webnovel

Tak ternak maka tak sayang

Alaia merutuki dirinya sendiri sambil terus berlari dari mobil yang di parkir menuju peternakan. Dia sudah berulang kali memastikan menyetel alarmnya dengan benar tepat pukul empat pagi mengingat perintah Mang Asep untuk datang pagi-pagi. Setelah sampai di depan kandang sapi dia buru-buru mempersiapkan wearpack dan sepatu kansang yang disediakan di peternakan untuk memulai pekerjaan.

"Maaf ya, Mang. Tadi malam saya maraton nonton film, jadi bangunnya kesiangan." Kata Alaia dengan wajah kusut didepan Mang Asep.

"Aduh Neng, kemarin saya udah bilang harus bangun pagi. Dari tadi Pak Elang sudah nanyain Eneng terus." Jawab Mang Asep sambil merapikan peralatan memerah sapi.

"Terus gimana dong, Mang. Kan saya juga nggak berencana mau telat. Sekarang Pak Elangnya mana, Mang?"

"Pak Elang tadi sih keluar nuntun kuda kesayangannya, Neng." Jelas Mang Asep.

"Yaudah, Mang. Saya samperin Pak Elang dulu. Maaf belum bisa bantu ya, Mang." Sesal Alaia.

Alaia bergegas menuju padang rumput di belakang kandang sapi perah. Disana dia melihat Elang, bosnya yang sedang mengajak kuda kesayangannya berjalan-jalan sambil merumput.

"Sorry gue telat, tadi malem gue begadang ada kerjaan."

"Kerjaan penting banget ya? Sampe bikin loe bangun kesiangan dan telat dateng? Elo tau nggak gue disini gaji loe buat kerja bantuin Mang Asep. Tapi lihat, Mang Asep tadi pagi merah 20 sapi sendirian. Emang nggak guna ya loe, Ia." Elang terlihat marah dengan mata melotot.

"Ya ampun, kan merahnya pake alat nggak pake tangan. Biasa aja kali, nggak capek-capek amat." Jawab Alaia enteng.

"Kayak gini nih yang gue nggak suka. Elo suka banget ngeremehin kerjaan. Sekarang elo ke kandang ayam di ujung jalan tuh. Elo bersihin sampe nggak bau kotoran lagi. Telur-telurnya jangan loe ambil, nanti bakal ada pengunjung anak-anak yang bakal dateng."

"Iya iya, nggak usah marah-marah, gue ngerti kok." Balas Alaia yang kemudian beranjak menuju kandang ayam petelur. Kandang ayam petelur yang berada di peternakan tersebut merupakan salah satu tempat yang disukai para pengunjung. Kandang ayam berbentuk rumah panggung kecil dengan cat kuning dan atap merah muda menarik pengunjung terutama anak-anak yang tertarik mengambil telur-telur ayam dengan keranjang yang sudah disediakan. Alaia terlihat tertarik untuk ikut bergabung Mang Mail yang bertugas mengurus kandang ayam tersebut.

"Biar saya bantuin ya, Mang Mail." Kata Alaia tanpa melepaskan senyum di bibirnya.

"Nggak usah atuh, Neng. Kandang ayam kan bau, nanti Eneng harus mandi kalau bersihin ini kandang." Jawab Mang Mail.

" Nggak papa, Mang. Lagipula ini perintah dari bos besar tuh. Kalo saya nggak bantuin bersihin bisa-bisa saya diomelin lagi." Jawab Alaia mulai sewot.

"Ah Eneng bisa aja. Pak Elang teh baik banget atuh, Neng. Beliau nggak pernah marah-marah kalau sama pegawai. Pak Elang itu kalau kerja tidak pernah setengah-setengah, kalau ngurus ternak itu selalu pakai kasih sayang. Lagipula jarang-jarang anak muda jaman sekarang yang mau nerusin usaha peternakan keluarga seperti ini, Neng." Jelas Mang Mail panjang lebar.

"Mamang nggak tau aja kalo Elang udah marah-marah, nyebelin banget tau. Mana suka seenaknya lagi sama saya. Yaudah deh, Mang. Saya bantuin bersihin aja ya." Pinta Alaia.

Alaia mulai membersihkan kandang-kandang ayam dari kotoran yang bercecer di sekitar kandang, kemudian mengganti jerami yang menjadi alas untuk bertelur ayam-ayam tersebut. Tidak lupa dia mengisi ulang pakan dan minum.

"Gimana kerja gue? Beres kan? Gini doang sepele banget tau." Ucap Alaia ketika Elang mendekat.

"Lumayan juga. Abis ini loe ke kandang kuda ya, ikut ngurusin kuda disana sama gue. Nanti jam 9 bakal ada pengunjung yang minta diajarin nunggang."

"Loe gila ya! Baru aja gue selese ngerjain ini udah disuruh kerja lagi? Loe pikir gue pekerja masa penjajahan Belanda apa, nggak pake istirahat." Semprot Alaia.

"Lemah banget sih jadi orang, emang gini kerja di lapangan. Kalo mau enak elo daftar kerja kantoran sana. Kemarin waktu wawancara elo bilang sama bawahan gue kalo loe suka kerja lapangan, suka kerja ketemu ternak langsung. Baru disuruh bersihin kandang aja udah lemes."

"Terserah deh, berdebat sama elo bikin capek. Capek hati!"

"Beresin tuh peralatan, abis itu inget susul gue di kandang kuda ya!"

"Iyeeeee!!!" Jawab Alaia dengan muka betenya.

"Sabar atuh, Neng. Anggap aja Eneng teh baru di uji sama Pak Elang, Eneng cocok apa enggak kerja di sini." Mang Mail mencoba membujuk Alaia.

"Saya mah cocok mang kerja disini, cuma nggak cocok sama bosnya aja sih."

Alaia berjalan menuju kandang kuda sesuai arahan dari Elang. Di depan kandang kuda sudah terdapat tiang-tiang yang digunakan untuk mengikat tali kuda.

"Kita bakal grooming kuda sekarang." Jelas Elang.

"Apaan tuh grooming kuda?"

"Aduh susah ya ngomong sama elo, katanya lulusan sarjana peternakan, tapi grooming kuda aja nggak tau."

"Grooming itu kita bersihin dan rawat kuda, supaya penampilannya makin keren. Jadi yang dandan dan perawatan nggak cuma manusia aja."

"Oalah gitu, ya ampun bukan berarti gue harus tau semua tentang ternak walaupun gue udah sarjana peternakan ya, El."

"Itu alat-alatnya elo tanya Mang Andi aja nama sama fungsinya buat apa. Gue mau nunggang bentar." Kata Elang

"Iya."

Bersambung.....