webnovel

Bab 18

Saat Mamah sedang berdiri di depan hotel tidak lama datang sebuah mobil, dan aku mengenal mobil itu adalah mobil Om David. Mamah masuk ke dalam mobil itu lalu mereka pergi, segera kami mengikutinya. Di pikiranku banyak sekali pertanyaan yang ingin aku tanyakan kepada Mamah, mobil Om David berhenti di rumahku. Mamah turun dari rumah dan langsung masuk rumah sedangkan Om David langsung pergi, melihat aku langsung bergegas membuka pintu mobil tapi sebelum aku turun Dea mengingatkanku agar tidak terbawa emosi.

"Va ingat! Kamu jangan terbawa emosi saat bertanya kepada Mamah kamu, usahakan kamu tetap tenang agar tidak terjadi pertengkaran antara kalian," ucap Dea.

"Iya terima kasih ya kalian sudah membantuku," ucapku.

"Iya kamu tenang saja, kami akan menunggu di sini kalau ada apa-apa beritahu kami," ucap Dea.

Lalu aku turun dari mobil dan masuk rumah, saat masuk Mamah sedang duduk di ruang tengah, aku berusaha tenang kemudian aku duduk menghampiri Mamah.

"Kamu dari mana?" tanya Mamah.

"Aku dari rumah Dea," jawabku.

"Oh kamu sudah makan?" tanya Mamah lagi.

"Sudah, Mah aku mau tanya sesuatu ke Mamah boleh?" tanyaku.

"Iya boleh," ucap Mamah.

Aku bertanya Mamah dari mana dan aku juga memberitahunya kalau aku tahu Mamah sudah dari hotel dengan Om David, ekspresi Mamah terlihat seperti kaget.

"Aku merasa sekarang Mamah jadi berubah," ucapku.

"Berubah bagaimana Va Mamah tetap sama," ucap Mamah.

"Entah kenapa aku merasa Om David bukan orang yang tepat untuk Mamah," ucapku.

"Kenapa kamu bilang begitu, kamu kan sudah pernah bilang kalau kamu setuju Mamah berhubungan dengan Om David," ucap Mamah.

Aku menjelaskan alasan kenapa aku bilang begitu, tapi Mamah seperti tidak terima. Mamah pergi ke kamarnya meninggalkanku di ruang tengah, aku tidak menyangka Mamah akan seperti ini. Aku bingung harus bagaimana aku tidak mau hubunganku dengan Mamah menjadi renggang karena masalah ini, tapi aku juga tidak bisa membiarkan Mamah tetap bersama Om David karena aku takut dia akan menyakiti Mamah. Aku keluar rumah dan menghampiri Dea dan Angga, tapi aku tidak memberitahu mereka aku belum siap aku ingin menyendiri dulu untuk menjernihkannya pikiranku.

"Va bagaimana?" tanya Dea saat aku menghampiri mereka.

"Kami sudah bicara," jawabku.

"Apa semua baik-baik saja?" tanya Dea.

"Iya baik-baik baik saja," jawabku.

"Kamu yakin?" tanya Angga.

"Iya aku baik-baik saja kok, sekali lagi terima kasih ya kalian sudah membantu," ucapku.

"Syukurlah kalau begitu, kalo begitu kami pulang ya, sampai bertemu besok di sekolah," ucap Dea, laku mereka pergi.

Aku masuk kembali ke rumah, tapi Mamah masih di kamar. Sepertinya Mamah masih kesal kepadaku, aku memilih masuk ke kamarku daripada menghampiri Mamah ke kamarnya. Aku bahkan tidak merasa lapar, mungkin karena aku banyak pikiran sehingga membuat selera makanku hilang. Aku merasa sangat lelah dan mengantuk, saat berbaring aku terlelap tidur.

Beberapa saat kemudian

"Tok! Tok! Tok!" aku mendengar suara ketukan pintu.

"Masuk," ucapku, dan ternyata itu Mamah.

"Va maafkan Mamah ya, tadi Mamah sedang capek," ucap Mamah.

"Tidak apa-apa kok Mah," ucapku.

"Mamah mengerti kalau kamu bilang begitu, tapi kamu harus percaya Om David orangnya baik jadi kamu jangan khawatir," ucap Mamah.

"Baiklah Mah," Mamah memelukku.

Sebenarnya aku masih tidak percaya kepada Om David, tapi aku tidak akan membicarakan ini lagi kepada Mamah. Aku akan menyelidikinya sendiri, Mamah mengajakku untuk makan. Aku bangun dari tempat tidur lalu pergi ke dapur dengan Mamah, aku memasak dengan Mamah.

"Mah makananku biar aku yang masak," ucapku karena Mamah tidak tahu menu dietku.

"Baiklah, kamu harus tetap memenuhi kebutuhan gizimu ya," ucap Mamah.

"Iya Mah," ucapku.

Kami makan bersama, sebenarnya ini sudah terlalu malam untuk makan. Tapi aku tidak tega kalau harus menolak ajakan Mamah untuk makan, apalagi tadi kami sempat beradu argumen. Tapi aku merasakan suasana yang agak berbeda, karena baru kali ini Mamah bersikap seperti itu kepadaku. Tapi aku berusaha untuk percaya di depan Mamah, selesaikan makan aku mengerjakan tugas sedangkan Mamah seperti biasa sibuk dengan ponselnya.

"Va kamu dari tadi menulis, memang tugasnya banyak?" tanya Mamah.

"Iya Mah lumayan banyak," jawabku.

"Oh begitu." Mamah lanjut memainkan ponselnya.

Setelah tugasku selai aku bergegas ke kamar mandi dan mencuci mukaku, saat akan masuk kamar Mamah bertanya padaku.

"Kamu akan tidur sekarang?" tanya Mamah.

"Iya Mah aku sangat mengantuk," jawabku.

"Oh baiklah." Mamah lanjut bermain ponsel lagi.

Aku masuk dan mulai memakai krim dan serum wajahku, sepertinya Mamah semakin dekat dengan Om David, sepertinya besok aku akan bercerita ke Dea dan meminta sarannya besok agar aku tidak salah bertindak.

Keesokan

"Hai Va kenapa murung sekali?" tanya Dea saat aku duduk.

"Aku mau bicara sesuatu," ucapku.

"Ayo katakan saja," ucap Dea.

Pada saat aku akan memberitahu Dea bel berbunyi dan Bu Guru memasuki kelas, sepertinya aku akan bicara dengan Dea saat istirahat nanti.

"Kamu mau bicara apa?" tanya Dea.

"Nanti saja," jawabku.

"Baiklah," kami mulai belajar.

Hari ini pikiranku tidak fokus, sehingga aku tidak memperhatikan pelajaran. Dan lagi Bu Guru menyuruh untuk mengerjakan soal di depan, aku kebingungan karena tadi tidak memperhatikan saat Bu Guru menjelaskan.

"Kamu kenapa? Tidak biasanya kamu tidak bisa mengerjakan soal?" tanya Bu Guru.

"Saya sedang tidak enak badan Bu," jawabku.

"Oh seperti itu, pantas saja kalau begitu kamu kembali duduk saja," ucap Bu Guru.

"Baik Bu." Aku kembali duduk.

"Kamu kenapa?" tanya Dea.

"Aku hanya tidak fokus," jawabku.

Waktunya istirahat.

Dea mengajaku ke kantin, aku mengajak Dea untuk pergi ke taman lagi untuk membicarakan masalahku.

"Kita pergi ke taman saja, lagian aku bawa bekal," ucapku.

"Baiklah aku beli makanan dulu, nanti aku menyusul," ucap Dea.

Aku pergi ke taman, tapi aku tidak melihat Angga bermain basket. Dan aku sadar kalau hari ini sepertinya aku tidak melihatnya, mungkin dia tidak masuk kelas. Tidak lama Dea datang, dengan spontan aku menanyakan Angga.

"Aku tidak melihat Angga," ucapku.

"Iya dia tidak masuk." Ucap Dea sambil membuka camilan yang dia beli.

"Kenapa?" tanyaku spontan.

"Dia sakit, kenapa kamu menanyakannya kamu khawatir ya? sepertinya kamu memperhatikan dia," Dea menggodaku.

"Engga kok aku merasa aneh saja biasanya selalu melihatnya dan hari ini aku tidak melihatnya," ucapku.

"Kamu yakin?" tanya Dea terus menggodaku.

"Iya, sudah ah jangan membahas Angga, ada ya g mau aku bicarakan," ucapku.

"Baiklah, baiklah, kamu mau membicarakan apa?" tanyanya.