webnovel

Cinta, Luka dan Bahagia

Pagi yang cerah melambangkan suasana hati yang penuh bahagia, terlihat seorang lelaki dengan wajah yang begitu tampan berdiri dihadapanku. Seolah lelaki itu adalah lelaki yang dikirimkan oleh Tuhan untukku. Tapi sayangnya ia tidak mengajakku berkenalan. Sejak pertemuan itu, kumulai menyimpan rasa untuknya, sifat cueknya membuatku kagum. ia tidak seperti lelaki yang sering menawarkan cinta pada setiap wanita. Kumerasa aneh dengan perasaanku selepas bertemu dengan Lelaki itu, apakah ini yang dimaksud cinta pandangan pertama? meski ia tak tau bahwa aku menyukainya. Kuberharap akan bertemu dengan lelaki itu lagi.

***

Keesokan paginya, seperti biasa kumulai beranjak ke sekolah. Cuaca hari ini tampaknya mendung dan pertanda hujan akan turun. Kubergegas langsung ke sekolah dengan menggunakan sepeda motor. kurang 10 menit lagi pelajaran dimulai. Sepeda motor berwarna biru itu kuparkir tepat di sebelah motor besar berwarna merah. "Tringggggg" suara bel sontak membuatku meninggalkan parkiran dengan berlari. "Brukk" Tak sengaja kumenabrak seseorang. "kamu kenapa berlari?" suara itu membuat jantungku berdetak tak seperti biasanya. Kuperhatikan penampilannya, sepatu hitam bertali putih, dan seragam putih abu-abu sepertiku menambah pesona ketampanannya. "Eh kenapa kamu diam saja?" Ia berkata sambil melambaikan tangan kanannya pada wajahku. "iiiya, kenapa?" jawabku setengah kaget. "sepertinya aku pernah bertemu denganmu, tapi di mana yah?" Lanjutnya sambil berpikir. "Iya, kamu lelaki yang pernah bertemu denganku di taman kemarin." Ingatku spontan. "kenapa kamu di sini?" lanjutku. " oh iya, aku murid baru pindahan dari jakarta, kalau boleh bertanya dimana kelas XI Ips 1 yah?" Tanya lelaki itu. "Ayo ikut aku, kebetulan kelasku XI Ips 2 jadi arahnya sama, kita bareng saja." Ajakku sedikit malu.

***

Kuberjalan menuju perpustakaan sambil mencari seseorang yang sering bersamaku, tak lain adalah Sahabatku. "Zahraaa.." suara cempreng memanggilku. Kulangsung menoleh memastikan suara itu pasti Risha. "kemana saja kamu?" tanyaku. "Habis dari kepoin anak baru itu" jawabnya antusias. "Hah!!" tanggapku kaget. "Ehh kamu kenapa, kaget gitu?" tanya Risha. "Sudah, ayo kita kerja tugas di perpus". Ajakku mengendalikan perasaan.

***

Buku-buku berjejer rapi pada rak-rak bagiannya. Kuraih buku pelajaran bahasa indonesia dan duduk paling pojok bangku perpustakaan. "Eh ra, lihat itu". Ucap Risha sebelum mendudukkan diriku pada bangku perpus. "Lihat apa?" jawabku mengikuti arah telunjuknya. Jantungku semakin tak karuan ketika menatap lelaki tinggi berkulit putih yang sibuk membaca buku. " Eh ra, itu murid baru yang tampan itu." ucap Risha meyakinkanku. " Iya." Jawabku sambil mendudukkan diriku. "Risha, kamu mau kerja tugas atau memandangi murid baru itu." Ucapku menarik tangan Risha yang masih berdiri memandangi murid baru itu.

***

Bel telah berbunyi tandanya semua siswa masuk ke kelas. "Tringgg..tringgg" bel masuk. "Riss yuk kita masuk ke kelas" ujar Zahra. "Oh iya, kamu duluan saja nanti aku nyusul" ucap Risha. Sampai di kelas ku duduk dibangku paling tengah. Tiba-tiba suara teriakan dari depan pintu kelas memanggilku, ternyata Risha. "Raa, kamu tahu genk princess XI Ips 1?" Tanya Risha dengan ngos-ngosan. "mmm, Iya yang diketuai oleh Shering kan?" jawabku sambil berpikir. "Iya, ternyata mereka suka sama murid tampan itu, kalau tidak salah namanya Al..Alvin, iya namanya Alvin." Ucap Risha. "oh namanya Alvin." Lirihku tersenyum saat mengetahui namanya. "Raa, itu ibu sunarti, ayo masuk kelas." Ajak Risha.

***

Malam semakin larut, kumerenungkan semua kejadian sewaktu di sekolah. Entah bagaimana kelanjutan perasaanku yang semakin besar terhadapnya tetapi tak ada satupun yang tau tentang perasaan ini. Hanya Aku dan Allah yang tau. Di sisi lain ku mulai berpikir bahwa aku memang tak pantas untuknya. Banyak yang suka kepadanya dan memang sebagian teman kelasnya suka sama dia bahkan sahabatku pun menyukainya. Ku bingung harus bagaimana lagi jika bertemu dengannya, apakah ku harus menjauhinya dan membiarkan perasaan ini terkubur dalam-dalam? entahlah, rasanya tak sanggup menahan rasa sakit ini. Akan kucoba dengan tidak memikirkannya lagi, cukup rasa sakit ini mewakili semuanya.

***

Keesokan harinya, tiba di sekolah ku melihat Risha bersama Alvin berduaan. Ku langsung berbalik arah dan pergi dengan meneteskan air mata meninggalkan Risha yang sedang asyik berbicara dengan Alvin. Seketika hatiku sangat hancur melihatnya, air mataku terus mengalir tak tahan dengan rasa sakit ini. Cukup dia yang membuat hatiku patah berkeping-keping. Saat itu Risha datang kepadaku dan menanyakan kabar, ku kumpulkan kepingan-kepingan hati dan berusaha tersenyum seraya mengatakan aku baik-baik saja. Rupanya senyum yang ku paksa ini berhasil meyakinkan Risha bahwa diriku memang baik-baik saja. Kenyataan sakit seakan-akan membuatku mati rasa. Hatiku yang dulunya penuh cinta dan keceriaan harus menerima sakit yang begitu dalam.

***

Perasaan ini membuatku lelah, ku putuskan untuk menenangkannya dengan menyaksikan mentari senja di taman. Angin sore menemani langkahku bersama hati yang hampa. Beberapa kali pikiran berkelana menyaksikan kejadian Risha bersama Alvin. Ku duduk pada kursi taman, pohon rindang dan bunga-bunga sepertinya bersimpati kepadaku. Air mata mengalir begitu saja. "Kamu kenapa?" suara Lelaki menyapaku sembari menyodorkan sapu tangan. Ku usap air mata menggunakan sapu tangan, ku mendongak memandang wajah lelaki itu. Mata seakan tak percaya kalau lelaki itu adalah Alvin. "Kamu kenapa?" tanya Alvin kembali sambil duduk di sampingku. "Ahh, aku tidak apa-apa" ucapku. "Kalau tidak apa-apa, kenapa kamu menangis?" tanya Alvin membuatku sulit mencari alasan. Ku hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Alvin. "Zahra ada yang mau aku sampaikan" ucap Alvin. "Kenapa kamu tahu namaku, seingatku kita tidak pernah kenalan" ucapku. "Oh iya, aku tahu namamu dari Risha" ucapnya sambil tersenyum. Mendengar nama Risha membuat perasaan luka kembali lagi. "Zahra sebenarnya aku punya perasaan kepadamu, kamu ingat saat pertama bertemu di taman ini?" ucap Alvin. Dengan hati yang bergetar Zahra mengangguk dan tersenyum malu. "Itulah pertama aku jatuh cinta pada gadis taman itu, kamu tau kan siapa gadis taman itu, Iya itu kamu. Aku jatuh cinta padamu" ucap Alvin dengan tulus. "Tapi.. Risha.." ucap Zahra terbata-bata. "Risha kenapa?" sambung suara perempuan dari belakang. Ku menoleh dengan terkejut saat mengetahui wanita itu adalah Risha. Risha menghampiriku dengan tersenyum. "Maaf Risha, aku tidak bermaksud menyakiti perasaanmu, aku akan menghilangkan perasaan ini" jelas Zahra. "Jadi kamu juga punya perasaan kepadaku Zahra?" tanya Alvin bahagia. "Hahaha, kamu apa-apaan sih Raa, kenapa kamu minta maaf padaku, sejak kapan kamu menyakiti perasaanku?" ucap Risha. Dengan wajah heran Zahra bertanya "bukannya kamu juga suka sama Alvin?". Risha semakin tertawa. "Kenapa kamu tertawa Risha?" tanya Zahra bingung. "Oh iya, kamu belum tau ya Raa, kalau Alvin itu sepupu aku" jelas Risha tertawa. Wajah Zahra tidak memungkiri adanya kebahagiaan dalam hatinya saat mengetahui ia tidak melukai hati sahabatnya dan berkesempatan menghadirkan perasaan cinta yang tadinya harus ia relakan. "Jadi bagaimana Zahra, kamu mau kan menerima cintaku?" ucap Alvin. Dengan wajah yang memerah karena malu membuat Zahra salah tingkah dan tersenyum membuat wajahnya semakin cantik. "Terima saja Raa, aku sangat setuju kalau kamu sama Alvin" ucap Risha. "Mmm sebenarnya aku juga punya perasaan kepadamu Alvin, saat pertama bertemu ditaman aku yakin bahwa kamu adalah lelaki yang dikirimkan Tuhan untukku dan setelah kejadian itu aku berharap kita bertemu lagi, dan kenyataannya kebahagiaan itu benar adanya, bukan luka yang kupikirkan saat kau bersama Risha. Iya aku juga punya perasaan padamu" jelas Zahra dengan hati bergetar.

-The and

"Jika dua hati ditakdirkan untuk dipasangkan tak akan ada sebab untuk memisahkannya."

Makassar, 4 Maret 2018

Pena Saskara