webnovel

Cinta ini tumbuh demi kalian.

" Pergilah. Sebab aku tak pernah memaksamu untuk tetap di sisiku." Kata Lita sambil menunduk dan menyeka air matanya yang jatuh bebas. "Baik, jika itu maumu. Kamu pikir siapa kamu bisa berkata seperti itu kepadaku hah!" Bentak Robby sambil meremas jasnya yang sedang di genggamnya. "Susah payah aku datang kesini, hanya untuk mendengar penilaian sepihakmu ini?" "Bersenang senanglah dengan opinimu sendiri!" Kata Robby dengan nada marah lalu pergi keluar kamar rawat. Pertengkaran itu selalu terjadi, Lita sudah tidak tau lagi apa yang harus di lakukannya untuk saat ini. Semua hanya demi ibunya demi menyambung nyawa ibunya hingga kita rela melakukan semua kepalsuan dalam pernikahan yang tak pernah diharapkan. Lita hanya bisa terbaring lemah dan menangis pilu seorang diri. Nafasnya mulai tersengal menahan kesedihan mana kala dia mengingat statusnya sebagai istri sah Robby Alfiansyah. Robby seorang CEO kaya dan ketampanan yang paripurna. Sedang Lita hanya gadis biasa yang hidup serba pas Pasan. Tidak ada yang istimewa dari dalam diri Lita Kartika. Lita hanyalah anak yatim yang hanya hidup bersama dengan sang ibu yang sekarang sudah sering sakit sakitan. Tak pernah merasakan kasih sayang seorang Ayah, membuat Lita membulatkan tekad untuk bertahan sekuat mungkin hingga nafas terakhir demi keutuhan rumah tangganya demi kebahagiaan putra putri kembarnya.

mei_30 · Teen
Not enough ratings
46 Chs

27. Kepergian ibu

Lita terkulai lemah di rumah sakit. Masih belum mampu menerima kenyataan jika ibunya pergi secepat ini tanpa pesan apapun. Jauh di dalam lubuk hatinya Lita menyesal karena telah menyembunyikan pernikahan. Hari ini dia bertekad untuk membuka semuanya.

Untuk mengakui pernikahannya dan jujur mengatakan alasan pernikahannya kepada suaminya. Lita sudah berputus asa dan benar benar ingin menyudahi semuanya mengingat tidak ada lagi penyemangat hidup baginya.

"Kamu siap?" Tanya Robby kepada Lita yang terus menangis tanpa suara namun matanya lancar menitikan air mata dengan tatapan kosong.

Lita mengangguk dengan tatapan kosong. Robby mencoba memapah Lita namun Lita menatapnya lalu berkata.

"Aku bisa sendiri mas."

Lita berjalan dengan lemas dan putus asa. Sedang di kediaman pak Joko semua sudah menunggu Lita untuk segera mengebumikan jenazah Bu Ayu yang sudah di kafani dan selesai di sholatkan.

Semua mata mengarah kepada Lita dan Robby. Kakek Agus sudah terlebih dulu hadir di kediaman pak jok untuk mewakili dari pihak keluarga Robby bersama Leo. Dalam keadaan berduka tentu saja pak Joko lupa untuk bertanya perihal kedekatan Lita dan Robby yang sedari tadi terlihat begitu akrab. Lebih dari sekedar hubungan asisten dan majikan.

Suasana begitu haru di temani mendung dan rintik hujan. Selesai mengkebumikan mereka semua kembali ke kediaman pak Joko. Barulah saat itu pak Joko mulai membuka percakapan perihal kedekatan Lita dan Robby.

"Pak, sebenarnya ada yang ingin saya tanyakan." Ucap pak Joko kepada kakek Agus.

"Oh, silahkan pak." jawab kakek Agus dengan ramah.

"Sedari semalam, saya melihat cucu bapak sangat intens menjaga nak Lita. Bahkan tidak mengijinkan Pandu untuk membantunya sedikitpun. sebenarnya ada hubungan apa diantara mereka ya pak?" Tanya pak Joko.

Belum sempat kakek membuka mulutnya, Lita terlebih dulu menjawab dengan lantang dan sangat jelas serta di saksikan beberapa tetangga dan aparat desa.

"Mas Robby adalah suamiku paman. Kami sudah menikah." Kata Lita tiba tiba.

"Apa nak? kamu sudah menikah?" sambung Bu asri tidak percaya.

"Kapan mbak?" Tandas Pandu dengan perasaan kecewa.

"Belum lama, sekitar 2 Minggu ini kami sah menjadi suami istri." Jawab Robby dengan bangganya dan memasang wajah seperti meledek Pandu.

"Kamu tidak bercanda kan Lita?" Tanya bibi Asri lagi.

Lita menggeleng dengan yakin.

"Bibi rasa ada yang salah disini." ucap Asri sambil menatap Lita intens.

"Kalian sangat berbeda secara status sosial. Kalian juga tidak saling mengenal baik. Lalu secepat ini kalian menikah dan terkesan menyembunyikan dari kami semua. Ada apa ini sebenarnya?" Kata bibi Asri dengan raut wajah bingung sekaligus kecewa.

"Bi, aku sudah menikah dengan dia. Alasan aku menikah dengan dia adalah karena ibu membutuhkan perawatan. Aku terdesak keadaan dan tidak sengaja bertemu dengan kakek Agus. Beliau memintaku untuk menikah dengan cucunya dan sebagai imbalannya maka segala biaya dan perawatan ibuku mendapat pelayanan nomor satu. Tapi sekarang ibuku sudah tiada." Kata Lita sambil terisak pilu.

"Sudahlah nak, sudah. Jangan ratapi kepergian ibumu. ikhlaskan dia." ucap bibi Asri sambil memeluk Lita.

"Benar kata bibi mu nak, ikhlaskan ibumu. Sekarang ada kami keluargamu." Sambung kakek Agus dengan lembut.

"Terimakasih banyak kek," jawab Lita di sela sela tangisnya.

"Lita, sampai malam ke tujuh kamu menginap di rumah bibi dulu ya. Kita mengadakan tahlil untuk ibumu disini." kata bibi Asri sambil mengusap rambut Lita.

"Iya, kamu dan suamimu berdiam lah disini dulu selama beberapa hari. Kita doakan ibumu bersama sama." Kata paman Joko.

Robby hanya tertunduk dan diam mendengarkan segala percakapan mereka.

"Sekarang kamu pasti lelah, beristirahatlah dulu di kamar tamu bersama suamimu." Perintah bibi Asri agar Lita beristirahat di kamar tamu.

Bibi asri menggiring Lita untuk beristirahat di kamar tamu. Sementara Robby masih berbincang dengan para tetangga dan banyak orang yang hadir untuk berkabung.

"Nak Robby, masuklah. Temani nak Lita, bibi ada sedikit urusan untuk acara memasak dan membuat nasi berkat nanti malam. Kalian beristirahatlah." Kata bibi Asri dengan lembut kepada Robby.

Robby lantas masuk kedalam kamar dan mengunci pintunya. Lita tidak melihat ataupun menghiraukan kedatangan suaminya.

"Beristirahatlah!" Kata Robby sambil menatakan bantal.

"Mas, dulu aku menikah dengan mu karena ibuku. Tapi sekarang dia sudah tiada. Sekarang terserah kamu mas, aku sudah tidak punya alasan untuk terus bertahan."

"Aku pun juga tau, diantara kita masih tidak ada apa apa. Aku dan kamu masih saling bimbang dan ragu." Kata Lita dengan tatapan kosongnya dan keputus asaannya.

Robby lalu terdiam dari geraknya dan berdiri di hadapan Lita. Matanya memandang Lita sendu dan penuh iba. Sementara Lita, masih tetap dengan tatapan kosongnya.

"Dengar! sekarang kamu adalah istriku. Aku sudah tidak peduli lagi dengan alasan kenapa kamu mau menikah denganku."

"Terlepas dari itu semua, kita sudah saling berjanji untuk berusaha menjadi sepasang suami istri yang baik. Kamu lupa?" Tanya Robby sambil menangkup wajah Lita dan menatapnya lekat.

Lita mulai menangis dengan mengeluarkan suara yang selama ini tertahan sesak di dalam dadanya.

"Tapi aku tidak pantas buatmu mas. Aku tidak seperti mereka mantan mantanmu." Jawab Lita dengan sangat putus asa.

"Aku takut jika perasaan yang kamu milikku untukku ini hanyalah karena kasihan dengan keadaanku." Ucap Lita sambil merintih di dalam tangisnya.

Robby terdiam dan tidak bisa menjawab, mengingat dirinya juga masih belum mengerti dengan apa yang sedang di rasakannya. Robby lalu menangkup wajah Lita dan mengecup kedua pipi istrinya yang basah karena air mata.

"Dengar, aku tidak suka jika kamu terus meragukan hubungan kita ini. Aku ingin, kita sama sama berusaha."

"Ibumu memang sudah tidak ada, tapi kamu masih punya ibuku, adikku dan kakekku juga aku. Jadi pikirkanlah kami juga sebagai alasanmu terus menjalani hidup."

"Pikirkan kami, karena kami juga menyayangimu." Kata Robby dengan lembut.

Lita menjadi semakin terisak haru mendengar perkataan suaminya. Robby lalu merangkul Lita yang sedang duduk di tapian ranjang sehingga wajah Lita tepat menghadap perutnya. Tangan Robby tak henti-hentinya menepuk nepuk punggung Lita dan membelai lembut rambut Lita.

"Ta, Lita? Lita!" Panggil Robby sambil menggoyangkan tubuh Lita yang melemas dan kehilangan kesadaran.

Lita pingsan lagi. Robby menjadi panik lalu menggendong Lita keluar kamar. Bu Asri ikut panik melihat Lita yang pingsan. Kakek Agus seketika ikut khawatir dan mengikuti langkah Robby.

"Leo, cepat antarkan kami kembali ke rumah sakit." Kata kakek dengan kecemasan di wajahnya.

"Bu, kami saja yang akan mengurus Lita di rumah sakit. Anda mengurus acara tahlil disini."

"Iya pak, saya titip Lita ya." kata Bu Asri dengan raut khawatir.

"Tentu Bu, tentu kami akan menjaganya." jawab kakek sambil berlalu pergi.