1 20 tahun kami

Malam begitu menyisakan kesepian, terlalu dingin untuk diratapi. Beberapa orang terdengar berbicara gila, bahkan bernyayi-nyanyi seperti gonggongan anjing. Sebelum memutuskan untuk mengakhiri hari ini tanpa sesuatu yang berarti, Lim Na Young dan Kim Min Hyuk menyutujui untuk membeli bir. Bukankah 20 adalah angka yang sempurna memasuki fase dewasa? sepertinya iya.

"Apakah aku sudah terlihat mabuk?." Na Young berbicara pelan, perkataanya nyaris tak jelas. Ramput hitam pendek sejajar leher dengan poni yang nyaris menutupi seluruh keningnya kini terlihat berantakan. Ia merasa tak ingin terganggu dengan penampilannya dan mengelak beberapa kali tangan Min Hyuk yang berusaha merapihkan rambutnya.

"Sangat terlihat !." Min Hyuk menyauti sembari memandangi gadis yang mulai berbicara ngawur dihadapannya. "Ayolah sudah cukup, mari kita pulang Na Young."

"Tidak, kau belum meminumnya. Ayolah segelas saja." Tangan Na Young menggapai-gapai mencari gelas kosong di atas meja. Begitu ia menemukan gelas itu, gerakan tangannya perlahan-lahan menuangkan bir kedalamnya dan segera memberikan gelas itu kepada Min Hyuk tanpa memegangi badan gelas dengan benar. "Minumlah !."

Tanpa ragu Min Hyuk mengambil gelas itu, lalu dengan sengaja ia menumpahkan isinya ke lantai, berupaya berbohong bahwa ia telah meminunnya. Malam itu Min Hyuk mengaku tidak akan pernah mau diajak Na Young untuk bermain dengan bir lagi, menyadari temannya yang langsung mabuk hanya dengan meminum 2 gelas bir, membuat Min Hyuk merasa kebingungan menghadapi tingkah Na Young yang bersikeras bernyanyi hingga menimbulkan ketidak-nyamanan bagi beberapa orang yang mendengarnya. Lantas saja membuat Min Hyuk membungkukkan badannya kepada pelanggan lain sebagai aksi permohonan maaf sekaligus malu atas kelakuan temannya itu.

Sebenarnya Min Hyuk tak perlu sampai meminta maaf, beberapa orang yang terlalu mabuk disekitarnya bahkan tidak menunjukkan rasa menyesal atas keributan yang mungkin telah mereka lakukan, bukan karena mereka tidak mau menunjukkan, namun hal-hal bodoh saat mabuk memang terkesan wajar bagi orang dewasa. Sontak saja salah satu pelanggan di sebelah meja mereka berbicara pada Min Hyuk seusai ia membungkukan badan beberapa kali. "Hei anak muda sudahlah tidak perlu meminta maaf, lihatlah kau membuat kami tidak nyaman."

Toko ini memang terkenal dengan berbagai macam bir - dari yang termahal sampai termurah. Pantas saja banyak sekali pelanggan mengunjungi toko ini. Batinnya kini bertanya-tanya darimana Na Young mengetahui toko ini? Jika kau datang kesini, kau akan berpikir bahwa tidak benar rasanya bagi seorang wanita berani datang kesini. Lihat saja Min Hyuk sama sekali tidak menemukan pelanggan wanita disekitarnya.

"Min Hyuk kau tahu bagaimana suara pesawat terbang?." Tanya Na Young dengan sorotan mata jenaka dan senyum berlesung yang sengaja ia berikan kepada Min Hyuk.

"Ahh tidak! jangan lakukan disini." Min Hyuk memegangi tangan Na Young, tak berusaha melepaskan genggamannya disepanjang perjalanan pulang.

"Kenapa?, aku mau menunjukkannya padamu." Na Young merengek seperti bayi, membuat Min Hyuk terkejut bahwa gadis itu benar-benar menangis.

"Baiklah, tunjukkan kepadaku sekali saja!." Min Hyuk merasa kalah.

Na Young segera berlari ketika Min Hyuk tak berusaha mengenggamnya lagi, kemudian ia mulai memperagakan bagaimana sebuah pesawat dapat terbang. Disisi lain Min Hyuk mendapati dirinya terpaku dan merasa sedikit canggung setelah melihat senyum jenaka Na Young yang masih terlihat sama seperti 4 tahun yang lalu, ketika ia menyadari memiliki perasaan kepada gadis itu.

***

Andai saja aku bisa mengatakan aku menyukainya saat ini. - Min Hyuk.

avataravatar
Next chapter