1 TRAGEDI MALAM MANIS

"Kamu ketinggalan pesawat?" tanya Cherry pada seseorang yang sedang melakukan panggilan telepon dengannya.

"Iya, tapi aku sudah membeli tiket pesawat untuk penerbangan selanjutnya. Dan sepertinya, besok baru akan sampai di sana. Tunggu aku, oke?" sahut pria di ujung sambungan.

Panggilan hanya berlangsung sekejap saat pria yang menelpon Cheery mematikan sambungannya. Dan Cheery hanya bisa duduk terdiam di pinggiran ranjang hotel yang ia sewa malam ini.

Cheery Natalia Dewari, gadis cantik berusia dua puluh satu tahun yang saat ini tengah berada di akhir semester pendidikannya di perguruan tinggi.

Malam ini, ia harus kecewa karena penundaan kepulangan kekasihnya, Devano, yang membuatnya gagal mengutarakan keberaniannya untuk menghadiahi sang kekasih saat kepulangannya kali ini dengan keperawanannya.

Cheery melakukan itu semua setelah merasa hubungannya dengan Devano terasa hambar karena dirinya sama sekali belum memberikan apa yang diinginkan Devano sejak lama.

Dan baru hari ini, Cheery mengumpulkan keberaniannya untuk memberikan hal yang paling berharga pada kekasih yang sebentar lagi akan menikahinya. Dan itu bertepatan dengan hari ulang tahun Vano hari ini.

Ritz Heldana Hotel, tempat Cheery mempersiapkan segalanya. Namun, apa daya. Rencananya sirna setelah Vano menelponnya dan mengabarkan bahwa ia ketinggalan pesawat karena masih mengurus sesuatu di sana.

"Semua orang mungkin tidak akan percaya kalau aku masih perawan setelah menjalin hubungan dengan Vano selama lima tahun," gumamnya sendiri sambil memperhatikan layar ponsel yang telah padam.

Cheery berjalan mendekati meja rias dan bercermin di sana. Tubuh indahnya terbalut lingerie hitam dengan renda berwarna senada di sepanjang pinggiran kainnya.

'Hari ini aku sudah mengumpulkan keberanian untuk menghadiahi diriku sendiri untuknya,' ucapnya dalam hati sambil menoleh ke arah samping, di mana ia meletakkan sebotol anggur yang telah disiapkannya sejak awal.

Cheery memegang botol anggur tersebut dan memperhatikannya, lalu bergumam kembali, "Tadinya kamu akan kuhabiskan dengan Vano untuk bersenang-senang. Tapi sepertinya kamu hanya akan jadi penghilang rasa sedihku!"

Seakan botol tersebut bernyawa, Cheery menumpahkan kekesalannya pada botol anggur tersebut dan langsung meminumnya sampai botol tersebut kosong.

Beberapa waktu berlalu, efek minuman bekerja hingga membuat kepalanya seakan berputar. Cheery bergumam dan meracau tidak jelas sebelum tertidur di ranjang nyamannya.

"Hanya Tuhan yang tahu, mungkin setelah ini tidak akan ada hari di mana keberanianku sebesar ini!" racaunya sebelum terlelap.

***

"Selamat malam, Tuan! Ada yang bisa saya bantu?" sapa penerima tamu pada pria tampan dengan aura dinginnya.

Pria tersebut menoleh ke belakang, ke arah kedua penjaganya dengan mengerutkan dahi seakan berpikir. Namun, ia kembali memperhatikan wanita penerima tamu di hotel keluarganya itu.

"Apa kamu orang baru?" tanya pria itu singkat.

"I-iya, Tuan. Saya baru bekerja mulai pagi ini. Apa ada yang salah?" Pekerja baru tersebut memberanikan diri untuk bertanya.

'Ah, sudah kuduga,'

"Tidak, lanjutkan pekerjaanmu saja. Tolong ambilkan kunci kamar 305 sekarang! Aku ingin beristirahat," ujarnya lagi pada pekerja baru tersebut.

Setelah mendengar tamu tersebut menyebutkan kamar 305, wajah resepsionis terlihat panik. Ia baru ingat saat Managernya mengatakan, kalau putera pemilik hotel kemungkinan akan sering datang saat malam dan menginap di kamar 305.

Dengan wajah tertunduk sembari meminta maaf, pekerja tersebut dengan cepat melakukan perintah pria yang terlihat berkuasa di hotel tempatnya bekerja ini.

Pria yang dimaksud adalah Trian Heldana, Putera bungsu dari tiga bersaudara keluarga Heldana yang merupakan pemilik Ritz Heldana Hotel.

Trian adalah seorang pengusaha muda yang baru saja resmi menjadi penerus bisnis keluarga Heldana. Belakangan ini Trian begitu sibuk di perusahaan hingga tidak sempat pulang ke mansion keluarganya dan memilih tidur di hotel karena lebih dekat jarak tempuhnya dari kantor.

Sesampainya di dalam kamar, ia cukup terkesiap dengan sosok wanita muda dengan gaun tidur yang menonjolkan setiap lekuk tubuhnya.

Dan ternyata wanita muda tersebut adalah Cheery yang tidak pernah ia temui ataupun kenal sama sekali sebelumnya.

'Sudah kubilang jangan mengirimiku wanita sebagai sogokan kalian! Haish, padahal aku lelah malam ini, tapi kalian malah mengirimkan wanita yang cukup cantik. Hah, dasar para penjilat!'

Rutuknya dalam hati merujuk pada para investor yang mencoba bekerja sama dengan perusahaannya dan menghalalkan segala cara agar bisa membujuknya, termasuk mengirimkan wanita ke ke kamar hotelnya.

Kebiasaan Trian yang suka bergonta-ganti pasangan membuat para investor nakal mengambil peruntungan. Mereka tidak tahu, kalau kebiasaan Trian yang sering bermain wanita sudah sangat ia kurangi.

Pria itu mendengkus kesal melihat kelakuan wanita yang tidur di hadapannya itu. Terlebih lagi, saat ia memperhatikan sekeliling ranjang yang berantakan dengan kaleng bir dan juga botol minuman kosong yang bergelempangan.

Ia mencoba mengabaikan apa yang dilihatnya dan terus melangkah tanpa acuh ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Baru dua langkah berjalan, pria itu terjatuh saat kakinya terselip sesuatu di lantai.

"Kenapa mereka mengirimiku wanita semborono seperti ini? Tidak hanya ketiduran, tapi dia juga meletakkan branya sembarangan! Awas saja kamu!" omelnya sendiri sambil mencampakkan bra merah milik Cheery yang berserakan di lantai.

***

Setelah mandi, tubuhnya memang lebih segar, tetapi kantuk karena lelah membuatnya memilih diam dan mengabaikan wanita cantik yang berbaring di atas ranjangnya.

'Lalu aku tidur di mana? Tidak mungkin aku tidur di sofa sementara wanita itu begitu lelap di ranjangku. Lihat saja, akan kupecat manager hotel ini besok!'

Ia kembali menggerutu di dalam hati namun tetap saja tidak berkeinginan mengalah dari Cheery yang merajai ranjang miliknya.

Baru beberapa saat ia berbaring. Cheery tanpa sadar mengubah posisi tidurnya yang semula membelakangi pria asing tersebut, menjadi berhadapan, bahkan memeluk pria tampan itu tanpa merasa berdosa.

'Wanita nakal! Ternyata begini caramu menggodaku? Dengan berpura-pura tidur kemudian merayuku?' batin pria tersebut sambil tersenyum licik.

Cheery terus memeluknya tanpa sadar seolah tubuh pria tersebut adalah sebuah guling yang sangat nyaman untuk dipeluk.

"Jangan melewati batasanmu lebih dari ini!" gumam pria itu, tetapi ia tidak menunjukkan wajah marah sedikitpun.

Cheery yang tidurnya bagaikan kerbau kekenyangan, begitu semberono hingga memprovokasi pria itu untuk melakukan hal yang sudah sedari tadi ia tahan.

"Kamu yang memintanya!" ucap pria tersebut sambil berseringai dan langsung menelusuri setiap inci tubuh Cheery.

Dan sayangnya, tubuh Cheery menikmati setiap sentuhan yang pria asing itu berikan. Bahkan, saat batas kesuciannya terenggut dan menimbulkan kesakitan yang teramat, Cheery sama sekali tidak bisa melawan akibat pengaruh alkohol yang memberatkan tubuhnya.

Entah seberapa lama mereka mereguk kenikmatan, hingga akhirnya keduanya tertidur dalam kelelahan.

***

Trian bangun dengan tubuh segar. Ia melirik sambil tersenyum saat melihat tubuh wanita yang tadi malam memuaskan hasratnya.

'Kuharap kamu tidak menyesal karena memberikan malam pertamamu padaku, Nona manis!' Trian berucap dalam hati sambil tersenyum sebelum pergi meninggalkan Cheery yang masih tertidur pulas.

"Selamat pagi, Bos Kecil! Apa malam tadi menyenangkan? Kami dengar, para penjilat itu mengirimu hadiah manis lagi tadi malam. Apa itu benar?" tanya Mark yang ingin tahu.

"Kalian terlalu banyak bicara! Lihat saja, akan kuaduhkan pada kakak iparku kalau kalian bekerja dengan santai dan tidak becus!" decak Trian sebal.

"Hei, Bos! Apa maksudnya itu? Kami menjagamu sepanjang hari, bukan? Jadi, jangan eluhkan apapun pada bos kami!" Ben menginterupsi pernyataan Trian.

"Menjaga apanya? Bahkan wanita kecil seperti itu saja kalian tidak bisa menghalangi untuk masuk ke kamarku!" omelnya lagi.

"Baiklah! Tentang hal ini memang kami mengakuinya. Tapi, bukankah Bos kecil juga menikmati malam tadi? Lihatlah! Wajahmu saja tidak dapat menutupinya!" olok Mark pada Trian.

Tanpa menjawab, senyum Trian memang mengartikan kepuasannya atas satu malam menggairahkan bersama wanita istimewa tadi malam.

avataravatar
Next chapter