webnovel

4 Saling Debat

"Oh iya, nggak apa-apa. Kami berdua balik duluan kalau gitu,"ucap Irma.

"Lo pulang sama siapa?" Tanya Nabila.

"Gue bawa mobil, kok," jawab Amanda. Jika kalian bertanya mengapa Amanda sudah bisa membawa kendaraan beroda empat ke sekolah, itu karena umurnya sudah cukup untuk memiliki surat izin mengemudi.

"Ya udah, kami berdua cabut duluan," kata Irma lalu meninggalkan kelas bersama Nabila.

Amanda buru-buru membereskan tasnya lalu menuju parkiran. Entah kenapa hari ini perasaannya tidak enak, seperti akan ada sesuatu yang terjadi. Akan tetapi Amanda berharap tidak akan terjadi apa-apa.

"Amanda" panggil Roy membuat langkah Amanda berhenti dan menoleh ke arah cowok itu.

"Kenapa? tanya Amanda.

"Pulang bareng yuk."ajak Roy menggandeng tangan Amanda menuju mobil yang terparkir tepat di samping Amanda.

"Sorry, gue bawa mobil." Tunjuk Amanda dan melepaskan genggaman tangan Roy.

"Yah, gagal, deh." Roy mengerutkan bibirnya, membuat Amanda tersenyum tipis.

"Lo nggak hoki. Kalau gitu gue cabut duluan."

Amanda langsung masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan Roy yang masih berdiri menatap mobil Amanda hingga menghilang dari pandangannya.

Pertama kali aku lihat kamu, aku gak tahu langsung tertarik sama kamu, Amanda. Padahal kita baru saja kenal, tapi saat aku tatap kamu, jantungku nggak bisa diajak kompromi," katan Roy dalam hati.

Amanda tiba di rumah dan menatap sekelilingnya heran dan bertanya dalam hati mengapa banyak orang yang mendekor bagian depan rumahnya. Dekorasinya seperti orang yang akan menikah karena begitu banyak hiasan yang menyerupai hal tersebut. Langkah Amanda terhenti saat melihat sebuah karangan bunga ucapan selamat, tulisan di sana sukses membuat hati Amanda sedikit terkejut. Akan tetapi, Amanda langsung tersadar lalu berusaha menguatkan dirinya sendiri.

"Kamu nggak usah sakit hati karena mereka berdua. Kamu nggak pantas merasa sedih hanya karena orang yang telah menghianati kamu. Semangat, Amanda."ucap hati Amanda.

Amanda menghela napas kasar, dia tidak akan membiarkan air matanya jatuh hanya karena melihat itu. Tatapannya tertuju pada semua orang yang tengah sibuk mendekor dan lalu dia melihat kedua orangtuanya, dan tika sambil duduk dan berbincang. Amanda mencoba mengabaikan mereka dan berjalan dengan santai menuju kamarnya. Akan tetapi, panggilan nining membuatnya terhenti.

"Amanda, tunggu, ada yang mau kami sampikan," ujar Nining.

Amanda mencoba bersikap biasa saja. Meski masih ada rasa sakit hatinya dengan kelakuan Nining tadi pagi."iya, ma, ada apa?" Tanya Amanda.

"Nanti malam akan ada pesta pertunangan Tika dan Rendy. Saya tahu kamu pernah dekat dengan dia, jadi saya harap kamu tidak mengcaukan pesta ini, dan kamu tidak boleh keluar kamar sampai acara selesai." Tegas Nining.

Amanda sempat melirik ke arah Tika yang di balas dengan senyuman sinis. Amanda juga berpikir kenapa dia tidak boleh keluar kamar? Kalau tika tunangan silhkan saja, toh di tidak perduli.

"Kok gitu, ma? Kalau tika mau tunangan, ya, silahkan, aku gak bakal jadi penghalang, kok, gak ada hubungannya juga, kan?" Kata Amanda.

"Berani, yah, kamu bantah saya? Mau saya kunci kamar kamu dari luar? Supaya tidak bisa keluar untuk makan dan minum? Ancam Nining.

"Tidak perlu seperti itu, aku sebagai kepala keluarga tidak pernah mengajarkan kalian untuk melakukan hal yang tidak berguna,"ujar Dodi.

Kali ini Dodi berbicara seolah tidak tega melihat Amanda akan di kurung. Dan tidak di berikan makan. Sebenarnya, Dodi itu netral. Di satu sisi kadang dia merasa kasihan dan akan melindungi Amanda dan di satu sisi dia akan terlihat tega jika di hadapan Nining.

" Kok kamu jadi belain dia, siih? Ingat, ya, dia itu di sini cuma numpang karena dia bukan_"

"Cukup, Nining!"

Hampir saja Nining keceplosan jika saja Dodi tidak menyela dengan cepat. Entah apa yang memasuki dodi sehingga memotong pembicaraan istrinya dengan begitu tegas seolah ada hal yang dia sembunyikan.

"Kamu bentak aku demi anak ini? Anak yang hampir membuat keluarga kita hancur!" Teriak Nining.

"Sudahlah, aku tidak mau membicarakan ini, lebih baik semuanya bersiap-siap karena sebentar lagi keluarga mereka akan datang," kata Dodi mengalihkan pembicaraan, karena jika hal ini diungkit, maka hati salah satu anaknya akan hancur betkepin-keping.

Entah mengapa ucapan Nining membuat pikiran. Amanda bertanya-tanya kalau dia merasa dianaktirikan. Tika semakin kesal melihat orangtuanya lagi dan lagi bertengkar hanya karena Amanda. Dengan kasar dia menarik tangan Amanda pergi ke taman belakang.

"Puas lo udah liat Mama dan Papa berantem, hah? Lo tuh memang pembawa sial, sampai kapanpun gue gak bakalan mengakui lo sebagai kakak gue, ngerti?" Bentak Tika.

"Gue gak perlu pengakuan dari cewek menjijikan kayak lo. Dan asal lo tahu, gue bukan pembawa sial!" Tegas Amanda tak kalah emosinya dari Tika.

"Oh, iya, gue mau ngomong, kalau hari ini gue bakalan tunangan dengan Rendy, mantan kekasih yang amat lo cintai dan lo sayangi. Tapi sayangnya dia lebih pilih gue daripada lo. Gue harap lo move on, deh, dari pada sakit hati," ejek Tika tertawa bahagia.

"Oh ya, satu lagi, gue mau bilang maksih karena lo mau pindah sekolah, jadi gue bisa bikin Rendy lupain lo. Meskipun awalnya dia galau banget pas lo pindah, tapi gue bisa bikin dia bahagia dan sekarang sampai selamanya dia milik gue," Lanjut Tika.

"Gue gak perduli dengan kalian berdua, penghianatan dan penggoda memang cocok bersanding. Dan lo gak perlu berterima kasih atas kepindahan gue, karen tanpa Mama suruh gue juga bakalan pindah," balas Amanda mengepalkan tangannya.

"Jaga ucapan lo, ya, gue bukan penggoda, tapi Rendi sendiri yang bilang kalau dia lebih pilih gue daripada lo. lagian gue tahu hati lo belum sepenuhnya move on. Kan? Dengan senang hati gue mau melihat air mata lo jatuh saat Rendy menyematkan cincin di jari manis gue malam nanti." Kata Tika bermaksud memanas-manasin Amanda.

"Dan gue gak bakalan pernah menangisi penghianat, camkan itu,"

Sinis Amanda lalu meninggalkan Tika yang tersenyum sinis.

Bisa dikatakan kalau saat ini Amanda munafik, karena hatinya msih mencintia cowok yang menghianatinya. Bagiamana mungkin Amanda bisa langsung melupakan cowok yang saat itu selalu ada untuk menghapus air matanya. Yang selalu menjaganya.

"Aku cinta sama kamu dan aku janji nggak bakalan tinggalin kamu, aku bakalan selalu ada di saat kamu butuh sandaran."

Kalimat itu yang selalu di katakan pada Amanda. Saat Amanda membutuhkan sosok itu, dia harus menerima kenyataan bahwa cowok yang sangat ia sayangi, dan yang selalu membuatnya merasa nyaman justru berhianat. Maka sejak hari di mana dia tahu rahasia itu.

Hati Amanda sudah mantap bahwa dia akan mendapatkan pengganti Rendy yang lebih baik .