webnovel

Anak Lambeturah

Gummy merapihkan alat tulisnya dengan tergesa-gesa. Saat bel lonceng pulang sekolah berbunyi, ia menjadi semakin tidak fokus mendengarkan pelajaran yang barusan disampaikan, bahkan ketika ditugaskan untuk mengerjakan PR pun, ia tidak tahu halaman berapa. Gummy sibuk memikirkan janji dengan anak lambeturah itu. Baginya, sosok Abiyan hanya untuk mengacaukan hidupnya. Baru kali ini ia menjadi kelabakan, karena kekepoannya terhadap satu orang penting di sekolah.

Dikta yang memperhatikan gerak-gerik Gummy mengeryitkan dahi, lalu ia bertanya pada sahabatnya, dari sejak kecil itu.

"Mau kemana lo? buru-buru amat."

"Gue mau ketemu sama monster," jawab Gummy.

Gummy menundukkkan kepalanya untuk melihat bawah kolong mejanya, kalau-kalau ada benda yang tertinggal.

"Kalau besok gue nggak sekolah, lo harus bilang ke orang tua gue kalau gue sayang mereka, bye."

Gummy memboyong badannya keluar kelas, sesekali gadis itu melirik jam tangannya dan menggumam menyalahkan dirinya yang sedikit terlambat menepati janji pada Abiyan yang diketahuinya sangat disiplin itu. Gummy kini meninggalkan Dikta sendiri, cowok berkacamata yang terkenal pintar dengan tubuh atletis, tidak terlihat cupu, seperti kebanyakan orang yang memakai kacamata, malahan ia terlihat elegan dengan aura kewibawaan yang terpancar di dalam dirinya.

Gummy sangat beruntung mempunyai sahabat seperti Dikta yang seringkali tanpa tahu malu dimintai jawaban kerja sekolah oleh Gummy, namun dengan senang hati cowok itu mencontekkan jawabannya dengan percuma. Menurut Dikta, Gummy akan menjadi bodoh dan tidak akan belajar lagi, jadi ia tak perlu repot-repot mempertahankan gelar juara di kelas, walau hanya mengalahkan satu gadis bodoh.Terkadang, meski disebut sebagai sahabat tetap saja pikiran konyol itu muncul.

Gummy terdiam, terpaku menatap ambang pintu ruangan osis yang sedikit terbuka, hingga memaksa sinar masuk melalu celah kecil. Gadis itu mendapati ruang osis yang semerawut. Meja dan kursi terlihat terbalik dan tidak tersusun, bahkan beberapa kursi yang ada disampingnya, tampak menyebulkan busa.

Dinding yang tidak dibuka tirainya menambah kesan gelap ruangan yang sangat penting ini. Sungguh, sangat menunjukkan citra buruk dari ruang osis yang entah kenapa saat guru berkunjung selalu terlihat rapi dan indah dipandang. Abiyan menyuruh Gummy masuk ke dalamnya, sedangkan ia sibuk mengangkat meja ke depan ambang pintu dan Abi pun duduk menghadap ke koridor sekolah.

Gummy disekap di dalamnya, jadi yang tampak hanya Abiyan yang duduk santai di ruang osis. Gummy menunduk ketakutan, lalu Abiyan angkat bicara dengan nada tidak bersahabat.

"Lo terlambat 30 detik," kata Abiyan tanpa menghadap lawan bicaranya, karena ia duduk di atas meja, menghadap koridor dengan kaki menjuntai.

"Maaf kak" Gummy mengigit bibir bawahnya.

"Telat dikit doang kak, maklumin dong," sambung Gummy memberikan tatapan iba akan nasibnya sebentar lagi.

"Gue maklumin, asal lo serahin hp lo ke gue. Mana cepat!"

Abiyan menengadahkan tangannya ke samping, membuat Gummy menggeleng.

"Ngak bisa kak."

"Kenapa nggak bisa." Abiyan bangkit berdiri dan wajahnya tepat menghadap ke arah Gummy. Gadis itu balik menatapnya dengan wajah ketakutan.

"Mana sini hp lu!"

"Nggak boleh kak."

"Sama gue juga nggak boleh?" tanya Abiyan mengangkat kedua lengan Gummy dan menggantungnya di udara, berusaha memperjelas raut ketakutan di wajah Gummy.

"Nggak boleh ka. Hp kan privasi setiap orang." Gummy merasakan denyut jantungnya berpacu lebih cepat dari sebelum Abi berdiri dihadapannya. Abiyan menghempaskan lengan Gummy dengan cepat, membuat cewek itu merapatkan ponselnya yang berada di kantong seragamnya.

Abiyan memicingkan mata ke arah Gummy yang sedari tadi menutup rapat-rapat bagian dada sebelah kanannya. Gummy mulai merasakan perasaan tidak nyaman.

"Kalau lo nggak mau juga, gue ambil paksa dari kantong lo." Abiyan mengayunkan tangannya menuju ke kantong seragam Gummy. Cewek itu segera mengelak.

"Yang sopan kak."

"Elo juga nggak mau nyerahin hp lo. Gue ambil paksa aja," sahut Abiyan dengan santai, seraya menaikkan bibir bawahnya. Gummy dengan gerakan cepat memindahkan hpnya ke tas punggungnya. Ia terlihat memunggungi Abiyan yang tengok sana, tengok sini, karena ingin tahu apa yang disembunyikan oleh Gummy.

Abiyan berusaha mengambil hp Gummy, sebelum cewek itu memasukkanya ke dalam tasnya. Mereka berebutan layaknya memperebutkan makanan dikala lapar.Gummy menghalangi pergerakan Abiyan, lalu tanpa sadar gadis itu terdorong ke depan. Lalu, tanpa sadar gadis itu terdorong ke depan. Hampir jatuh, jika tangan Abiyan tidak menyentuh pinggangnya.Gummy sekarang berada dalam dekapan Abiyan yang tidak sengaja menolongnya. Mata mereka saling bertumbukan, sampai tercium aroma tubuh mereka masing-masing. Parahnya lagi, hpnya sekarang berada dalam genggaman Abiyan, lalu dengan sadar ia mengubah takdir Gummy yang sudah nasibnya akan jatuh itu dengan melepaskan pinggang Gummy, membuat cewek yang belum mampu berdiri kokoh itu, jatuh juga akhirnya ke bawah.Gummy meringis pelan,  ia mengelus pantatnya yang sedikit sakit sambil menggumam.

"Kak balikin hp gue," ringisnya masih belum mampu berdiri.

"Nggak akan," tatap Abi dengan tajam.

Cowok itu kembali duduk sambil menghadap koridor. Ia memandang sunyi ke setiap sudut koridor sekolah yang notaben, muridnya sudah pulang semua, lalu Abiyan mengotak-ngatik ponsel milik Gummy.

"Lo itu dasar cewek bodoh. Ponsel aja nggak dikunci, katanya privasi," sindir Abiyan dengan akrabnya menjitak jidat Gummy.

Dimulai dari membuka aplikasi Instagram. Abiyan tampak memencet tombol search, lalu menscrool ke bawah pencariannya, ada banyak akun yang distalker oleh Gummy, termasuk dirinya yang kini melirik cewek itu dengan kesal.

Tidak berhenti disitu saja, Abiyan bebas membuka aplikasi Wa dan Line yang kebanyakan isinya adalah grup rumpi ataupun berita terupdate dari cogan di indonesia maupun internasional.

Abiyan sampai menggeleng untuk memutar otaknya. Ia seolah tahu, bahwa seorang cewek akan menulis sebuah rahasia di memo atau di catatan ponselnya. Dengan mantap Abiyan membuka memo dan tertulislah disitu.

Abiyan Lutfi Wijaya, cowok famous di sekolah gue.

Suatu hari, gue pernah liat bercak merah di pantatnya, setelah bertanding futsal dengan kelas sebelah, kalau gue teliti lebih dalam, darah itu bukan darah luka tapi darah.....

Abiyan langsung menghempaskan ponsel milik Gummy.

"Lo udah ngestalker gue?"

"Lo harus terima akibatnya," sambung Abiyan.

"Maaf kak."

"Lo harus nebus kesalahan lo! "

"Caranya?" Gummy mendongakkan wajah untuk menatap sosok tinggi dihadapannya.

"Gue mau elo nurut apapun perintah gue."

Jepp

Gummy terhenyak mendengarnya, tidak menyangka kalau Abiyan akan berbicara seperti itu.

"Kenapa diam?" tanya Abiyan masih memandangi Gummy yang tawakal dengan nasibnya akhir-akhir ini.

"Nggak boleh kak, mana mau gue mau." Gummy menggeleng.

"Emangnya kenapa. Kalau lo nggak mau, gue bakal bilangin ke Starla, kalau lo dikeluarin aja dari sekolah, daripada hobinya cuman ngestalker orang dan ngebongkar rahasia dari orang lain."

"Gue nggak sejahat itu kok kak yang jahat itu kakak. Sering ember sama rahasia orang," balas Gummy.

"Asal lo tahu ya, gue sering ngebongkar aib orang itu hanya untuk keperluan penting!" nadanya meninggi.

"Iya kak," sahut Gummy serak, lalu berlari untuk menjauh.

Gummy cemberut, ia menyisakan pipinya yang menggembung chuby. Entah, karena angin apa manusia bernama Abiyan itu menjemput Gummy dengan senyum penuh misterinya. Awalnya Gummy menolak, namun ia kembali teringat akan janjinya dengan cowok itu kemarin. Gummy pasrah saja memboyong badan ini menaiki motornya. Kurang lebih 20 menit berlalu, mereka berdua akhirnya sampai di sekolah.

Abiyan memarkirkan motor sportnya, sedangkan Gummy yang hanyut, karena dibonceng Abiyan hanya diam meratapi pencernaannya yang tiba-tiba mual, karena semprotan angin pagi, membuat Gummy jadi gila merasakan laju motor Abiyan yang sudah mau terbang. Melihat Gummy masih berdiri di sampingnya, Abiyan dengan akrab mengalungkan lengannya ke pundaknya.

Cewek itu terkejut, karena ulah Abiyan yang baru memasuki koridor sekolah, sekejap mata bisa langsung berubah jadi keren. Ia datang dengan tas yang digantung sebahu, semakin menambah nilai cool dalam dirinya. Abiyan menatap ke sekelilingnya. Pandangannya begitu menghanyutkan dan membuat cewek manapun meleleh karenanya.

Gummy tidak memperhatikan gaya sok keren Abiyan, karena ia fokus pada kepalanya yang berputar-putar. Jalan Gummy pun persis orang mabuk.

"Starla" panggil Abiyan. Tanpa membuang waktu lagi,  ia langsung mendorong Gummy yang ada di sampingnya ke sembarang arah.

Plakkkk

Badan Gummy menyentuh dinding  kosong. Dan begitulah kehidupan Gummy selanjutnya, jika ada Starla pacarnya. Abiyan berusaha sekuat mungkin untuk melenyapkan Gummy, bahkan menghilangkan cewek itu dari dunia ini, namun di lain waktu, mereka bisa menjadi saling akrab.

"Yuhuuuuu."

"Abiyan."

"Abiyan."

Terdengar sorak-sorai dukungan untuk  sang pria famous sekolah yang tengah bertanding sengit dengan ketua club rohis  yang juga sangat jago bermain basket.Hampir seluruh sudut lapangan dipenuhi oleh siswa-siswi terutama oleh cewek yang fans berat sama Abiyan. Starla yang kini memimpin pasukan childerrs menyuruh anggotanya untuk makin meneriakkan nama pacarnya itu dengan lantang. Mengetahui Starla begitu antusias. Abiyan menjadi terpacu untuk memenangkan pertandingan yang hanya menjadi hiburan semata, bukan pertandingan yang bersifat serius, namun karena wajah pacarnya yang setiap detik selalu memancarkan senyuman indah itu, membuat Abiyan ada kalanya melirik Starla, bahkan sampai membuat bola basket di tangannya, direbut dengan mudah oleh orang lain.

"Fokus Abi. Fokus," seru Starla tatkala mereka saling berpandangan. Melihat kemesraan mereka, terpojoklah seorang cewek di pinggir lapangan dengan itemani Dikta yang katanya mau beli minum dan sampai detik ini juga ia belum datang. Cowok itu kabur entah kemana, hanya Gummy yang ditemani perasaan kagum terhadap sosok Abiyan yang sempurna di mata cewek-cewek di sekolah.

Abiyan telaten dalam mempassing bola dan memasukkan bola ke ring, adalah tujuannya, namun tanpa sengaja bola yang dilemparkannya melambung jauh, bukan ke ring, tapi kekerumunan penonton membuat bola besar berwarna orange itu mengenai kepala Gummy yang tidak menyadari nasibnya harus menjadi sasaran bola. Gummy pun terjatuh ke belakang. Ia jadi pusat perhatian sekarang, parahnya lagi Gummy pingsan.

Abiyan memutar bola matanya. Ia lari ke pinggir lapangan, tanpa memperdulikan  tatapan cemburu dari Starla yang diarahkan padanya,  karena Abi yang  harus bertanggung jawab langsung menggendong Gummy menuju ke UKS. Perasaan kesal menyelimuti hati Starla yang terdiam, karena kehabisan kata-kata sambil memandang punggung Abiyan yang membawa cewek, selain dari dirinya.

"Ihhh." Starla tidak sadar menggigit pop childersnya, membuat teman-temannya cekikikan. Meski dengan mata terpejam Gummy masih sadar,  kalau dirinya sedang dibopong oleh seseorang. Matanya terbuka dan ia terkejut setengah mati. Siapa orang yang menggendongnya sekarang,  ternyata si idola sekolah yang keringatnya mulai bercucuran, bahkan sedikit menetes di seragam Gummy.

Gummy tersenyum luas, membiarkan tubuhnya dalam dekapan Abiyan yang tidak mengetahui kalau ia sudah bangun. Ingin rasanya teriakan keluar dari mulut Gummy yang tidak kuat menahan wajah tampan Abiyan yang  seakan begitu sempurna, menyerupai gambar fantasi yang sering dilukisnya waktu SMP. Gummy memicingkan mata kebawah. Abiyan langsung terpaku saat menatap Gummy yang kini membuka matanya lebar dan menunjukkan barisan gigi yang menyilaukan. Tiba-tiba cowok itu keheranan melihat Gummy dan bingung mau melakukan apa selanjutnya, ketika Abi tersadar cewek itu bangun, padahal belum sampai mereka ke UKS. Abiyan dengan lembut menurunkan Gummy yang tersipu malu membuat pipinya merah merona, persis bunga sakura kalau lagi mekar.

"Lo udah bangun?"

"Udah kak" Gummy menunduk, lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, karena sekarang ia merasa salah tingkah.

Abiyan menatapnya dari atas ke bawah, ia mendadak ragu akan pingsannya cewek itu, karena tiba-tiba saja Gummy membuka matanya dengan wajah segar.

"Hmm." Abiyan rada bingung harus memulai pembicaraan dengan apa.

"Maaf yah, gue nggak sengaja tadi," Abiyan tertawa garing.

Gummy mengalihkan pandangannya ke koridor sekolah yang sepi.