan hanya itu. Azka merasa jika ia pernah mengenal Sabrina sebelumnya akan tetapi ia tak bisa mengingat sejak kapan ia mengenalnya.

Sabrina yang tak kuasa melihat pandangan Azka seketika menundukan kepala dengan penuh rasa hormat terhadap majikan.

"Selamat siang, Tuan Muda. Jika butuh apa-apa panggil saja kita ya," sapa Nazwa pada Azka yang sedari awal terpukau melihat wajah ayu Sabrina.

"Oh iya," sahut Azka yang mulai memalingkan wajahnya seolah telah terhipnotis pandangan pertama.

"Ya udah, kalian balik lagi ke kamar. Istirahat aja dulu," ujar Bu Yeni.

'Siapa ya wanita itu, kenapa wajahnya seperti tak asing bagiku. Apa aku pernah ketemu dia? Tapi dimana ya. Ah sudahlah.' Batin Azka yang terus bertanya-tanya pada memori pikirannya tentang Sabrina. Azka melanjutkan makan siangnya sampai habis.

"Masakannya enak ya, Mah. Siapa yang masak?" tanya Azka pada Bu Yeni.

"Sabrina yang masak. Iya sih, Mamah pikir juga gitu. Masakannya enak ya," sahut Bu Yeni dengan melayangkana senyuman pada Anak tunggalnya itu.

Setelah bernostalgia dengan makan siangnya, Azka bergegas pergi ke kamar untuk sekedar merebahkan tubuhnya. Akan tetapi, wajah Sabrina terus-menerus berseliweran dalam pikiran azka. Entah kenapa Azka terus penasaran. Perasaan Azka mengatakan jika ia pernah bertemu Sabrina sebelumnya.

Tanpa pikir panjang Azka segera mencari tahu rasa penasarannya itu. Bergegas ia mencari Sabrina di beberapa ruangan. Tetapi nihil, Sabrina tidak terlihat batang hidungnya. Terlihat hanya ada Nazwa yang sedang membersihkan dapur.

"Hey! Kamu! Sorry saya lupa nama Kamu," teriak Azka pada Nazwa.

"Nama saya, Nazwa. Tuan," sahut Nazwa.

"Oh, iya. Teman kamu yang satu lagi mana, saya cari-cari kok enggak ada," tanya Azka dengan menggaruk keningnya padahal tidak gatal.

"Oh Sabrina, Tuan." Nazwa menjawab pertanyaan Azka dengan lantang. "Ada apa tuan? Ada yang bisa Saya bantu?" lanjut Nazwa dengan melayangkan pertanyaan pada Azka.

"Enggak, Saya cuma ada perlu sama teman Kamu," jawab Azka dengan wajah malu.

"Oh gitu, Tuan. Tadi Sabrina saya suruh bersihin kolam Tuan," balas Nazwa dengan polosnya.

Mendengar jawaban Nazwa, Azka seketika berjalan menuju kolam renang belakang rumah hendak menemui Sabrina.

"Hey! Kamu" teriak Azka pada Sabrina.

Mendengar teriakan Azka, Sabrina yang tengah berdiri di samping kolam seketika tersentak dan terpeleset jatuh ke dalam kolam dengan kedalaman 170cm.

Azka yang terperanjat melihat Sabrina tenggelam dengan cepat menceburkan badannya ke dalam kolam dan menarik Sabrina ke pinggir kolam.

Azka begitu terkesima menatap wajah Sabrina dari jarak yang sangat dekat.

"Tuan kenapa harus nyebur? Saya bisa berenang kok!" ucap Sabrina yang merasa bersalah melihat Tuan Muda basah kuyup.

"Terus kalo kamu bisa berenang kenapa tadi malah tenggelam?" gerutu Azka dengan kesal.

"Ya, Saya kaget, Tuan. Baru saja mau naik ke atas tiba-tiba Tuan merangkul badan, Saya," celoteh Sabrina dengan polosnya menjawab pertanyaan Azka yang membuat Azka semakin kesal.

"Kamu ya!" ketus Azka dengan mengarahkan telunjuk tangannya tepat di depan mata Sabrina yang membuat bola mata Sabrina terbuka begitu bulat. "Awas Kamu ya," sambung Azka. Ia yang sudah basah kuyup seketika pergi meninggalkan Sabrina dalam keadaan kesal dan di buat emosi oleh ulah Sabrina.

"Aduh! Gawat ini. Tuan Azka pasti marah sama Aku," gerutu Sabrina dengan menepuk pelan keningnya seolah menggambarkan rasa bersalahnya.

Dengan tubuh basah kuyup Sabrina memasuki ruang dapur yang membuat Nazwa tercengang di buatnya.

"Eh eh tunggu! Aku kan tadi bilang bersihin kolam renang, lah kenapa malah berenang sampe basah kuyup begitu Sabrina!" Nazwa keheranan dengan Sabrina.

"Tar ya Aku jelasin. Sekarang mau mandi dulu udah terlanjur basah," sahut Sabrina dengan tersenyum malu.