webnovel

Jumpa Pertama Kali

Airis gadis cantik berambut panjang, kehidupannya kurang bahagia karena Ayah dan Ibunya bercerai, Ayahnya sudah menikah lagi sedangkan Ibunya baru saja meninggal, sebelum meninggal Ibunya sempat berpesan.

"Cari Ayahmu dan sayangi Ibu Tirimu."

Hari ini tekadnya sudah bulat, ia pergi ke Bogor untuk mencari Ayahnya, hanya berbekal selembar foto dan alamat ia melangkahkan kakinya, tidak banyak baju yang ia bawa, lalu sesampainya di Bogor tiba-tiba saja perutnya berbunyi.

"Krucuk, krucuk, krucuk ..." dan kemudian ia pun melangkahkan kakinya menuju ke cafe dan segera masuk lalu duduk, secara tidak sengaja ada cowok yang menumpahkan air ke bajunya, ia mengenakan kacamata.

"Maaf gak sengaja," ujar cowok itu, dan Airis yang terkejut pun membalas.

"Iya gak papa ... lain kali hati-hati ..." kemudian cowok itupun berlalu.

'Keren sih ... tapi pakai kacamata,' ucap batin cewek lulusan S2 itu, ia terlihat menarik nafas dalam-dalam lalu ia berdiri mengambil tas dan tak sengaja tabrakan dengan cowok itu tadi, si cowok melepas kacamatanya dan kemudian berkata.

"Heh, hati-hati dong ...!"

"Ya udah ... gak usah bentak-bentak gitu deh, lebay lo ah!" ucap Airis membalas.

"Elo tuh yang lebay!" timpal si cowok tidak mau kalah. Lalu Airis pun segera pergi sambil mendorong pundak cowok itu sembari berucap.

"Bodo amat!" dan "Prak ..." kacamata cowok itu rupanya terjatuh bahkan terinjak oleh kaki Airis dan juga sampai kacanya pecah.

"Ups ... sorry gak sengaja, lupa kalau lu pakai kacamata, jadi pecah deh ... pasti kamu marah ya? Tapi sayang uangku terlalu berharga untuk mengganti kacamatamu itu, lagian kamu kan bisa beli lagi? Sepertinya kamu anak orang kaya?" ujar Airis dengan gaya slengeannya.

"Dasar perempuan, siapa juga yang mau minta ganti? Lagian kacamata ini sudah tidak berfungsi lagi juga, nih ... buat kamu aja, buat oleh-oleh," ucap cowok itu setelah mengambil kacamatanya dan kemudian mengulurkannya ke Airis lalu cowok itupun pergi, Airis terdiam sejenak dan ia nampak tidak terima dengan sikap cowok itu dan kemudian ia pun berjalan cepat menyusul cowok itu sembari berkata.

"Heh! Emang gue apaan? Barang sampah kaya ini juga, dasar hmmm!" timpal Airis dengan sedikit menggerutu, dan cowok itupun melangkah keluar menuju mobilnya dan kemudian langsung masuk.

"Dada ..." cowok itupun berlalu, dengan perasaan masih jengkel Airis nampak menginjak-injak kacamata cowok itu tadi.

"Ih, ih, ih ...!" dan kemudian baru ia sadari kalau alamat Ayahnya tadi hilang, ia berjalan lemas.

"Mama ... kenapa Mama menyuruh aku mencari Ayah ... aku kan bisa hidup sendiri ... mencari uang sendiri ... ah ...!" dan karena berjalannya pelan maka mobil yang berada di belakangnya pun membunyikan klaksonnya.

Tiiin .... Airis pun kaget dan secara reflek ia berucap "Ya Allah .." lalu seseorang pun nampak keluar dari dalam mobil sambil berkata kasar.

"Heh, kamu ini ingin mati?!" Lalu kemudian Airis pun menoleh dan orang itu melepaskan kacamata hitamnya, Airis terkejut.

"Ayah," ucap gadis cantik itu.

"Airis, kamu benar Airis kan?" tanya orang itu dan Airis pun tersenyum sembari mengangguk, untuk sesaat mereka berdua pun berpelukan, lalu kemudian Airis pun langsung masuk ke dalam mobil, sambil menjalankan mobilnya Ayahnya pun bertanya.

"Mana Ibu kamu Ris? Gimana kabarnya? Baik? Ibumu setiap Ayah ulang tahun yang dikirim hanya fotomu, aku sangat mencintainya." Airis nampak tersenyum tipis lalu iapun berkata dengan pelan pada ayahnya.

"Indahnya kehidupan dunia pasti akan berakhir dan semua akan kembali pada sang maha kuasa, Alloh menciptakan manusia untuk bisa saling menyayangi dan mengasihi, ada pertemuan ada pula perpisahan, bagi yang berkelakuan buruk pasti akan mendapatkan siksa, sedangkan yang baik akan dimuliakan dan dilayani seperti seorang ratu, semoga Ibu mendapatkan pelayanan seperti ratu," tutur Airis, dan Ayahnya pun langsung menyahut penuturan putrinya itu.

"Ada apa dengan Ibumu Ris?" Airis mencoba untuk tersenyum sedangkan air matanya tidak kuasa ia tahan, iapun menangis.

"Ibu meninggal," jawab Airis singkat, mendengar itu Ayahnya pun terkejut dan langsung mengerem mobilnya dengan mendadak.

"Apa? Ibumu meninggal?" tanyanya dengan perasaan yang belum begitu percaya.

"Kenapa kok bisa meninggal Ris?" lanjut tanya sang ayah.

"Ayah baru merasakan kehilangan cinta, aku tidak pernah tahu kenapa Ayah dan Ibu bisa sampai bercerai? Yang aku tahu Ibu mempunyai penyakit kanker otak," tutur Airis berlanjut, dan kemudian Ayahnya pun kembali menjalankan kembali mobilnya, dengan air mata yang masih mengalir Airis kembali bertanya.

"Kenapa Ayah tidak perduli sama Ibu? Padahal Ibu sangat mencintai Ayah."

"Aku peduli Ris, dia menyuruh Ayah untuk menceraikannya dan menikah dengan wanita pilihannya," jawab sang ayah.

"Awalnya aku tidak menerima dan aku berfikir kalau Ibumu membenciku, aku gak pernah tahu kalau Ibumu punya penyakit itu," lanjut ujar sang ayah dan Airis pun langsung menyahut.

"Sudahlah, yang lalu biarlah berlalu." Anak dan Ayah itu nampak saling terdiam, Airis melihat foto seorang gadis dan juga gadis kecil yang ada di sampingnya, lalu tangannya meraih foto tersebut dan kemudian bertanya.

"Ini siapa Yah?" ayahnya nampak tersenyum.

"Yang besar namanya Rina, saudara tiri kamu, dan yang kecil Ayah beri nama Airin agar Ayah bisa selalu mengingatmu, mereka berdua saudara tirimu," terang sang ayah, dan kemudian Airis pun mengembalikan foto itu tadi ke tempatnya semula. Lalu gadis itu melihat pemandangan luar dari kaca mobil, ia terlihat meneteskan air mata.

"Kuliah di sini saja ya Ris?" tanya ayahnya dan Airis pun hanya diam tanpa jawab. Lalu ayahnya terus berkata.

"Diam berarti setuju." Airis pun langsung memandang ayahnya, dan tidak lama kemudian mereka pun sampai di rumah dan segera turun dari mobil.

"Sudah sampai, ayo Ris masuk," ucap sang ayah.

"Ma ... Ayah datang ... ayo lihat siapa ini yang datang ...?" seru sang ayah dengan raut muka ceria. Lalu semuanya pun keluar menyambut kedatangan mereka, dan Rina berkata.

"Kak Airis," sapanya sambil tangannya meraih tas Airis dan Airis pun langsung berkata.

"Jangan, jangan sentuh barangku!" seru Airis merebut kembali tasnya itu. Melihat sikap Kakaknya itu Rina pun membatin.

'Ih ... menyebalkan banget sih kak Airis ini." Lalu mereka pun masuk, Mama tirinya menyambut.

"Wah ... cantik banget ya anaknya ...? Ayo masuk nak ..." Airis hanya diam, lalu mamanya meminta Rina untuk mengantarkan kakaknya itu ke kamarnya.

"Rina ... antar Kak Airis ke kamarnya ya ...?" Rina nampak mengambil nafas panjang.

"Ayo kak," ajaknya dengan muka sedikit masam, lalu Airis pun berjalan di belakang.

"Semester berapa Kak Airis sekarang?" tanya Rina, mendapat pertanyaan dari adiknya seperti itu Airis tidak menjawab tapi malah ngomong tentang hal lain.

"Enak ya jadi kamu? Tinggal di rumah mewah, disayang kedua orang tua." Mendengar itu Rina tersenyum manis dan kemudian berucap.

"Ya gak jugalah Kak, sama aja kali ..." lalu mereka berdua pun masuk ke dalam kamar, Airis meletakkan tasnya di atas tempat tidur, dan Rina nampak membuka tirai kamar.

"Ini pemandangan yang indah Kak, dan kamar ini kebetulan searah dengan kamar Kak Rendy, itu depan," ucap Rina sambil jarinya menunjuk ke arah yang dimaksud.

"Kakak besok kalau kuliah bareng aku, nanti aku kenalin ke Kak Rendy, pokok cool banget orangnya, tajir, pintar dan satu lagi dia itu suka mengoleksi kacamata," terang Rina.

Next chapter