webnovel

Ditinggal

Hasta sudah mematikan teleponnya dan langsung memasukkannya kedalam kantong celana. Dengan cepat ia berdiri dan meraih kunci mobil diatas meja. Dia seperti tidak memperdulikan seseorang didepannya sampai tangan mencekal lengannya dan membuatnya tersadar.

Ia khawatir.

"Ada apa Ta?"

"Gue harus jemput Farah disekolah, dia sendirian," Vierra hanya ber"oh" ria dan mulai melepas cekalan tangannya dari lengan pemuda itu.

"Sorry sorry," ungkapnya tersadar, bagaimana mungkin ia harus meninggalkan wanita itu disini. Ia bukan manusia tega yang bisa menelantarkan wanita begitu saja.

"Gue anter lo pulang dulu ya," kata Hasta.

"Udah gk apa, kamu jemput Farah aja kasian dia sendirian. Aku bisa naik taksi kok." Ujarnya meyakinkan Hasta. Tapi direlung hatinya ia sedikit tidak terima ditinggalkan seperti ini. Tapi apakah hasta lebih peduli padanya? Oh tidak! Dia tidak sepeduli itu pada dirinya, fikirnya.

"Yaudah gue pergi," dia langsung berlari menuju mobil hitamnya, Hasta mulai memasuki dan langsung menjalankannya. Disisi lain Vierra mecebikkan bibirnya, apakah tidak ada basi-basi sebelum dia pergi. Dia hanya bisa berperang dengan batinnya sendiri. Dia lalu berdiri mengambil sisi jalan. Makanan yang mereka makan sudah sedari tadi dibayar oleh hasta.

Vierra mendesah kesal, kenapa selalu saja ditinggalkan olehnya. Ia sangat kesal pada pemuda itu. Ia berjalan ditrotoar menyusuri jalan lurus. Tidak ingin langsung menghentikan taksi karna ia butuh kesegaran malam hari sebagai pelipur perasaannya.

Dia hanya memikirkan perbincangan yang sedikit tidak mengenakkan dengan pemuda itu. Tapi dirasa sudah menyenangkan hatinya dengan keinginan mencoba walaupun akhirnya akan sia-sia.

Angin malam sangat menyegarkan fikirannya. Kesunyian malam menerpa perasaan kesalnya untuk menghibur. Dia hanya bertanya pada dirinya sendiri, kenapa dia merasakan jatuh cinta semacam ini. Indah tapi menyesakkan.

Jatuh cinta pertamanya sangat tidak baik dan tidak berjalan lancar.

Ditempat lain, Hasta sudah sampai di depan gerbang sekolah. Terlihat gadis itu sedang menunggu dirinya didepan gerbang. Hasta membuka pintu mobil dan mulai mengambil langkah kearah Farah. Gadis itu berdelik sedikit menyemburatkan keheranan.

"Ta, kamu pakai mobil?" tanyanya menilik Hasta. Ia tersenyum.

"Iya, kenapa?"

"Nggak, tumben aja."

"Aku gak mau kamu kedinginan, udaranya dingin tau," jawabnya.

"Kamu ini, aku kan gk apa kalau naik motor, yang penting sama kamu." ungkapnya terkekeh.

"Kamu bisa ngegombal? Diajarin siapa?"

"Sama Ato." Hasta terkekeh mendengar penuturan Farah. Gadis itu juga ikut tertawa memandang mata laki-laki itu.

"Yaudah, jangan main sama Ato terus! Nanti kamu ikutan gila tau," ujar Ata mengejek.

"Ihhhh... nggak lah. Kamu ada-ada aja," ujarnya dengan cebikan dibibir tidak terima.

"Udah aku minta maaf ya." Ucap Hasta sambil tersenyum melihat Farah dengan rasa bersalah. Farah melirik Hasta lalu seketika menyembulkan tawa. Hasta berdelik.

"Kamu kenapa ketawa?" tanya Hasta terheran.

"Gak, muka kamu lucu banget saat minta maaf. Cute tau gak"

"Ck! Ganteng begini dibilang imut. Itu cool namanya" kata hasta tidak terima.

"Cool? Emangnya dingin?" ujar farah sedikit mengejek. Farah tertawa dengan nada yang tidak tertahan lagi. Hasta memandang Farah tersenyum hangat. Larut dengan ketawa gadis manis ini.

"Iya Ta, kamu kenapa pake baju serapi ini sih, kan cuma jemput doang," ujarnya setelah memberhentikan ketawanya dan menilik baju kemeja bagus yang dikenakan hasta.

"Mm ini, yah biar supaya lebih ganteng aja ketemu kamu." Ujarnya beralasan. Farah mengekerutkan kening sedikit tidak percaya dengan alasan Hasta.

"Masak?" kata Farah dengan kerutan dikening.

"I.. iya. Kamu nggak percaya?"

"Nggak, bukan itu. Cuman kalau sama aku, kamu kayak biasanya aja. Kamu udah ganteng kok." semburat senyum Hasta keluarkan mendengar penuturan Farah.

"Yaudah kita balik ya. Udah malem banget"

"Kamu udah makan?" tanya Hasta.

"Udah tadi sama temen osis"

"Kamu jangan terlalu capek ya," Farah hanya mengangguk dan tersenyum hangat tanda mengerti.

Mereka berlalu kedalam mobil dan mulai mengambil tempat. Hasta mulai melajukan mobilnya mengambil jalan besar. Farah menguap dan matanya mulai mengisyaratkan kepenatan.

"Ta, aku tidur ya. Aku capek banget," ungkapnya pada Hasta. Hasta mengangguk dan membiarkan gadis itu berlalu kedalam mimpi.

Ditengah perjalanan, Hasta melewati taman tempat makan malamnya dengan Vierra. Hasta tidak menunjukkan sikap apapun, ia hanya mengamati jalan didepannya dengan fokus. Tetapi, dengan tatapan memicing ia merasa tidak yakin dengan fikirannya sekarang bahwa hasta melihat Vierra sedang berjalan ditrotoar sendiri.

Apakah dia tidak segera memesan taksi tadi atau dia malah menunggunya?. Dengan lekat ia melihat gadis itu dan ternyata benar Vierra masih berjalan menyusuri jalan trotoar. Ia mendesah kasar. Fikirannya akan terus memikirkan wanita itu.

Wanita itu senang sekali menganggu fikirannya. Dia melirik farah disampingnya yang terlihat sangat menikmati tidurnya. Hasta berlalu membiarkan vierra berjalan tanpa memberinya tumpangan. Tetapi, tidak dengan fikirannya yang tidak berhenti mengusiknya mengenai gadis itu yang sendiri. Akhirnya, dia mengambil jalan tengah fikirannya agar tidak meresahkan hati dan otaknya. Pemuda itu akan mengantar Farah pulang dan berbalik menjemput Vierra. Dia menghela nafasanya teratur menghilangkan keresahan dihatinya yang gundah.

***

Ditempat lain, Vierra yang masih tengah berjalan tanpa merasa ingin pulang. Masih diliputi dengan kekesalan dan ingin mengurangi dengan layangan angin segar yang membawa gerombolan fikirannya ikut berlalu.

Suara ringisan akhirnya menyadarkan otaknya, ia sedikit was-was, gadis itu mencoba mencari sumber suara. Ia melangkah sedikit mengendap takut akan sesuatu yang melihatnya. Terdengar suara itu jelas berasal dari semak-semak tinggi rumput gajah, Vierra semakin mendorong langkahnya sambil membungkukkan badan serta menyondongkan pendengaran.

Perlahan dengan hati yang ragu, ia mulai menyibak rerumputan tinggi itu dan apa yang ia liat membuat dirinya terlonjak seketika. Vierra segera menghampiri seorang pria yang sedang merintih kesakitan. Pemuda itu meremat perutnya kuat dan disudut bibir serta keningnya berdarah serta goresan luar yang teriris kecil.

Vierra bingung, tidak tahu harus melakukan apapun. Ia melihat dengan jelas pemuda itu dan dia semakin terlonjak kaget dengan apa yang dia lihat setelah melihat wajah pemuda itu. Dia menghela nafas kasar. pemuda yang merintih itu masih dengan rengutan pada wajahnya yang sedikit membengkak.

"Astaga! Lo lagi? Oh god, bener kata orang, dunia itu emang sempit. Saking sempitnya, gue harus ketemu sama lo lagi dan keadaan selalu kayak gini. Entah lo berdarahlah, dikejarlah. Jujur ya gue kesel banget ketemu sama lo. gue semakin puyeng liat lo tau gak!," Ucapnya tanpa saringan dan decakan kesal.

"Enghhh.." lenguhan sakit dari Angga. Vierra lagi-lagi mendegus kesal.

"Lo kenapa kali ini? sini gue bantuin" serobotnya cepat membantu pemuda itu berdiri.

"L..lo tu diem a..ja. gue lagi sa..sakit ini," kata Angga terbata. Sesekali ia terbatuk karena sakit pada dadanya.

"Dan lo diem aja, gue bantuin!"