webnovel

Sambungan Terputus

Farah yang melihat aksi Vierra pun terheran tak mengerti, akibatnya dia langsung menyadarkan Vierra dengan tepukan bahu sampai Vierra terperangah.

"Kenapa Far?" tanyanya terkesiap masih terkejut.

"Kamu yang kenapa?" Farah heran.

"Emmm.. gak ada kok, cuma liat dress itu aja, kayakanya bagus deh," katanya memberi alasan.

Farah melihat bagian dress yang terpajang rapi didepan mereka. Vierra hanya nyengir tak jelas, karna malu kedapatan bertingkah seperti orang gila. Hasta menyembunyikan wajahnya yang menyemburatkan tengah menahan tawa, ia menatap kebawah.

"Eh Ta, lu mau pake kemeja warna apa?" Tanya Ato yang berada didekatnya.

"Terserah warna dressnya Farah aja, warna biru," ujarnya menjelaskan sambil memilah kemeja dengan setelan yang cocok untuknya. Ato menghela nafasnya, kurang mengerti sekaligus tak mengerti sesuatu hal.

"Gue gk tau warna apa yang disukain Vierra, gue belum nanya lagi. Gue pergi dulu ya," Hasta mengagguk tak menanggapi lagi. Ato lalu pergi menghampiri Vierra yang masih memilih baju dengan Farah.

"Vierra," sapanya. Vierra memandangnya menampilkan pertanyaan.

"Kamu sukanya warna apa? Biar kemejanya cocok sama baju kamu." Imbuh Ato.

"Aku lagi cari warna biru," ujar Vierra. Ato mengeryit.

"Jangan warna biru deh, soalnya Farah sama Hasta pake warna itu,"

Ditempat lain, Hasta tengah mendengar perbincangan mereka. Dan yang dapat disimpulkan wanita itu menginginkan warna biru seperti yang Farah suka. Ia bingung lalu tetap mendengar lagi lanjutan perbincangan mereka. Farah masih mencari ditempat lain yang menurutnya akan menemukan suatu dress yang bagus untuknya.

"Yaudah kalau gitu, kita pake warna merah aja," katanya lembut. Ato mengangguk setuju, lalu kembali lagi ketempat semula.

"Gue sama Vierra mau pake warna merah Ta, tadinya dia maunya warna biru, tapi itukan milik lo. jadi merah aja." kata Ato menjelaskan. Hasta tidak menanggapi walau pun ia sedang memikirkannya.

"Gue udah dapet nih," ucap Hasta yang telah memegang baju itu dengan hanger diarea kerah baju.

"Gue juga dapet, kita kesana yuk." Tunjuk Ato kepada 2 wanita itu.

Mereka melangkah ketempat Farah dan Vierra yang telah memilih baju yang akan dikenakan. Mereka saling memandang memperlihatan baju. Ato mendekati Vierra, bertujuan menunjukkan setelan dengan kemeja merah yang sesuai dengan gaun gadis itu. Vierra tersenyum hangat, menerima. Farah tidak ketinggalan, ia menunjukkan dressnya biru selutut yang menurutnya cocok dengan baju Hasta.

Rasanya bungah terpancar dari Farah dan Ato. Vierra melirik pakaian yang telah Hasta pilih, ia menaikkan senyum tipisnya, lalu berkedip dan mengatakan bagus tanpa mengeluarkan suara. Hasta tidak menunjukkan apapun, hanya melihat gaun yang Vierra telah pilih lalu memandang Farah.

"Ta, ini bagus kan?" Tanya Farah antusias.

"Cantik." Kata Hasta dengan senyuman hangat. Farah semakin menampilkan gigi ratanya yang mengulas jelas cantikannya.

"Baju kamu bagus banget Ra," ucap Ato melirik gaun Vierra.

"Kamu juga To." Ujar Vierra membalas dengan senyuman.

"Kalau gitu, kita pulang yuk," ujar Farah.

Mentari sore telah terlihat, sinarnya telah redup menyisakan secerca cahaya hangat. Mereka telah membayarnya, lalu keluar dengan meneteng kantong baju. Mereka sudah bergegas pulang, Hasta mengantar Farah menuju rumahnya serta Ato yang tengah mengantar Vierra yang telah memberinya alamat nya untuk diantar oleh pemuda itu.

Vierra sedang memikirkan atau lebih tepatnya tengah menghayalkan Hasta yang berbalut setelan dengan kemeja biru yang disukainya. Ia mesem tanpa sadar. Ato terus saja bungah, tidak percaya sedang mengbonceng gadis yang ia dewikan itu.

Farah dan Hasta telah sampai dirumah asri sederhana itu. Gadis itu turun dan langsung menatap Hasta dengan senyuman simpulnya. Hasta menatapnya hangat, senang melihat senyuman manis itu, sangat membuatnya terasa berseri. Menenagkan.

"Terimakasih ya Ta," ujarnya. Hasta mengangguk.

"Kamu gak masuk?" imbuh gadis itu.

"Kayaknya aku langsung pulang aja ya, lengket banget," ucapnya dengan sedikit mengejek dirinya, menimbulkan wajah yang jelek lalu nyengir.

"Hati-hati ya," ujar Farah dengan senyuman.

Hasta telah berlalu mengendarai motornya menuju rumah, ia menghela nafasnya gundah. Ia tidak mengerti lagi isi fikirannya. Ia tetap melajukan motornya, tidak jauh ia telah sampai dirumahnya.

Ia memarkir motornya berlalu kegarasi, dan pergi ke kemarnya cepat. Tiba-tiba, suara deringan hp disakunya bergetar. Ia langsung mengambil benda itu dan cepat menatap layar tetapi tidak ada nama hanya nomor saja. Tanpa berfikir ia langsung menggeser tombol hijau dilayar dan menaruhnya ditelinganya.

"Halo Ta..." seru di seberang telepon. Hasta berdelik dan sedikit menjauhkan hpnya dari area telinganya.

"Ada apa?" kata Hasta malas.

"Ke laut yuk, sambil makan seefood!" Katanya dengan cengiran diseberang sana.

"Gue males," terdengar helaan kecewa dari Vierra

"Aku yang kesana deh."

"Gue... gak-"

Tut... tut..

Gadis itu telah mematikan pembicaraan tanpa menunggu balasan dari Hasta. pemuda itu menghela nafasnya kasar, kesal dengan keras kepalanya Vierra.

***

Dengan rasa antusias yang tinggi, Vierra pergi rumah Hasta dengan melajukan sepedanya. Tidak lupa ia telah berdandan dengan polesan make up tipis diwajahnya. Tidak lama, ia telah datang dirumah laki-laki tersebut, tanpa menunggu aba-aba untuk masuk ia mengetuk pintu dan memecet tombol yang berada pada dinding coklat itu.

Dengan cepat ia merogoh ponselnnya, ia ingin menelpon seorang Hasta untuk menngajaknya jalan-jalan di pantai. Ia ingin menghirup udara segar dan menikmati datangnya senja yang memerah.

Ia mulai mencari nama Hasta pada layar untuk langsung memberinya kabar atas kedatangannya. Ia telah menghubunginya, namun tidak diangkat sama sekali. Lagi ia menghubunginnya tetapi kali ini hpnya tidak aktif. Ia menghela nafasnya kasar.

"Katanya ingin mencoba, tapi dia kayak gini. Uhhh…" Ia menghela nafas kasar serta menggerutu tidak jelas.

Tiba-tiba, seseorang membuka pintu rumah tersebut, dan Nampak seorang Hasta yang telah berdiri rapi dengan kemeja kotak yang ia kenakan. Sangat tampan.

Seketika mata Vierra membulat serta lengkungan keatas bibirnya naik.

"Udah, jangan ngeliatin gue telanjang kayak gitu. Gue nggak suka." Kata Hasta malas.

"Habisnya, kamu ganteng tau Ta. Pangling tau aku." Katanya dengan kekehan yang membuat Hasta memutar bola matanya malas.

"Ayok ah, nanti kita terlambat." Imbuh Vierra dan langsung mengambil lengan Hasta untuk mengaitkannya dengan lengannya. Hasta hanya membiarkannya dengan helaan nafas lemah.

Seketika Hasta mengehentikan langkahnya, membuat langkah gadis itu pun terhenti. Ia melirik Hasta menautkan keheranan.

"Kamu kenapa Ta?" tanya Vierra bingung.

"Kita kesananya mau pake apa, he? Pake sepeda lo?"

"O iya, aku lupa. hehe" ia nyengir.

Hasta menghela nafasnya dalam, tidak mengerti dengan kelakuan bodoh wanita itu. Vierra lalu melepaskan pagutan lengannya pada lengan hasta.

Hasta berbalik, lalu pergi kegarasi untuk mengambil mobilnya. Tidak lama ia pun datang dengan mobil sedan tersebut. Vierra lalu naik dan langsung memasang seatbelt sebagai penjaga. Mereka pun berlalu menyusuri jalan besar untuk pergi ketempat tujuan.

"Ta, kita kepantai apa ta?" tanya Vierra akhirnya membuka obrolan.

"Kepantai yang banyak airnya, asin dan ada pasirnya." Jawabnya dengan nada santai. Vierra mengkerutkan kening.

"Apaan sih Ta," ucap gadis itu jengkel.